Suasana yang mendadak canggung membuat keadaan semakin tidak nyaman, ada Dylan di sampingnya yang sejak tadi menahan tangannya untuk tidak pergi. Ini terlalu cepat menurutnya karena ia belum mempersiapkam apapun.
"Boleh kita bicara?"
Elsa mengangguk. "Apa kabar?" Elsa basa-basi.
"Baik, senang bisa bicara denganmu."
Seakan memahami situasi yang berbeda, Lolita dan Dylan memutuskan untuk menjauh. Memberikan ruang untuk keduanya bercengkrama karena barangkali mereka merasa terbatas jika ada orang lain.
"Oh iya, terima kasih ya, sudah menjaga Radika."
"Tidak perlu mengatakan terima kasih, aku tidak merebutnya darimu dan harusnya yang berterima kasih adalah aku karena kamu mau melepaskan Radika." Ucap Elsa sedikit kesal.
"Bukan begitu. Aku hanya ingin berterima kasih karena Radika mendapatkan wanita yang tepat, aku memang bodoh."
"Bisa kita bicara tentang hal lain, aku tidak nyaman." Jujur Elsa. Tidak ada wanita yang merasa nyaman, baik-baik saja ketika berbicara dengan masa lalu prianya.
"Tapi hal ini harus diluruskan. Maaf soal keributan waktu itu tapi bukan aku pelakunya."
"Lalu siapa?" Baiklah sepertinya Elsa harus meladeni.
"Asistenku. Kalau aku mengatakan sejujurnya pasti panjang, kamu bisa tanya Dylan. Sekarang aku tidak baik-baik aja, bisakah kamu kembalikan Radika?"
"Radika bukan barang. Tidak mudah untuk mengembalikan dia padamu, apa kamu lupa perlakuanmu seperti apa di kapal pesiar? Sekarang datang seperti tidak ada rasa bersalah." Sahut Elsa. Nada bicaranya meninggi, ada penyesalan yang ia dapatkan setelah menyetujui permintaan Dylan.
"Tapi dia obat bagiku, dan kamu tidak akan tahu kalau cinta pertama memiliki tempat tersendiri di hati-"
"Cukup. Jangan keterlaluan! Jangan menjadi perusak, jaga harga dirimu sebagai seorang perempuan. Jangan usik kebahagiaan orang lain karena itu akan membuat hidupmu semakin berantakan. Matikan Sa, tidak ada gunanya kamu berbicara dengan perempuan ini." Ucap Lolita kesal. Ia merebut ponsel dari tangan Elsa lalu mematikan sambungan telepon sepihak.
Kata-kata yang keluar sangat keterlaluan sebagai perempuan sangat marah mendengar ucapan Jesi barusan. "Mas, sayang adiknya kan? Tolong beritahu Jesi untuk berhenti meminta Radika kembali." Ucap Lolita. Ia kembali memberikan ponsel milik Dylan.
Dylan mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?"
"Jadi ini yang mau dibicarakan sama Jesi? Membahas soal Radika di depan istrinya?" Tanya Lolita
Dylan terkejut. Padahal niat awal mereka hanya berbicara dan terang-terangan untuk meminta maaf. "Awalnya tidak seperti ini, maaf..." Ucap Dylan pada Elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup Of Coffee(END)
RomanceBagi Radika melamar kekasih di kapal pesiar sebuah momen indah yang nanti ketika mereka menikah, lalu menua bersama akan terus teringat di kepala. Sayangnya malam di mana lamaran itu berlangsung tiba-tiba Jesi- kekasih Radika menolak lamaran di depa...