Suatu pagi di awal tahun ajaran baru. Alvaro baru saja menyelesaikan sarapannya bersama kedua orangtuanya, Aldevaro dan Vania.
“Ma, Pa, Alvaro pamit ke sekolah dulu ya! Megan dan Andre sudah di depan tuh.”
“Iya,” jawab keduanya sambil tetap melanjutkan aktivitasnya masing-masing, sarapan sambil mengurus pekerjaan mereka di kantor. Alvaro menghela napas panjang. Kadang ia merasa heran dengan kedua orangtuanya, pekerjaan kok dibawa ke rumah? Bukannya rumah adalah tempat istirahat dan berkumpul dengan keluarga setelah beraktivitas di luar rumah? Alvaro kembali ke kamarnya untuk mengambil tas sekolah serta kunci motor. Setelah itu, ia menghampiri Megan dan Andre yang telah menunggu di depan rumahnya.
“Selamat pagi, Brother!” sapa Megan sambil merangkul Alvaro.
“Kita jadi berangkat bareng ‘kan?” tambah Andreas.
“Pagi. Jadilah, tapi bentar gue pamit dulu sama Bi Asih.”
“Okay.”
Alvaro menghampiri Bi Mirnasih —asisten rumah tangga Keluarga Aldevaro yang sudah Alvaro anggap seperti ibu kandungnya— yang sedang menyiram tanaman.
“Bi, Alvaro berangkat sekolah dulu ya!”
“Iya, Den. Hati-hati di jalan ya! Bawa motornya jangan ngebut-ngebut.”
“Siap, Bi.”
Setelah pamit dengan Bi Mirnasih, Alvaro kembali ke kedua sahabatnya.
“Sudah, Al?”
“Sudah, let’s go!”
“Mantap!”
15 menit perjalanan, mereka tiba di SMA Merah Putih. Sesampainya di sekolah, mereka langsung menjadi sorotan siswi-siswi satu sekolah. Tentu saja, karismanya membuat mereka dijuluki sebagai “Pangeran Sekolah SMA Merah Putih”. Namun, ketiganya masih memilih untuk jomlo hingga menemukan pasangan yang tepat. Tahun ajaran baru dimulai. Tepat pukul 07.00, seluruh murid dikumpulkan di lapangan untuk mengikuti upacara bendera.
40 menit telah berlalu...
Seluruh barisan dibubarkan dan dipersilakan masuk ke kelas masing-masing. Tahun ini, Alvaro, Megan, dan Andreas kembali satu kelas. Mungkin ini adalah sebuah keberuntungan. Mereka tidak perlu saling menunggu jika sampai mereka berbeda kelas. Mereka terdaftar di kelas 11A IPS. Setelah upacara berakhir, mereka pun langsung masuk kelas. Tak lama, Pak Abdi memasuki kelas Alvaro.
“Selamat pagi, anak-anak 11A IPS!”
“Pagi, Pak.”
“Kalian sudah kenal saya ‘kan?”
“Sudah, Pak.”
“Saya akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun kedepan. Selain menjadi wali kelas, saya akan mengajar pelajaran Geografi. Karena kalian sudah kenal dengan saya, maka perkenalannya cukup sampai di sini. Baiklah, kita mulai pelajarannya. Silakan dibuka bukunya.”
“Langsung belajar, Pak?”
“Nggak, saya bercanda. Oh, iya saya lupa menyampaikan ke kalian bahwa kelas kita kedatangan murid baru.”
“Wah, murid barunya cowok atau cewek, Pak?”
“Murid barunya mana, Pak?”
“Cie, cie, penasaran. Tungguin ya, dia sedang di ruang kepala sekolah. Bentar juga ke sini.”
“Ah, penonton kecewa. Nggak bisa spoiler sedikit, Pak?”
“Kalian yang sabar ya! Biar surprise.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarona
Roman pour AdolescentsKisah Alvaro mendekati gadis "anti cowok" bernama Rona Senja Putri. Alvaro Aldevaro, pria tampan, pintar, dan berasal keluarga kaya raya. Karismanya membuat ia menjadi idola siswi-siswi satu sekolah. Namun, di balik itu semua dirinya merasa kesepia...