Chapter 31 : Berdamai

30 5 12
                                    

Alvaro memutarkan bukti yang ia punya kepada Rona.

“Dari rekaman ini, semuanya sudah jelas. Bukan aku pelakunya. Jadi kita baikan ya?”

Rona terdiam sejenak. Ia merasa sangat bersalah tidak mempercayai pacarnya tadi pagi.

“Maaf, aku tidak memercayai kamu tadi. Seharusnya aku mendengarkan penjelasan kamu dulu.”

Alvaro tersenyum.

“Tidak apa, Rona. Salah paham itu wajar dalam suatu hubungan. Sekarang kita baikan nih?”

Rona menggangguk.

“Iya, sekali lagi aku minta maaf.”

Rona langsung memeluk pria itu.

“Iya, aku sudah maafin. Lain kali kamu harus dengarkan dulu penjelasanku.”

“Iya, aku janji. Lain kali aku akan denger penjelasan kamu dulu sebelum marah-marah.”

Rona melepaskan pelukannya.

“Alvaro.”

“Ada apa?”

“Aku mau makan bakso. Itu ada tukang bakso lewat.”

“Ya sudah, ayo kita beli!”

Mereka pun beranjak menghampiri tukang bakso tersebut.

“Mang, baksonya dua porsi ya!”

“Siap, mau pakai mangkok saya atau mangkok sendiri?”

“Mangkok Mang saja deh.”

“Baiklah, saya siapkan dulu.”

Beberapa saat kemudian, pesanan mereka telah siap. Mereka pun kembali ke halaman rumah Rona untuk menikmati bakso tersebut. Hanya sekitar 10 menit, mereka selesai menghabiskan pesanannya.

“Mau nambah?”

“Nggak usah, Al. Cukup.”

“Ya sudah, aku bayar dulu. Sekalian kembaliin mangkok.”

Alvaro menghampiri tukang bakso tersebut untuk mengembalikan mangkok serta melakukan pembayaran. Setelah itu, ia kembali ke Rona.

“Ron, aku pamit pulang sekarang ya!”

“Pulang sekarang? Okay, deh. Kamu hati-hati ya!”

“Oh, iya kalau mau hubungi aku via LINE ya! WhatsApp-ku belum bisa diakses.”

Okay, Al. Semoga WhatsApp kamu bisa segera diakses lagi.”

“Amin. Sudah ya aku pamit!”

“Hati-hati!”

Alvaro melajukan motornya. Setelah Alvaro hilang dari pandangan, Rona memutuskan masuk rumah.

—oOo—

Keesokan harinya…

Pagi-pagi sekitar pukul 06.15, Alvaro memutuskan untuk menemui Pak Heru untuk mematahkan tuduhannya atas pesta kemarin. Alvaro memutarkan rekaman kemarin sebagai bukti. Selain itu, ia menunjukkan WhatsApp miliknya yang tidak dapat diakses sejak kemarin. Setelah menunjukkan bukti-bukti tersebut, Pak Heru menyatakan Alvaro tidak bersalah dan terbebas dari hukuman. Setelah urusannya selesai, ia keluar dari ruangan kepala sekolah. Rona yang sedari tadi menunggu di depan langsung menghampiri Alvaro.

“Bagaimana, Al? Semua masalahnya sudah selesai ‘kan?”

Alvaro menggelengkan kepalanya.

“Aku tetap kena hukum. Aku diskors.”

“Hah? Kok bisa? Kamu ‘kan terbukti nggak bersalah. Pak Heru bagaimana sih? Aku harus masuk.”

Alvaro terkekeh.

“Nggak usah, aku hanya bercanda. Semua masalahnya sudah selesai.”

“Ah, kamu iseng? Dasar nyebelin!”

“Tapi kamu sayang ‘kan?”

Rona tersipu malu mendengar ucapan Alvaro.

“Iya, aku sayang. Puas? Sudah ah, jangan godain aku! Lebih baik sekarang kita ke kantin yang lain sudah nungguin.”

“Iya, kita ke kantin sekarang.”

Mereka pun pergi ke kantin. Megan, Andreas, dan Sisca sudah menunggu kedatangan Alvaro dan Rona.

“Bagaimana, Al? Masalah lo kemarin sudah kelar?”

“Semuanya sudah beres, Dre.”

“Syukurlah, kalian sudah baikan dong, Ron?” tanya Sisca.

“Sudah dong, Beb. Lihat saja ekspresi wajah mereka dan mereka sudah pegangan tangan,” tambah Megan.

“Lo tahu saja, Meg. Memang kita sudah baikan.”

“Ya sudah, sekarang kalian duduk dong. Gue sudah pesan bubur ayam buat kalian juga. Bentar lagi datang.”

“Wah, mantap. Thanks, Brother.

“Meg, ini ditraktir nggak?”

“Khusus lo bayar sendiri-sendiri, Dre.”

“Wah, pilih kasih lo! Lo ‘kan belum kasih pajak jadian ke gue.”

“Gue bercanda. Khusus hari ini, gue traktir kalian semua sebagai pajak jadian gue sama Sisca.”

“Mantap! Thanks, Meg. Semoga langgeng.”

“Amin, Dre.”

To be continued...
©2021 By WillsonEP

AlvaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang