"Kaya setan tiba-tiba muncul." Gerutu Radika. Sepertinya ia tidak bisa menghindari Dylan, sudah berusaha datang pagi-pagi bahkan tak mengetuk pintu karena takut mengganggu. Tak mau didahului Dylan, sampai akhirnya Elsa keluar membuat Radika senang karena ia bisa segera membawa Elsa.
"Ini kan wilayah saya, lagian Mas Dika kenapa pagi-pagi sudah di sini? Dapat akses dari mana? Nggak boleh sembarangan lho," tanya Dylan bertubi-tubi.
"Saya kenal satpamnya. Teman baik." Jawab Radika asal. Sebenarnya ia mengaku sebagai kerabat dekat Elsa.
Dylan mengangguk-angguk. Ia memberikan kopi yang baru saja ia beli untuk Elsa. "Nasi uduk, Americano seperti biasa."
"Thanks Mas Dy, aku ngerepotin terus ya." Elsa mencium aroma kopi kesukaannya. Tenang, dan rasanya ingin segera menghabiskan.
"Nggak kok." Dylan mengusap puncak kepala Elsa.
"Minum kopi pagi-pagi bukannya nggak bagus?" Ucap Radika
"Saya kalau nggak ada kopi lemes Mas, nggak ada semangat." Jawab Elsa
Radika mengangguk-angguk. Panggilan dengan dirinya kenapa formal sekali, sedangkan dengan Dylan berbeda. Apalagi saat Dylan mengusap rambut, Elsa tidak marah.
"Sudah selesai. Kita pergi," Radika kembali menggandeng tangan Elsa.
"Saya ikut kalian. Satu arah kok." Ucap Dylan. Ia mengubah posisinya menjadi berdiri di tengah, "Nggak keberatan kan, Mas Dika?" Tanya Dylan pada Radika.
"Keberatan." Sahut Radika kesal. Setelah ini ia akan berbicara dengan mamanya untuk memberikan Dylan pekerjaan, sekiranya tidak menggangu Radika selama tiga hari.
"Kalau gitu biar saya sama Elsa satu mobil aja deh, oh iya, Mas Dika sudah sembuh?"
"Sudah. Kalian ikut saya." Radika melepaskan tangan Elsa. Ia berjalan mendahului keduanya.
Gagal rencana berangkat kerja berdua sama Elsa. Radika menghela napas panjang, ia harus sabar karena hanya persoalaan waktu.
"Elsa di depan." Suruh Radika
"Nggak usah Mas, biar Mas Dylan aja yang di depan."
Radika berdecak kesal. "Lan, kamu yang bawa." Ucap Radika pada Dylan. Ia keluar dari mobilnya.
"Maaf Mas, saya lagi malas nyetir makanya nebeng sama kalian."
Radika menatap tajam ke arah Dylan, hanya sebuah alasan agar pria itu bisa berduaan di dalam mobil. Radika akan mencegah niat buruk Dylan.
"Lan, saya baru sembuh dari sakit. Tangan saya masih kaku." Radika melempar kunci mobil ke arah Dylan.
Sedangkan Elsa yang melihat sangat jengah dengan tingkah keduanya. Elsa mengambil kunci mobil dari tangan Dylan. "Kalian duduk di belakang, saya yang bawa mobil."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup Of Coffee(END)
عاطفيةBagi Radika melamar kekasih di kapal pesiar sebuah momen indah yang nanti ketika mereka menikah, lalu menua bersama akan terus teringat di kepala. Sayangnya malam di mana lamaran itu berlangsung tiba-tiba Jesi- kekasih Radika menolak lamaran di depa...