"Papa dari mana?"
Papa Radika mengusap dadanya, kemunculan istrinya secara tiba-tiba membuat ia terkejut. "Ngagetin aja. Dari atas Ma, pemandangan dari atas bagus banget ternyata."
Mediana tidak langsung percaya. Ia sebenarnya tahu suaminya sedang menelepon seseorang. "Gitu ya, Papa ada kabar dari Elsa?"
Papa menggeleng. "Elsa benar-benar menghilangkan jejaknya."
"Tapi Mama rasa Elsa tidak boleh terus begini. Kasihan Radika. Bukan hanya Elsa yang terluka tapi anak kita juga." Jawab Mediana
"Dan lagi-lagi penyebabnya adalah perempuan yang selama ini tidak Papa sukai. Radika harus seperti ini agar dia sadar dan bisa menentukan pilihannya, bersikap dewasa mana yang harusnya jadi perioritas untuk hidupnya. Papa juga kasihan tapi ini risiko dari apa yang sudah Radika perbuat." Balas papa. Ia kembali menyimpan ponselnya.
"Mama khawatir dengan keadaan Elsa, Radika. Radika belakangan ini sering melamun di kamarnya, dia kembali ke klub malam dan menjadi sangat sensitif." Mediana menghela napas panjang, "Papa boleh menyembunyikan Elsa dari Radika, tapi tolong jangan sembunyikan dari mama." Mediana memohon di depan suaminya.
Papa Radika mengusap bahu Mediana. "Papa tidak menyembunyikannya." Bukan ia jahat tapi ia berpikir Elsa butuh waktu untuk menetralkan kondisinya ditambah saat ini ada calon bayi yang harus dijaga.
Obrolan mereka terpaksa berhenti karena papa barus mengangkat telepon dari seseorang. "Ya, Zam?"
"Maaf Pak, Bu Elsa minta kita buat antar ke klub malam."
"Untuk apa? Jangan biarkan Elsa keluar, ini sudah malam. Apa dia tidak tahu dengan kondisinya?"Tanya papa heran.
"Maaf Pak, Bu Elsa ingin bertemu Mas Dika. Mas Dika mabuk di salah satu klub malam."
"Tahan dia."
"Kami tidak bisa menahannya karena Bu Elsa sangat khawatir dengan keadaan Mas Dika." Jelas salah satu bodyguard.
"Biarkan sa—” belum juga papa Radika menyelesaikan ucapannya tapi ponselnya sudah direbut oleh istrinya.
Mediana langsung mengambil ponsel dari tangan suaminya, benar dugaannya kalau papa ikut andil dalam menyembunyikan Elsa. "Di mana menantuku?"
"Maaf Bu, kami tid—”
"Di mana Elsa sekarang!" Sentak Mediana
Bodyguard terdiam. Ia tidak berani bicara karena takut bosnya marah.
"Bicara saja tidak apa-apa." Sahut papa seakan tahu bodyguardnya sedang kebingungan. Nasi sudah menjadi bubur yang membukanya adalah papa sendiri yang tak sengaja menyebut nama Elsa.
"Ada bersama kami. Kami sedang menemui Mas Dika, Bu."
Mediana menutup sambungan telepon. Ia menatap sang suami. "Bagus ya, aku khawatir sama mantuku. Aku takut, nggak bisa tidur malah kamu menyembunyikannya. Sekarang juga aku mau ke sana."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup Of Coffee(END)
RomanceBagi Radika melamar kekasih di kapal pesiar sebuah momen indah yang nanti ketika mereka menikah, lalu menua bersama akan terus teringat di kepala. Sayangnya malam di mana lamaran itu berlangsung tiba-tiba Jesi- kekasih Radika menolak lamaran di depa...