Keesokan harinya, Rona terpaksa menemui Rain, mantan kekasihnya. Ia tidak mau sampai Rain berbuat sesuatu kepada Alvaro. Tepat pukul 11.00, Rona tiba di tempat janjian mereka, yaitu Cozy Café. Lokasinya tidak begitu jauh dari rumah Rona. Jaraknya sekitar 50 meter dari rumah Rona. Namun, sesampainya di sana Rona belum melihat keberadaan Rain. Rona pun memutuskan untuk memilih tempat duduk terlebih dahulu. Ia sengaja memilih tempat duduk tengah-tengah kafe untuk mencegah segala kemungkinan terburuk.
Waktu telah berlalu 10 menit dari waktu janjian di awal. Rain masih tak kunjung muncul. Rona mulai merasa kesal menunggu kedatangan pria itu.
“Dasar, tidak on time. Kalau bukan karena keselamatan Alvaro, aku nggak bakalan temuin kamu, Rain.”
Beberapa saat kemudian, pria yang Rona tunggu-tunggu akhirnya muncul juga batang hidungnya. Pria itu langsung duduk di hadapan Rona tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
“Dasar tidak on time. Aku sudah hampir 15 menit nunggu di sini. Datang-datang bukannya minta maaf malah diam saja. Kenapa telat?”
Rain hanya tertawa.
“Santai, Rona. Hidup gue nggak hanya ngurusin lo doang! Masih ada urusan yang lebih penting daripada lo. Mau pesan minum dulu?”
“Nggak perlu. Langsung to the point. Apa tujuanmu mau ketemuan?”
“Gue akan jelasin semuanya. Kenapa gue nggak ada kabar. Kenapa gue nggak balas pesan lo.”
“Langsung ceritakan. Aku nggak punya banyak waktu.”
Rain terdiam sejenak.
“Setahun belakangan ini, gue sakit, Ron. Gue harap lo paham dengan kondisi gue sekarang.”
“Sakit? Kamu sakit apa?”
“Gue nggak sanggup bicara soal ini. Yang jelas umur gue nggak lama lagi. Gue sakit parah, Ron.”
“Kenapa kamu sebelumnya nggak cerita? Kamu kan bisa chat aku, video call aku. Kenapa kamu nggak melakukan itu?”
“Gue nggak mau lo khawatir. Makanya gue nggak kabarin lo. Lo mau ya balikan sama gue? Gue minta maaf kalau gue nggak ngabarin lo selama tiga bulan terakhir sebelum lo kirim pesan putus. Gue mau habisin sisa umur gue bersama lo, Rona. Please.”
Rona terdiam. Jujur, sekarang Rona merasa bingung apa yang harus dia lakukan sekarang? Ia merasa bersalah telah memutuskan hubungannya dengan Rain secara sepihak tanpa mendengar penjelasannya terlebih dahulu. Di sisi lain, ia juga nggak mau menyakiti hati Alvaro, pria yang saat ini telah menjadi pacarnya.
“Aku minta maaf, Rain. Aku butuh waktu untuk memikirkan ini semua.”
“Okay, gue tunggu. Gue harap lo putusin pacar baru lo dan balikan sama gue.”
“Aku pamit pulang dulu.”
“Mau gue antar?”
“Nggak perlu.”
“Okay. Gue kasih lo waktu tiga hari.”
Rona keluar dari kafe tersebut. Saat hendak memesan ojol, ia mendapatkan pesan dari Alvaro.
Kamu di mana? Aku ontheway rumah kamu ya! 11:37
11:38 Di Cozy Café dekat rumah. Ini baru mau pulang.
Oh, gitu. Aku jemput ya? 11:38
11:39 Okay. Aku tunggu.
Beberapa saat kemudian, mobil Alvaro melintas. Alvaro membuka kaca mobilnya.
“Hai, Pacarku. Ayo, naik!”
“Iya, makasih udah jemput.”
“Sama-sama. Ayo, naik!”
“Iya.”
“Rona, kamu habis makan siang sama siapa? Sendiri?”
“Nggak, tadi makan sama teman-teman lama. Oh, iya kamu mau ngapain ke rumah?”
“Hmm, tadinya aku mau ajak kamu makan siang di rumah bareng Papa dan Mama, tapi kamunya ternyata sudah makan siang.”
“Maaf ya! Aku sudah makan tadi. Sekarang kenyang banget.”
“Tidak apa, Rona. Mungkin lain kali saja. Sekarang, aku antar kamu pulang.”
—oOo—
Mobil Alvaro tiba di halaman rumah Rona. Setelah Rona turun dan masuk ke dalam rumah, Alvaro langsung melajukan mobilnya.
“Alvaro, maaf aku terpaksa tidak bilang barusan aku ketemu Rain, mantanku,” batin Rona.
“Hey, Dek. Bagaimana ketemuan kamu sama si Hujan? Dia jelasin apa?” tanya Eros sambil melanjutkan aktivitas mengelap helmnya.
“Namanya Rain, Kak. Bukan Hujan.”
“Sama aja. Hujan bahasa inggrisnya apa?”
“Rain.”
“Ya sudah, sama ‘kan? Dia ngomong apa saja? Alasan dia tanpa kabar apa?”
“Katanya dia sakit parah. Umurnya nggak lama lagi. Rona jadi merasa bersalah sudah putusin dia.”
“Ah, masa? Sakit apaan?”
“Entahlah, dia nggak bilang.”
“Kamu percaya dia? Kalau Kakak sih ragu dia sakit. Bisa saja ini hanya alasan dia biar kamu nggak marah sama dia. Dia hanya pura-pura.”
“Hmm, entahlah. Aku juga ragu, tapi kalau dilihat dari wajah dia tadi benar-benar pucat. Mungkin dia beneran sakit. Selain itu, dia juga minta aku balikan sama dia dan putusin Alvaro. Aku jadi bingung, Kak. Menurut Kakak aku harus bagaimana?”
“Kalau menurut Kakak, kamu tetap sama Alvaro. Jangan pernah balikan sama si Hujan! Alvaro jauh lebih baik. Kakak dari awal memang nggak suka sama sikapnya si Hujan, arogan, emosian, posesif, dan terlalu banyak mengatur kamu, Rona. Kamu mau diatur-atur seperti itu? Kamu pertimbangkan baik-baik. Jangan sampai salah pilih. Oh, iya soal si Hujan yang sakit. Lebih baik kamu cari tahu kebenarannya dulu. Jangan langsung percaya. Bisa saja dia berbohong.”
“Iya, makasih sarannya, Kak. Rona permisi ke kamar dulu.”
Rona masuk ke kamarnya. Beberapa saat kemudian, ia kembali mendapatkan pesan dari Rain.
INGET! WAKTU MENJAWAB LO 3 HARI. 12:13
PILIHAN LO DUA :
1.BALIKAN SAMA GUE DAN ALVARO NGGAK AKAN GUE GANGGU
2.LO TETAP SAMA ALVARO, TAPI GUE AKAN BIKIN PERHITUNGAN SAMA DIA. 12:14
“Sial! Kalau gini sih namanya pemaksaan! Aku harus bagaimana? Apa aku harus bilang sama Alvaro? Aku takut Alvaro kenapa-kenapa, tapi aku juga nggak mau putus sama dia.”
To be continued...
©2021 By WillsonEP
Penasaran dengan kisah selanjutnya?
Jangan lupa vote, comment, dan tambahkan ke reading list&library kamu ya!
Terima kasih.
👇🏻Vote sekarang!⭐
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvarona
Teen FictionKisah Alvaro mendekati gadis "anti cowok" bernama Rona Senja Putri. Alvaro Aldevaro, pria tampan, pintar, dan berasal keluarga kaya raya. Karismanya membuat ia menjadi idola siswi-siswi satu sekolah. Namun, di balik itu semua dirinya merasa kesepia...