Keesokan harinya…
Alvaro baru saja menyelesaikan makannya di kantin bersama kedua sahabatnya, Megan dan Andreas. Mereka pun melanjutkannya dengan obrolan-obrolan santai ditemani gorengan Bu Siti. Entah dari mana datangnya, tiba-tiba Rona sudah berada di antara mereka.
“Ada apa lo ke sini?” tanya Alvaro sinis.
“Gue ke sini hanya mau menyampaikan ini.”
Rona menyerahkan secarik kertas kepada Alvaro.
“Alamat? Maksudnya?”
“Lo datang ke alamat itu jam enam sore.”
“Buat apa?”
“Mungkin lo diajak main di sana. Selamat bersenang-senang, Bro,” celetuk Andreas.
“Heh, lo jangan ngomong sembarangan ya! Memangnya gue cewek apaan?”
“Dre, lo ngomong apaan sih? Bikin malu saja. Maaf Rona, Andre memang gitu orangnya, agak nggak waras. Ini maksudnya apaan ya?”
“Kakak gue ngundang lo makan malam di rumah. Lo datang ya?”
“Kakak lo? Siapa?”
“Kak Eros, orang yang lo bantu dapat kerjaan. Ini sebagai ucapan terima kasih dia.”
“Oh, gitu. Okay, gue akan datang. Thanks, undangannya.”
“Gue pamit. Oh, iya lo jangan lupa urus sahabat lo yang mesum ini! Kalau ngomong dipikir dulu, jangan ngasal! Lo mau gue bikin nggak bisa punya anak lagi?”
“Nggak, Rona. Ampun. Meg, Al, tolongin gue dong. Gue masih mau punya anak.”
“Baiklah, Rona. Gue akan urus sahabat gue yang ini. Sekali lagi gue minta maaf atas kelakuan Andreas.”
“Okay, gue maafkan. Tolong lo urus dia atau gue yang bertindak.”
Tak lama, Rona pergi meninggalkan mereka bertiga. Alvaro menatap Andreas tajam.
“Meg, tolongin gue dong. Alvaro mau ngapain gue?”
“Gue mau hukum lo.”
“Hukum apaan?”
Alvaro beranjak dari kursinya mendekati Andreas yang duduk di samping Megan. Ia mendekatkan mulutnya pada telinga Andreas.
“Hukumannya lo nggak boleh coli selama sebulan,” bisik Alvaro.
“Hah? Kok gitu sih?”
“Lo kebanyakan coli, makanya otak lo nggak beres. Lo paham nggak?” bisik Alvaro lagi.
“Paham, Al.”
“Bagus, kalau lo paham. Hukuman lo berlaku mulai dari hari ini.”
“Kok hari ini? Besok sajalah, Al.”
“Hari ini, titik.”
“Al, lo kasih hukuman apaan ke Andre?”
“Nanti gue kasih tahu. Lo juga harus bantuin gue awasi dia.”
“Jahat lo, Al!”
“Ini semua untuk kebaikan lo, Dre.”
—oOo—
Sekitar pukul 17.30, Alvaro baru saja selesai bersiap untuk makan malam di rumah Rona untuk memenuhi undangan Kak Eros. Setelah siap, ia keluar dari kamar menghampiri Bi Mirnasih yang sedang memasak di dapur.
“Bi, Alvaro pamit pergi dulu ya! Oh, iya Papa dan Mama belum pulang?”
“Belum, Den. Mungkin mereka lembur lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarona
Novela JuvenilKisah Alvaro mendekati gadis "anti cowok" bernama Rona Senja Putri. Alvaro Aldevaro, pria tampan, pintar, dan berasal keluarga kaya raya. Karismanya membuat ia menjadi idola siswi-siswi satu sekolah. Namun, di balik itu semua dirinya merasa kesepia...