Keesokan harinya…
Pelajaran Geografi tengah berlangsung di kelas 11A IPS.
“Baik, anak-anak penjelasan saya untuk Bab 1 telah selesai. Silakan kalian kerjakan soal-soal dari buku paket. Waktu kalian mengerjakan hanya tinggal 30 menit. Nanti akhir pelajaran dikumpulkan ya! Saya permisi ke toilet dulu.”
“Baik, Pak.”
Hanya membutuhkan waktu 15 menit, Alvaro dan Megan telah menyelesaikan soal-soal tersebut. Namun, tidak dengan Andreas. Ia masih belum menyelesaikannya. Ia pun berusaha meminta bantuan ke teman sebelahnya, Megan.
“Meg, bagi jawaban lo!” pinta Andreas.
“Kerjain sendiri, Dre. Lo mau pintar nggak?”
“Maulah, tapi kali ini saja. Gue lagi malas nih.”
“Nggak ada. Lo kerjain sendiri.”
“Yah, lo jahat sama gue. Al, Al, lo baik ‘kan? Bagi jawaban lo dong. Waktu sisa 15 menit nih, gue baru sampe PG. Esai belum.”
“Kalau belum selesai, selesaikan 15 menit masih keburu, Dre,” respon Alvaro tanpa menengok ke belakang.
Setelah gagal membujuk Alvaro, pria yang duduk di depannya, akhirnya Andreas terpaksa mengerjakan lima soal esai sendiri. Rona baru saja menyelesaikan tugasnya. Tiba-tiba Rona teringat nama Aldevaro yang pernah ia dengar ternyata adalah nama belakang pria di sebelahnya. Rona yang merasa penasaran apa hubungan pria di sebelahnya dengan yayasan yang memberikannya beasiswa, akhirnya memanggil pria itu.
“Al.”
“Apa?”
“Gue mau tanya sesuatu boleh?”
“Nggak.”
“Ya sudah, gue nggak jadi tanya.”
Alvaro terkekeh.
“Nggak enak ‘kan ditolak seperti itu?”
“Lo balas dendam sama gue?”
“Ya, bisa dibilang balas dendam. Lo mau nanya apa?”
“Lo ada hubungan nggak sama Aldevaro Foundation?”
“Ada, gue anak pemilik yayasan itu. Kenapa gitu?”
“Nggak kenapa-kenapa. Gue hanya tanya saja.”
“Oh, gitu. Gue ‘kan sudah jawab pertanyaan lo tadi. Sekarang gue mau tanya boleh?”
“Boleh, one question.”
“Berapa nomor telepon lo? Tulis di sini.”
“Okay, gue kasih.”
Rona menuliskan angka satu pada kertas yang diberikan. Setelah itu, ia serahkan kepada sang pemilik.
“Ini jawaban gue.”
“Kok hanya angka 1?”
“Iya, gue hanya punya satu nomor.”
“Gue tanya nomor telepon lo bukan tanya lo punya nomor telepon.”
“Nomor gue rahasia. Gue nggak mau sembarangan kasih.”
Beberapa saat kemudian, Pak Abdi kembali. Pak Abdi langsung meminta tugas tadi untuk dikumpulkan. Tak lama, bel istirahat berbunyi. Murid-murid SMA Merah Putih mulai berhamburan keluar kelas untuk menghirup udara di luar.
“Al, gue sama Andre keluar dulu ya! Mau ke kantin. Lo mau ikut?”
“Nggak, gue lagi malas keluar. Gue di sini saja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarona
Teen FictionKisah Alvaro mendekati gadis "anti cowok" bernama Rona Senja Putri. Alvaro Aldevaro, pria tampan, pintar, dan berasal keluarga kaya raya. Karismanya membuat ia menjadi idola siswi-siswi satu sekolah. Namun, di balik itu semua dirinya merasa kesepia...