Setelah menikmati es jeruk buatan sang ibu, Rona memutuskan untuk segera ke kamar dan berganti pakaian. Kepalanya masih terasa pusing akibat benturan bola basket tadi. Saat ini, Rona sedang berbaring di tempat tidur tercintanya. Menatap langit-langit kamar. Ia kembali teringat kejadian masa lalu yang hampir mirip dengan kejadian hari ini.
“Rona, bagaimana kondisi lo? Sudah baik-baik sajakah? Yakin mau pulang sendiri? Gue antar ya?”
“Nggak perlu, aku bisa pulang sendiri, Rain.”
“Gue tetap antar lo pulang. Kita naik angkot bareng ya? Gue takut lo kenapa-kenapa. Gue ‘kan pacar lo.”
“Iya, thanks ya! Aku beruntung punya pacar kayak kamu.”
“Iya, Rona sayang.”
Mereka pun keluar gerbang sekolah untuk mencegat angkot yang lewat.
“Aku rindu sama kamu, Rain. Kamu apa kabar? Meskipun aku sudah putusin kamu, aku belum bisa move on dari kamu.”
Rona kembali mencoba menghubungi nomor Rain berulang kali.
“Nadanya sih nyambung, tapi kamu kok nggak angkat telepon aku? Rain kamu di mana? Aku rindu kamu. Aku rindu masa-masa bersamamu. Apakah kamu akan kembali, Rain? Sesuai janji kamu.”
“Kapan kamu kembali?”
“Lulus SMA gue balik lagi ke sini.”
“Okay, aku tunggu kamu, Rain, tapi ingat jangan selingkuh sama cewek di sana ya!”
“Iya, Sayang. Gue janji nggak akan selingkuh dan hilang ditelan bumi. Sudah ya! Gue harus ke bandara sekarang. Love you!”
“Love you too.”
Beberapa saat kemudian, Rona terlelap. Ia sangat merindukan sang mantan pacar. Seandainya Rain dapat dihubungi dan ada kabar, mungkin Rona tidak mungkin memutuskannya begitu saja.
—oOo—
“Rona, bangun,” panggil Senja sambil mengelus puncak kepala putrinya.
Rona membuka kedua matanya.
“Eh, Ibu.”
“Bagaimana kondisimu sekarang, Sayang? Masih pusing?”
“Rona sudah baik-baik saja, Bu. Ibu nggak usah khawatir.”
“Syukurlah. Ibu lega dengarnya. Oh, iya Ibu mau tanya sesuatu sama Rona.”
“Tanya apa, Bu?”
“Kamu masih kepikiran sama Rain?”
“Nggak, Ibu tahu dari mana?”
“Matamu, Rona. Matamu sembab. Kamu habis nangis ‘kan?”
Rona mengangguk.
“Iya, Bu. Rona kangen banget sama Rain.”
“Ibu ngerti perasaan Rona. Kamu pasti butuh waktu untuk melupakan Rain. Pelan-pelan saja, Rona. Ya sudah, sekarang kita makan malam ya!”
Rona memeluk sang ibu.
“Iya, Bu. Rona akan berusaha move on dari Rain.”
—oOo—
Selesai makan malam, Rona kembali ke kamarnya. Ia memutuskan untuk mandi. Badannya terasa lengket dan nggak nyaman jika setelah beraktivitas seharian dirinya tidak mandi lagi. Di tengah guyuran gayung, Rona kembali teringat kenangan-kenangan indah bersama sang mantan kekasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarona
Teen FictionKisah Alvaro mendekati gadis "anti cowok" bernama Rona Senja Putri. Alvaro Aldevaro, pria tampan, pintar, dan berasal keluarga kaya raya. Karismanya membuat ia menjadi idola siswi-siswi satu sekolah. Namun, di balik itu semua dirinya merasa kesepia...