sembilan belas

1.5K 233 11
                                    

"selamat pagi tuan, apa pagi ini aku perlu mengantar mu?" tanya supir itu

"dia berangkat dengan ku!" haruto tak memberi kesempatan untuk jeongwoo menjawab

jeongwoo hanya tersenyum tipis pada yang menawarkan nya untuk diantar seakan mengatakan 'tak apa apa'

di dalam perjalanan jeongwoo diam menatap keluar, air mata nya turun lagi. kalimat ayah nya yang mengatakan dia merepotkan berputar seperti kaset rusak dikepala nya

"sudah sampai" suara haruto memecah keheningan antara kedua nya, tapi jeongwoo tetap diam karena ia tau pintu nya masih di kunci oleh haruto

semenit berlalu kedua nya tetap diam, sampai akhir nya haruto membuka kunci nya tanpa menunggu lama sedetik kemudian jeongwoo langsung keluar

ia langsung menjadi pusat perhatian semua orang, baaimana tidak selain luka yang ada di tangan dan wajah nya kepala botak nya menjadi perhatian

"jeongwoo?!" merasa di panggil jeongwoo refleks berbalik tapi mata datar nya malah bertemu dengan mata haruto yang menatap nya intens

dengan cepat jeongwoo mengalihkan pandangannya dan menatap ke arah hyunsuk yang berlari ke arah nya "jeongwoo" panggil nya lagi

"iya hyung?" jeongwoo berusaha tersenyum padahal melihat hyunsuk yang berkaca kaca menatap nya ingin rasa nya ia berteriak meluapkan tangisannya

"kau kenapa?" suara hyunsuk bergetar, mengusap usap wajah jeongwoo yang memar di bagian sudut bibir dan kepala yang gundul dan di perban

"tak papa hyung" jeongwoo tersenyum berharap hyunsuk percaya

"kau bohong, itu pasti luka dari beberapa hari yang lalu" celetuk jihoon

"benar? kenapa tak cerita pada hyung jeongwoo, kau ini kenapa?" hyusuk semakin menggebu menanyai jeongwoo

"hyung stop, kau tak malu menangis seperti ini" jeongwoo mengusap air yang mengalir di pipi jeongwoo "aku baik hyung, percaya saja okay"

"kau tak baik" hyunsuk menggeleng

"okay, i'm not fine. nanti datang ke roof top akan ku cerita kan semua" jeongwoo

"sekarang saja" hyunsuk

"hyung, kau sebentar lagi akan ujian kelulusan apa masih mau membolos" jeongwoo, hyunsuk menunduk dan menggeleng pelan

"jihoon, bawa hyunsuk hyung masuk kelas nya" jeongwoo

hyunsuk menggeleng cepat, "hyung, ayolah. masih banyak waktu untuk bercerita, kau hanya perlu menunggu sampai istirahat dan ke roof top setelah nya kau akan tau semua nya" jeongwoo

"hanya sampai istirahat?" hyunsuk menatap jeongwoo yang juga menatap nya, jeongwoo dapat melihat kekhawatiran di sana 

jeongwoo mengangguk tersenyum dan mendorong hyunsuk ke jihoon, "jaga hyungku sampai kelas jangan sampai lecet, jika sampai lecet jangan harap kau bisa mendapat keturunan" 

"a-ayo hyung, jeongwoo menakutkan!" jihoon menarik hyunsuk

jeongwoo hanya tertawa kecil dan melanjutkan langkah nya ke kelas dengan haruto yang ada beberapa langkah di belakang nya

🧸🌎

"lama menunggu hyung?" jeongwoo datang bersama junghwan mendapati jihoon dan hyunsuk yang sudah duduk di kursi 

"kenapa lama?" hyunsuk

"junghwan mendapat panggilan alam jadi harus menunggu" jeongwoo tertawa 

"jadi kau kenapa?" junghwan 

jeongwoo berdiri di pagar pembatas dan menghirup sebanyak banyak nya oksigen dan menghembuskannya perlahan dari mulut, "waktu adalah obat terbaik dari segala luka" 

ketiga nya mengerutkan kening tak paham maksud jeongwoo, "sudut bibir ku terluka karena ayah ku menampar ku setelah pulang sekolah jumat kemarin"

"ayah mu menampar mu?" junghwan tak percaya dengan penuturan jeogwoo

jeongwoo mengangguk, "dia menampar ku tanpa alasan yang jelas, mengatai ku meropotkan anak bodoh, lucu" jeongwoo tertawa kecil

"lucu?" jihoon menatap jeongwoo aneh

"iya lucu, dia yang memilih untuk memiliki anak dan saat aku datang dia malah seperti ini. bukan kah itu lucu" jeongwoo tersenyum 

"aku tau rasa nya" jihoon menatap ke atas, awan yang tak beraturan tapi sangat indah

"rasa nya seperti ribuan anak panah menusuk jantung mu, ulu hati mu terasa meluap, leher mu terasa tercekik hingga kau kesulitan bernafas" jihoon tersenyum miris

"bukan hanya itu, kata kata itu terus terngiang seperti kaset rusak setiap itu tergiang rasa nya nyawa ku ditarik paksa dari raga ku" jeongwoo

"lalu tangan mu?" junghwan

jeongwoo beralih menatap kedua tangannya yang tebalut perban, "aku terlalu emosi dan tak terima ini terjadi pada ku jadi aku meninju kaca yang ada di kamar dan di kamar mandi"

"pasti sakit" hyunsuk

"hati ku lebih sakit dan lelah hyung, aku binggung dimana aku harus menaruh rasa kecewa ini agar tak menganggu" jeongwoo

"satu hal yang harus kau ingat, setidak nya jika anugrah menjadi seorang ayah Tuhan berikan pada mu jangan lakukan apa yang ayah mu lakukan pada mu" jihoon

"menjadi seorang ayah? aku bahkan berpikir mengakhiri hidup ku"

"NO!" hyunsuk berlari dan langsung memeluk jeongwoo erat

"demi apa pun, tolong jangan lakukan itu jeongwoo" hyunsuk terisak memeluk jeongwoo

"tidak hyung, aku bilang kan hanya berpikir" jeongwoo menepuk nepuk bahu hyunsuk menenangkan

"berpikir pun jangan lagi jeongwoo, kau tak akan tau rasa nya ditinggalkan"

"aku tau hyung, aku tau betul untuk rasa itu. Tuhan seakan memberi aku hukuman dia mengambil ibu ku setelah nya dia membuat ayah menamparku dan sekarang aku harus menanggung rasa kecewa" jeongwoo

"aku akan selalu ada untuk mu, kapan pun dimana itu tolong tetap hidup jeongwoo" hyunsuk merasa kaki nya tak sanggup berdiri ia terjatuh 

"aku janji tidak akan, aku baik hyung" jeongwoo juga terduduk

"jangan, tolong" lirih hyunsuk

"iya hyung, tidak" jeongwoo

"jangan berpikir hal itu lagi park jeongwoo, kau tau ada seseorang hidup sampai sekarang itu karena kau juga hidup" jihoon menatap jeongwoo

"siapa?" jeongwoo mengerutkan keningnya

"aku" jihoon 

Love Warning! [ʜᴀᴊᴇᴏɴɢᴡᴏᴏ]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang