Chapter 23 : Cinta yang Tulus

30 7 10
                                    

Hari-hari berikutnya, hubungan Alvaro dan Rona semakin dekat. Setiap hari mereka bertemu, Alvaro selalu menjemput Rona dan menghabiskan waktu bersama. Tak terasa sudah satu bulan lamanya mereka pacaran. Tepat hari ini, mereka sudah satu bulan berpacaran. Mereka pun merayakannya di Taman Kencana dengan makan es krim bersama.

“Kamu yakin hanya mau makan es krim saja untuk merayakannya? Aku bisa ajak kamu ke kafe untuk merayakan satu bulan jadian kita.”

“Nggak perlu, Al. Aku nggak butuh perayaan yang mewah-mewah. Cukup makan es krim bersama kamu, itu cukup.”

Okay. Aku punya sesuatu buat kamu.”

“Sesuatu apa? Aku harap bukan barang mewah.”

“Nggak, mewah. Hanya gelang.”

Alvaro mengeluarkan sepasang gelang yang terdapat ukiran “Alvarona”.

“Aku mau ngasih ini.”

“Gelang pasangan?”

“Iya, sederhana tapi bermakna. Aku pakaikan ya?”

“Iya.”

Alvaro mulai memakaikan gelang tersebut pada lengan sebelah kiri Rona. Setelah itu, baru Rona memakaikan gelang yang satunya kepada Alvaro.

“Alvarona. Gabungan nama kita, Alvaro dan Rona. Kamu suka gelangnya?”

“Suka banget. Lucu.”

“Semoga Alvarona selalu bahagia dan bersama ya!”

“Amin. Aku harap begitu.”

Langit sudah semakin gelap. Mereka pun beranjak dari tempat itu, kembali ke motor Alvaro. Selama perjalanan, mereka berdua asik mengobrol menggunakan interkom yang dipasang di helm keduanya. Dua minggu lalu, Alvaro baru saja membelinya untuk mempermudah komunikasi di atas motor.

“Rona, aku langsung antar kamu pulang atau mau makan dulu?”

“Langsung pulang saja. Ibu pasti sudah masak makan malam.”

Okay, deh.”

Sekitar 10 menit perjalanan, mereka tiba di tujuan. Sesampainya di sana, mereka melihat sebuah mobil berwarna merah terparkir di halaman rumah.

“Hmm, bukannya itu mobil Mama kamu?”

“Iya, itu mobil Mama. Mama ngapain ke sini?”

“Mungkin ngobrol-ngobrol. Mereka ‘kan sahabatan lama.”

“Iya, juga. Ya sudah, ayo kita masuk!”

Beberapa saat kemudian, datang mobil Aldevaro dan berhenti tepat di dekat rumah Rona.

“Papa ke sini juga? Ada apa, Pa?”

“Mamamu minta Papa datang ke sini. Katanya kita akan makan malam bersama di sini.”

“Oh, gitu. Ayo, Om! Kita masuk.”

Mereka memasuki rumah itu. Semuanya telah berkumpul di meja makan.

“Akhirnya kalian datang juga,” sambut Senja dan Vania.

“Mama kenapa nggak bilang-bilang Alvaro?”

“Iya, Bu. Hampir saja tadi kita makan di luar.”

“Sengaja biar surprise, Alvaro, Rona. Sekalian buat perayaan sebulan kalian jadian,” jawab Vania.

“Benar itu. Ayo pada duduk!” ajak Senja.

“Selamat adikku, Sayang. Semoga kalian langgeng terus,” tambah Eros.

“Amin, Kak. Makasih doanya,” jawab Alvaro.

Sementara itu, Rona hanya senyum-senyum malu. Mereka berenam mulai menikmati makan malam yang telah disiapkan.

“Semoga saja kebahagiaan ini terus berlanjut. Hubungan aku dan Alvaro baik-baik saja, kita berdua bahagia dan dapat menghadapi masalah bersama-sama kedepannya. Amin,” batin Rona.

Selesai makan malam, mereka pun asik mengobrol satu sama lain.

“Awalnya aku nggak nyangka bisa ketemu kamu lagi, Ja, apalagi anak kita ternyata saling kenal bahkan sekarang pacaran.”

“Iya, aku juga nggak nyangka.”

“…”

Senja dan Vania merupakan sahabat lama yang bertemu kembali setelah sekian lama tidak bertemu. Mereka sudah sahabatan sangat lama.

“Al, kita ke depan yuk!” ajak Rona.

“Ada apa?”

“Di sini terlalu rame.”

Okay.”

Setelah berpamitan dengan yang lainnya, mereka pun keluar dan duduk di kursi depan.

“Ron, aku mau nanya sesuatu sama kamu.”

“Tanya apa?”

“Sebulan pacaran denganku, apakah kamu bahagia?”

Rona terdiam sesaat. Kemudian, ia mengembangkan senyumannya.

“Bahagia banget, Al. Kamu berhasil menyembuhkan luka hatiku.”

“Benarkah?”

“Iya, memang nggak semua cowok sama, macem-macem deh.”

“Syukurlah, aku senang dengarnya. Kalau aku, cowok yang gimana?”

“Kamu itu… baik, ramah, suka menolong, nggak posesif, dan satu lagi. Kamu nggak sombong seperti kebanyakan orang kaya lainnya. Itu yang aku suka dari kamu. Kalau menurut kamu, aku bagaimana?”

“Rona Senja Putri, gadis cantik, galak, dan misterius yang buat aku penasaran awalnya, tapi setelah aku kenal dekat dengannya ternyata semua itu hanya sebuah topeng. Dia adalah gadis cantik, lembut, dan bikin aku gemes dan jatuh cinta samanya. Selain itu, dia juga sederhana, tidak memanfaatkan kekayaan Papa untuk bersenang-senang. Padahal semua itu bisa dia lakukan. Itu yang aku suka dari kamu.”

Rona tersenyum.

“Aku mencintaimu bukan karena harta Papamu. Aku mencintaimu dengan tulus.”

I love you, Rona Senja Putri.”

Tiba-tiba Eros keluar.

“Kakak senang dengarnya.”

“Astaga, Kakak nguping?” tanya Rona kesal.

“Dikit doang, Dek.”

“Sama aja.”

“Maaf, tapi Kakak senang lihat kalian begini. Kamu sudah bisa move on dari mantanmu itu. Ya sudah, Kakak masuk lagi. Oh, iya Kakak punya sebuah nasihat nih buat Alvaro.”

“Nasihat apa, Kak?”

“Jangan terlalu bucin sama Rona. Sudah ya!”

Alvaro terdiam. Sementara itu, Eros langsung masuk ke dalam.

“Bucin? Memangnya aku sudah termasuk golongan bucin, Rona?”

“Kayaknya sih udah.”

“Tapi nggak apa-apa deh. ‘Kan bucinnya sama pacar sendiri.”

Mereka berdua tertawa mendengar pernyataan Alvaro barusan.

To be continued...
©2021 By WillsonEP
Alvaro bucin benarkah?
Jangan lupa vote, comment, dan tambahkan ke reading list & library kamu.
.
.
Sudah vote?
Terima kasih.

AlvaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang