Chapter 8 : Kejadian Langka

37 7 15
                                    

Sepulang mengantarkan Rona, Alvaro langsung menuju rumah Andreas untuk belajar bersama. Sesampainya di sana, Alvaro disambut oleh Raini, mama Andreas.

“Sore, Tante Raini.”

“Sore, Alvaro. Mau belajar bareng lagi ya?”

“Iya, Tante. Kami sudah janjian.”

“Ya sudah, silakan masuk. Andre sama Megan sudah nungguin di dalam. Semangat ya belajarnya!”

“Siap, Tante. Alvaro masuk dulu.”

Alvaro masuk menghampiri Megan dan Andreas.

“Bagaimana kondisi Rona, Al?”

“Dia baik-baik saja, Dre. Hanya memar sedikit di bagian pelipis.”

“Syukurlah kalau dia baik-baik saja. Siapa yang antar dia pulang? Lo atau si Aldi?”

“Gue.”

“Seriusan, Al? Lo berhasil ajak dia pulang?”

“Serius, meskipun dia merasa terpaksa.”

“Oh, gitu. Ya sudah, kita mulai belajarnya. Sudah sore nih.”

Mereka pun memulai belajar bersamanya. Tak terasa, dua jam telah berlalu. Waktu telah menunjukkan pukul 18.00. Raini menghampiri Alvaro, Megan, dan Andreas yang sedang belajar di kamar Andreas.

“Andreas, Alvaro, Megan, sudah jam enam sore. Kalian makan malam dulu yuk!”

“Iya, Tante. Terima kasih tawarannya. Maaf merepotkan.”

“Nggak repot kok, Megan. Justru Tante sangat berterima kasih sama kalian berdua. Sudah sabar ajarin anak Tante.”

“Sama-sama, Tante. Kami senang bisa bantu.”

“Ya sudah,  ayo kita ke ruang makan! Semuanya sudah siap. Nanti keburu dingin.”

—oOo—

Selesai makan malam, Alvaro dan Megan memutuskan untuk pamit. Sedari tadi mereka berdua sudah ditelepon dan diminta untuk segera pulang. Bagi Megan hal ini sudah biasa terjadi. Mamanya memang sering meneleponnya jika ia pulang telat. Sementara itu, bagi Alvaro ini adalah sebuah kejadian langka yang jarang sekali terjadi. Tak butuh waktu lama untuk Alvaro tiba di rumah.

“Alvaro pulang.”

Tak lama, Aldevaro dan Vania menghampiri Alvaro.

“Habis dari mana kamu? Kok jam segini baru pulang? Sekolahnya sampai malam?” tanya sang papa.

“Iya, Alvaro sayang. Kenapa kamu baru pulang?”

“Bukan urusan Papa dan Mama. Kalian urus saja pekerjaan kantor yang dibawa pulang. Alvaro lelah mau ke kamar.”

“Alvaro, tunggu! Papa dan Mama belum selesai ngomong.”

Alvaro meninggalkan mereka ke kamar. Ia membuka pakaian olahraga yang ia kenakan dan segera pergi mandi. Sementara Alvaro mandi, Aldevaro dan Vania akhirnya berdebat.

“Ini semua gara-gara Mama.”

“Lah, kenapa jadi salah Mama? Apa salahnya istri bantu suaminya kerja di kantor.”

“Salah, gara-gara kamu kerja Alvaro jadi kurang perhatian. Kamu seharusnya lebih perhatian sama dia. Urusan kerjaan biar aku saja yang urus.”

“Oh, nggak bisa. Kamu jangan larang-larang aku kerja. Kalau kamu kerja sendirian, nanti kantor berantakan bagaimana?”

“Nggak mungkin. Semua urusan kantor aku yang handle. Kamu urus Alvaro saja di rumah.”

“Hmm, aku nggak mau! Kamu saja deh yang urus. Kamu yang di rumah, aku yang urus kantor.”

AlvaronaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang