Sepulang sekolah nanti Alvaro akan memulai misi untuk menaklukkan dan menyembuhkan hati gadis yang dicintainya, Rona Senja Putri. Ia tahu mungkin ini tidak mudah bagi Rona untuk menerimanya, tetapi ia akan berusaha.
“Rona, pulang sekolah lo sama gue lagi ya?”
“Nggak, gue bisa pulang sendiri.”
“Ini permintaan Kakak lo!”
“Kak Eros yang minta? Masa? Lo jangan manfaatin Kak Eros buat dekati gue.”
“Lo nggak percaya? Ini buktinya lo lihat sendiri.”
Alvaro menyodorkan ponselnya ke arah Rona.
Eros
Al, gue titip Rona sama lo ya! Hari ini lo harus antar dia pulang. Jangan biarin dia pulang sendiri. Kan tadi pagi lo jemput, berarti pulangnya juga sepaket ya! 12:30
“Hmm, ya sudah gue pulang bareng lo. Simpan HP lo, nanti kalau ketahuan dan disita, gue nggak mau tanggung jawab.”
“Okay, bentaran doang nggak akan ketahuan.”
30 menit berlalu. Pelajaran terakhir kelas Alvaro dan kawan-kawan akhirnya selesai juga. Murid-murid pun mulai meninggalkan kelas satu per satu.
“Al, gue pamit pulang duluan ya? Lo pulang sama Rona ‘kan?”
“Iya, Dre. Lo hati-hati.”
“Siap. Bye, Al, Ron!”
—oOo—
Alvaro dan Rona tengah berboncengan di atas motor. Namun, Rona merasa Alvaro tidak langsung mengantarnya pulang. Alvaro melajukan motornya ke arah lain.
“Lo mau bawa gue ke mana? Gue mau balik.”
“Apa? Lo ngomong apaan?”
“Lo mau bawa gue ke mana?” ulang Rona dengan suara yang lebih kencang.
“Oh, gue lapar. Kita makan dulu ya! Kita ke warung pecel langganan gue.”
“Makan? Okay, tapi jangan lama-lama.”
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di sebuah warung tenda pecel lele. Alvaro langsung memarkirkan motornya di pinggir jalan, tepat di depan warung tersebut.
“Lo mau makan pecel lele di sini?”
“Iya, kenapa gitu?”
“Baru kali ini, gue lihat orang kaya mau makan pecel di tempat yang sederhana seperti ini. Ini ‘kan pinggir jalan. Lo yakin?”
“Yakin, ayo!”
“Okay.”
Mereka pun langsung menduduki tempat yang telah tersedia. Tak lama, seorang pria paruh baya menghampiri mereka.
“Selamat datang, Nak Alvaro. Apa kabar? Sudah lama nggak mampir.”
“Terima kasih, Pak Ujang. Kabar Alvaro baik. Iya, nih baru sempat ke sini.”
“Papa dan Mama sehat?”
“Puji Tuhan sehat, Pak.”
“Syukurlah. Oh, iya ini siapanya? Pacarnya ya?”
“Oh, ini calon pacar saya. Kenalin namanya Rona.”
“Bukan, Pak. Dia bukan siapa-siapa saya. Lo jangan ngaku-ngaku!”
Pak Ujang tersenyum melihat tingkah Alvaro dan Rona.
“Ya sudah, kalian mau pesan apa?”
“Saya pesan pecel lelenya satu porsi sama nasi uduk.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarona
Ficção AdolescenteKisah Alvaro mendekati gadis "anti cowok" bernama Rona Senja Putri. Alvaro Aldevaro, pria tampan, pintar, dan berasal keluarga kaya raya. Karismanya membuat ia menjadi idola siswi-siswi satu sekolah. Namun, di balik itu semua dirinya merasa kesepia...