Yakali baca doang tapi nggak vote:v
Jangan jadi siders ya prend
-Happy reading-
"G---gue di pukulin sama Papa."
Mendengar itu, Bella menatap Nara prihatin. Sudah ia duga sejak awal jika luka-luka di lengan dan pipi Nara pasti ulah kedua orang tuanya.
"Mereka belum berubah?" Tanya Bella hati-hati, takut menyinggung Nara.
"Mereka nggak bakal berubah, Bell. Gue capek hidup kayak gini terus. Gue juga capek pura-pura bahagia di depan semua orang." Nara menutup wajahnya, tak kuat melanjutkan ucapannya.
"Badan gue sakit semua, Bell. Gu--gue pe--pengen mati," ucap Nara melirih di akhir kalimatnya.
"NARA!! GUE NGGAK SUKA LO NGOMONG KAYAK GITU!" Sentak Bella, merasa tak suka dengan ucapan Nara.
Bella mendekap tubuh rapuh Nara lalu mengusap punggung gadis itu lembut. Tanpa disadari, air mata Bella ikut turun saat mendengarkan cerita Nara.
Gadis yang biasanya terlihat tegar dan ceria, kini terlihat sangat rapuh. Bella ikut prihatin dengan hubungan keluarga Nara yang tak pernah baik-baik saja. Orang tua Nara tidak pernah menganggap Nara sebagi anaknya dan tak segan selalu memukuli Nara.
"Buat apa gue hidup kalau nggak ada yang sayang sama gue. Bahkan Papa Mama juga nggak sayang sama gue. Mereka jahat, mereka tega mukulin gue," ucap Nara di sela isaknya.
"Bahkan mereka pernah bilang, kalau gue ini cuma beban."
"Gue nggak suka lo ngomong gitu, Nar. Lo bukan beban. Lo punya gue yang selalu ada di samping lo. Lo juga punya Calvin yang sayang dan cinta sama lo," balas Bella lembut.
"Yang gue butuhin sekarang cuma kasih sayang dari Mama dan pelukan hangat dari Papa. Gue cuma pengen itu. Sesulit itukah Tuhan mengabulkan permintaan gue?"
"Tuhan tau kapan lo bahagia, Nar."
"Kapan, Bell? Sampai gue mati? Gue yakin, kalau gue mati pasti Mama sama Papa bakal hidup bahagia," ujar Nara tertawa miris.
"Gue nggak suka lo ngomong kayak gitu, Nara!" Tekan Bella.
Nara semakin terisak. Bahkan baju Bella sudah basah karena air mata gadis itu.
"Kenapa hidup gue nggak pernah bahagia, Bell? Kenapa Tuhan nggak pernah ijinin gue buat bahagia?"
"Tuhan lebih tau apa yang terbaik untuk Hamba-Nya."
"Mau gue panggilin Calvin? Siapa tau dengan dia di samping lo, lo bisa lebih tenang," tawar Bella.
Nara melepaskan pelukannya, lalu menatap Bella sayu.
"Jangan. Gue nggak mau mereka tau masalah gue selama ini. Cukup lo aja yang tau, Bell," jawab Nara.
"Tapi, Nar, Calvin itu pacar lo. Dia berhak tau apa yang terjadi sama lo. Gue tau lo butuh Calvin."
"Gue bakal kasih tau dia. Tapi, nggak sekarang."
Bella memilih untuk mengangguk, mengiyakan ucapan Nara.
"Malam ini lo nginep aja di rumah gue," ujar Bella.
"Nggak usah, Bell. Nanti gue malah ngrepotin lo," tolak Nara.
Bella tersenyum, "enggak kok, lo juga butuh waktu buat nenangin diri lo."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Husband | END✔️
Teen Fiction[Harap follow sebelum baca] Menikah muda tak pernah terlintas dipikiran Arabella Queenshia atau yang lebih kerap disapa Bella. Gadis yang masih berumur 17 tahun itu harus menerima perjodohan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya yang sialnya adalah...