Chapter 22 : Bubur Spesial

33 7 11
                                    

Sekitar pukul empat sore,  Rona tiba di depan rumah mewah Alvaro. Rona tidak langsung masuk. Ia memilih untuk mengecek kembali share location dari sang pacar.

“Apa benar ini rumahnya? Kalau sesuai titik sih benar di sini.”

Beberapa saat kemudian, pintu gerbang rumah mewah itu terbuka.

“Cari siapa, Neng?” tanya seorang satpam rumah mewah itu.

“Apa benar ini rumahnya Alvaro, Pak?”

“Benar, Neng. Neng ini siapanya Den Alvaro ya?”

“Saya…”

“Dia pacar saya, Pak Ferdi. Sekarang Bapak bisa kembali ke pos.”

“Siap, Den.”

“Hai, akhirnya pacarku datang juga. Susah nggak nyari rumahku?”

“Hai juga. Nggak, ‘kan kamu sudah share location. Oh, iya bagaimana keadaanmu sekarang?”

“Puji Tuhan, aku sudah mendingan.”

“Syukurlah, aku merasa bersalah banget. Gara-gara aku kamu jadi sakit. Kenapa kemarin kamu nggak minta jaket kamu kembali?”

“Sengaja, Rona. Aku nggak mau kamu kedinginan. Ayo, kita masuk! Kenapa kita jadi ngobrol di luar? Aku sudah nggak sabar makan bubur spesial buatan kamu.”

“Iya.”

Mereka pun mulai memasuki rumah mewah itu. Mereka langsung menuju ruang makan. Alvaro pun mulai membongkar rantang yang diberikan sang pacar.

“Kelihatannya enak banget nih bubur spesial buatan pacarku.”

Wajah Rona memerah.

“Ah, jadi malu. Belum juga kamu nyoba.”

“Dilihat pun aku sudah tahu masakan kamu enak.”

“Ya sudah, cepat dimakan. Nanti keburu dingin.”

“Siap, Pacarku.”

Alvaro mengambil sendok makan. Setelah itu, Alvaro mulai menikmati bubur spesial buatan sang pacar dengan lahap. Melihat Alvaro makan dengan lahap, Rona tersenyum bahagia.

“Hmm, enak banget bubur buatan kamu. Sesuai dugaanku.”

“Syukurlah, kalau kamu suka.”

Alvaro melanjutkan makannya. Beberapa saat kemudian, Vania datang menghampiri membawa belanjaan. Ia baru saja belanja bulaban.

“Eh, ada tamu rupanya.”

“Sore, Tante.”

“Sore juga. Siapa namamu?”

“Saya Rona, Tante. Teman sekelasnya Alvaro.”

“Salam kenal, Rona. Saya Vania, Mamanya Alvaro.”

Vania terdiam sejenak. Ia memilih memperhatikan keduanya.

“Yakin kalian hanya teman sekelas? Mama rasa kalian mempunyai hubungan spesial. Muka kalian kok tegang gitu? Alvaro, jawab Mama. Kalian ada hubungan ‘kan?”

“Iya, Ma. Rona ini pacarku. Baru jadian kemarin. Mama nggak marah ‘kan?”

Vania tidak langsung menjawab. Kali ini, ia memerhatikan Rona dengan tatapan datar.

“Ma, jangan lihatin Rona seperti itu. Kasihan dia. Mama nggak setuju aku pacaran?”

Vania tersenyum.

“Siapa bilang? Mama setuju kalau kalian memang benar pacaran. Rona cantik, sopan, dan kelihatannya juga pintar.”

“Makasih, Tante.”

“Makasih, Ma. Alvaro sayang banget sama Mama.”

“Sama-sama, Sayang.”

“Oh, iya kamu dibawain bubur sama Rona?”

“Iya, Ma. Ini bukan sembarang bubur, Ma. Bubur ini spesial banget buatan pacarku. Rasanya enak banget.”

“Wah, kamu buat sendiri, Rona?”

“Iya, Tante. Saya buat sendiri.”

“Hebat kamu! Kapan-kapan Tante mau coba masakan kamu boleh ya?”

“Boleh. Nanti saya masakin juga buat Tante.”

“Oh, iya kalau dilihat-lihat lagi. Sepertinya kita pernah bertemu sebelumnya.”

“Sepertinya ini pertemuan pertama kita, Tante. Sebelumnya kita belum pernah bertemu. Mungkin hanya mirip.”

“Iya, juga.”

“…”

Obrolan-obrolan santai mereka berlanjut hingga sekitar pukul lima sore lebih beberapa menit. Setelah Rona berpamitan, Alvaro memutuskan untuk mengantar Rona pulang. Awalnya, Rona ragu karena Alvaro baru saja sembuh dan butuh banyak istirahat. Namun, Alvaro tetap memaksa untuk mengantar. Dirinya sudah merasa jauh lebih baik. Mereka pun berangkat menggunakan mobil.

“Habis antar aku, kamu langsung pulang ya! Jangan keluyuran! Kamu harus banyak istirahat.”

“Iya, Pacarku. Habis antar kamu, aku langsung pulang.”

Rona terkekeh mendengar Alvaro yang terus menggunakan aku-kamu.

“Mau pakai aku-kamu saja nih?”

“Kalau menurut aku, memang lebih baik pakai aku-kamu. Kalau gue-lo kedengarannya agak kaku. Coba bandingin pacar gue, pacar lo, pacarku, pacarmu. Lebih terdengar romantis pakai aku-kamu. Menurutmu bagaimana?”

“Iya, sih. Kalau pakai gue-lo terdengar kaku. Ya sudah, kita pakai aku-kamu saja.”

Tak lama, mereka tiba di kediaman Rona. Rona turun dari mobil dan segera masuk ke rumahnya. Setelah sang pacar masuk, Alvaro langsung menjalankan mobilnya pulang ke rumah.

To be continued...
©2021 By WillsonEP
Penasaran dengan kisah selanjutnya?
Jangan lupa vote, comment, dan tambahkan ke library & reading list kamu :)
.
.
Sudah vote?
Terima kasih.

AlvaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang