Elsa mengurungkan niatnya membuka pintu ia memilih berbalik lalu melangkah mendekati Radika. "Berarti selama ini kamu sudah mempersiapkan tentang perpisahan diantara kita ya?" Elsa masih mencoba tenang.
"Bukan begitu tapi aku nyaris lelah Sa, kamu sama sekali tidak memberi kesempatan." Balas Radika. Radika sudah berjuang dan tidak ada niatan untuk mengakhiri pernikahannya, tapi perasaan lain pasti ada karena ia merasa ingin menyerah.
"Segini saja perjuanganmu atau memang Jesi masih ada kesempatan untuk kembali bersama kamu?"
"Jangan bawa orang lain saat kita sedang bertengkar!" Radika meninggikan suaranya. Saat ini bukan lagi waktunya membahas Jesi.
Elsa tidak berniat membawa orang lain ke dalam Ia hanya bertanya bukankah itu wajar. "Aku hanya bertanya. Kamu cukup jawab."
"Tidak ada yang bisa jawab karena pertanyaanmu terlalu aneh, sudah berapa kali aku katakan bahwa dia hanya masa lalu dan tidak ada niatan untuk kembali. Jika ingin kembali kenapa tidak dilakukan sejak lama. Coba kamu pikir Sa, pahami dan mengerti perasaan saya." Ucap Radika. Perlahan ia mulai mendekati Elsa, sebisa mungkin ia menahan emosinya. Radika memahami kondisi Elsa yang tidak stabil.
"Aku atau Jesi?"
"Sa..." Radika menghela napas.
"Aku atau Jesi?" Elsa terus mengulang pertanyaannya tanpa henti. Bukankah ini sebuah kewajaran bagi seorang perempuan agar dirinya merasa mendapatkan keyakinan, atau anggap saja sebagai penentuan apakah hubungan ini dilanjut atau tidak.
Dengan sigap Radika memeluk Elsa membuat Elsa terkejut dan terus meminta dilepaskan, ia mencoba meronta tapi tangan dan tenaga Radika terlalu besar. "Lepas..."
"Kalau aku lepasin kamu, kamu pasti lari." Jawab Radika. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatannya apalagi tenaga Elsa tak sebesar dirinya, "Kalau pertanyaan itu dibalik untuk kamu jawaban kamu pasti memilih aku, karena kamu istri aku dan tidak ada cinta untuk orang di masa lalu. Itu nyata, kamu tidak bisa penepisnya. Aku salah karena memberi luka dan harusnya jangan jadikan dia sebagai alasan untuk hal apapun, aku salah. Menyesal dan tidak akan mengulanginya." Jelas Radika. Ada kelegaan di dalam hatinya terlebih ia sadar bahwa Elsa masih sangat mempedulikan dirinya.
"Lepas..."
"Tidak akan. Kamu boleh marah tapi kasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya, aku janji tidak akan mengurusi Jesi lagi. Dia hanya masa lalu yang seharusnya dihilangkan. Maaf, maaf saya bodoh. Maaf karena bertindak seenaknya tanpa memikirkan perasaan istriku." Radika mengusap punggung Elsa sesekali ia mencium punggung Elsa, ia merindukan perempuan ini termasuk merindukan aroma Elsa yang khas. Radika merasa tubuh Elsa tak lagi menegang perempuan itu perlahan mulai menerima pelukannya, "Saya janji akan memperbaiki semuanya, mengambil kembali kepercayaan kamu." Radika mulai melepaskan pelukannya lalu tangannya terulur mengusap perut Elsa.
Elsa terkejut dan segera menepis tangan Radika, kenapa Radika tiba-tiba mengusap perutnya. Elsa belum memberitahu soal kehamilannya dan papa tidak akan lebih dulu memberitahu Radika seperti yang papa janjikan..
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup Of Coffee(END)
RomanceBagi Radika melamar kekasih di kapal pesiar sebuah momen indah yang nanti ketika mereka menikah, lalu menua bersama akan terus teringat di kepala. Sayangnya malam di mana lamaran itu berlangsung tiba-tiba Jesi- kekasih Radika menolak lamaran di depa...