Bekerjasama

30K 3.6K 154
                                    

Jam delapan malam yang dijanjikan, menunggu di salah satu taman yang letaknya tak jauh dari kawasan apartemen Elsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam delapan malam yang dijanjikan, menunggu di salah satu taman yang letaknya tak jauh dari kawasan apartemen Elsa. Ia menunggu janji paman yang ingin mengembalikan uangnya malam ini. Elsa sudah menunggu setengah jam yang lalu tapi belum ada tanda-tanda kedatangan paman Joy. Perasaan gelisah mulai Elsa rasakan, ia menoleh kanan-kiri mencari jejak paman Joy barangkali sudah datang. Suasana yang perlahan semakin sepi, tidak mungkin ia terlalu lama di sini. Elsa mengambil ponselnya lalu menelepon paman Joy.

Namun sayang jawaban yang ia dapatkan hanyalah sebuah kekecewaan, nomor paman Joy mendadak tidak aktif. Rasa takut mulai menyelimuti. Elsa menggigit bibirnya, ia masih berusaha menghubungi paman Joy. Jawabannya tetap sama, ia tidak boleh diam. Ia harus ke rumah paman Joy.

Mbak Kinan is Calling

"Ya, Mbak?" Jawab Elsa. Sebenarnya ia tidak ingin mengangkat telepon tapi ia takut Kinan curiga dengan Elsa.

"Uang sudah diambil?"

"Ah, iya. Sudah kok Mbak ..." Elsa nyaris lupa memberitahu kakaknya.

"Dijaga baik-baik. Mbak nggak akan minta, karena itu uangmu dari papa dan mama. Kamu sudah memikirkan tentang investasi?"

"Sudah kok Mbak. Elsa mau beli rumah menurutmu Mbak gimana?"

"Bagus. Kamu tetap tinggal di apartemen?"

"Iya. Tunggu aku punya uang baru beli apartemen, aku nyaman di apartemen. Biarkan rumah baru ditempati orang lain, lumayan setiap bulan ada pemasukan." Jelas Elsa

"Baguslah kalau begitu. Kamu memang adik Mbak yang bisa diandalkan."

"Terima kasih Mbak ..." Ucap Elsa. Sambungan telepon mereka berakhir. Elsa menaiki sepeda menuju rumah paman Joy yang tak jauh dari apartemen Elsa, hanya dibutuhkan waktu sepuluh menit.

Elsa menaruh sepedanya, keadaan rumah paman Joy sangat sepi. Ia mencoba memencet bel rumah paman Joy. Rasa takut belum hilang, ia harap ini hanyalah sebuah prasangka tidak lebih dari itu. Ia tahu paman Joy adalah orang paling jujur.

"Mencari siapa Neng?"

"Paman Joy." Jawab Elsa pada perempuan paruh baya yang kebetulan lewat di depannya.

"Lho, dia keluar kota. Neng siapanya?"

"Keponakan paman Joy." jawab Elsa lagi

"Kebetulan saya ibu RT di sini, Joy sempat nitip pesan katanya mau jual rumah ini. Mereka mau pindah." Jelasnya

Elsa terkejut, "Pindah?!"

"Iya, Neng. Nggak tahu ya?"

Elsa menggeleng, "Ibu tahu pindah atau mereka pindah ke mana?"

"Nggak ngasih tahu Neng. Ibu permisi dulu ya ..."

Elsa mengangguk lemah. Ia terdiam di tempat, ketakutan itu terjadi. Apakah paman Joy mengkhianati kepercayaan Elsa. Lantas setelah ini ia harus berbuat apa. Rasanya Elsa ingin menangis. Elsa mengambil ponselnya, ia menghubungi seseorang.

A Cup Of Coffee(END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang