"dari mana?" Tanya junkyu teman sebangku haruto
"Ahh, bocah itu terus mencuri buku latihan ku" haruto duduk sambil melempar asal buku milik nya
"Wah, dia benar benar merepotkan mu"
"Entah sampai kapan otak nya akan bekerja dan tak bergantung pada orang lain"
"Delapan tahun terus ada di samping nya apa kau tak bosan, aku saja yang mendengar cerita tentang dia dari mu sudah muak"
"Ini ku lakukan karena aku tak punya pilihan lain, bertahan hidup seorang diri dan tanpa keahlian khusus apa menurutmu aku bisa bertahan" haruto
"Kau benar, jika punya pilihan lain apa kau akan memilih pilihan lain itu?" Tanya junkyu, orang ini benar benar penasaran dengan haruto. Setahun berteman yang junkyu tau tentang haruto hanya lah remaja yang harus menjaga jeongwoo hanya itu
"Sepertinya tidak, uang memang bukan segalanya tapi tanpa uang apa kau pikir kau bisa melangkah barang sejengkal" haruto
"Apa ayah jeongwoo baik pada mu?"
"Cukup baik, tak ada hal hal khusus yang harus ku lakukan. Cukup membiarkan segala nya mengalir, asal bocah itu baik baik saja aku juga baik" jelas haruto
"Lalu..."
"Berhenti lah bertanya, kau tiba tiba berubah menjadi reporter dadakan" haruto menatap junkyu malas tapi sedetik kemudian ia memalingkan wajahnya karena guru yang mengajar sudah masuk
🧸🌎
bel pulang sekolah berbunyi dari tiga puluh menit yang lalu dan sekarang jeongwoo berdiri tak jauh dari gerbang sekolah
"kau mau kemana?" haruto datang dan tiba tiba mencekal tangan jeongwoo
"apa-apaan kau ini, lepaskan tangan ku. ini sakit!" teriak jeongwoo
"jawab dulu aku, cengkraman ku tak akan membuatmu mati" haruto
"tidak membuatku mati tapi aku bisa terluka dan alihnya kau yang mati!" mendengar ucapan jeongwoo cengkraman haruto perlahan melonggar
"lepaskan!" jeongwoo menatap haruto datar
"katakan dulu kau mau kemana"
"pulang" jawab jeongwoo
"pulang katamu, bukan kah hari ini kau ekskul vocal?"
"urusi urusan mu sendiri, aku lelah dan aku ingin pulang"
"kau akan menjadi urusan ku selama nya" jelas haruto penuh penekanan
"tidak jika kau sudah menikah, menyingkir lah" jeongwoo mendorong haruto dengan siku tangannya tapi ia malah ikut dan jatuh di pelukan haruto
"aku tau kau hanya malas, kau harus ikut ekskul hari ini" haruto mendekap jeongwoo dan membawa nya masuk ke dalam pekarangan sekolah lagi
"aku benar benar pusing haruto, biarkan aku pulang" jeongwoo sedikit memberontak
"pusing?" tanya haruto melepas dekapannya dan menatap jeongwoo "pusing sebelah mana?" tanya haruto sedikit menunduk menatap jeongwoo
"ahkk!" haruto memegangi perut nya yang dipukul keras oleh jeongwoo
"kurang lebih seperti itulah pusing yang aku rasa kan" jeongwoo kembali berjalan menuju gerbang sekolah meninggalkan haruto yang kesakitan
"kau ini selalu merepotkan ku!" haruto kesal merangkul jeongwoo dan membawa nya paksa
"sakit!" jeongwoo sedikit melawan
haruto hanya diam tak berniat membalas ucapan jeongwoo
"bang yedam!" teriak haruto tepat di depan ruang latihan vokal
"ada apa?" tanya yedam
"perhatikan anak ini" haruto sedikit mendorong jeongwoo masuk "panggil aku jika dia menghilang lebih dari lima menit" haruto
"aku tak mau aku ingin pulang!" teriakan jeongwoo menggema di ruangan vokal
"pulang setelah kau menyelesaikan ekskul hari ini" haruto lalu menutup kasar pintu ruangan itu
"kau hanya perlu duduk melatih suara mu apa tak bisa?" yedam jengkel dengan kelakuan jeongwoo karena dia selalu merepotkan haruto, bukan apa apa tapi ia juga harus ikut repot karena jeongwoo sangat sulit diatur
jeongwoo tak mengubris yedam ia melempar tas nya asal dan tepat di meja
"jam berapa latihan ini selesai?" tanya jeongwoo pada salah satu orang yang ada di dekat nya
"kurang lebih satu jam kedepan" jawab nya
"baiklah satu jam tidak lama, bang yedam cepat mulai berhenti menatapku dengan mata rubah mu, aku bosan melihat nya" jeongwoo mengambil satu kertas yang akan menjadi panutan mereka hari ini
"menjadi ketua vokal ini sangat melelahkan" gumam yedam berjalan lunglai untuk memulai latihan lagi
empat puluh menit berlalu tapi tak ada yang benar benar memperhatikan yedam, mereka semua bergantian menatap jeongwoo yang tampaknya hari ini serius
"apa harus jeongwoo yang ada di sebelahku?"
"IYA!!!" jawab mereka senang
jeongwoo hanya diam menatap tajam sekelilingnya, "berhenti menatapku seakan tak ada hari esok!" jeongwoo
"stop sampai disini saja hari ini sampai jumpa minggu depan" yedam menyambar tas nya dan keluar begitu saja
ini yang membuatku malas mengikuti ekskul ini, ketampanan ku merepotkan orang lain
jeongwoo menghela nafas pelan, dan berjalan menuju lapangan basket karena haruto pasti masih berlatih
jeongwoo duduk di tepi lapangan basket untuk menunggu haruto, ini bukan kejadian yang langka karena jeongwoo memang sering menunggu haruto
"apa kau masih lama?" tanya jeongwoo, haruto sekarang duduk di hadapannya untuk istirahat sebentar
"mungkin tiga puluh menit lagi" haruto
"apa tak bisa kau pulangkan sendiri saja, kau kan ketua nya" jeongwoo
"itu hanya bisa dilakukan oleh yedam yang kelelahan membina orang orang yang terpesona kejelekan mu"
"sialan!" jeongwoo melempar handuk yang ada di dekat nya ke wajah haruto
haruto hanya tertawa kecil dan mengelap wajah nya yang dengan handuk yang dilempar jeongwoo
"aku bosan haruto, ayo pulang sekarang" jeongwoo menatap haruto lesu
"kau tak tampan, tak imut, dan tak lucu. jangan seperti itu kau tambah jelek" haruto tertawa keras dan berlari menjauhi jeongwoo
"haruto sialan" jeongwoo berdiri dan melembar bola ke arah haruto dengan sekuat tenaga nya
"tidak kena" haruto mengelak
"astaga" pekik jeongwoo saat bola nya malah mengenai gadis yang sedang lewat di koridor
haruto yang ikut terkejut berbalik dan berlari ke arah gadis itu
"kau tak papa?" tanya haruto panik karena ia bisa saja kena masalah yang lebih berat akibat ulah jeogwoo
"pusing" gumam wanita itu memegangi kepala nya
tanpa perintah haruto dengan sigap menggendong gadis itu dan membawa nya ke ruang kesehatan
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Warning! [ʜᴀᴊᴇᴏɴɢᴡᴏᴏ]✓
Acak✎ -> end haruto hanya lah anak yatim-piatu yang bergantung pada ayah park. Start :27, aug 2021 Finish : 03, nov 2021 ⚠bxb⚠