Bab 1 | Kegilaan di Malam Hari

48.8K 642 31
                                    

Vas bunga yang melayang dari tangan Shila nyaris mengenai Chandra seandainya pria itu tidak cepat mengelak. Dengan kegagalan tersebut, Shila semakin menggeram keras.

“Pergi kamu! Aku nggak mau liat muka kamu! Aku muak! Muak!” Shila menunjukkan semua kemarahannya.

“Fine! Aku pergi! Aku nggak akan pernah balik lagi ke sini!” ucap Chandra dengan amarah sama menggebunya.

“Fu*k you! B*ngsat! Pergi!” Urat-urat leher Shila menonjol semuanya. Mata wanita itu sudah membengkak dengan warna merah mendominasi. Seluruh wajahnya basah, campuran air mata dan keringat. Sama-sama asin yang memberikan rasa perih sampai di dalam hatinya.

Chandra menendang pintu sebelum akhirnya keluar dari rumah. Ia menggeram, mengeluarkan semua amarah yang dipendamnya sedari tadi. Chandra seumur-umur tidak pernah membentak orang lain, apalagi itu Shila, wanita yang dicintainya dari SMA hingga saat ini, setelah pernikahan kedua tahun mereka.

Namun, semuanya tidak berjalan lancar. Faktor eksternal dan internal terus menghunjam hubungan mereka hingga selalu bertengkar setiap hari. Tidak adanya kehadiran anak, karir yang sedang tinggi-tingginya sehingga semua hal dikorbankan, dan kecanduan obat-obatan terlarang. Semua itu ada pada Shila, dan Chandra bersedia menerima wanitanya itu bagaimanapun jua. Bahkan, meski dengan pekerjaan sederhana, Chandra mau mengambil alih tugas mencari nafkah agar istrinya tidak terbebani.

Namun, wanita itu sudah terlanjur sakit. Sikap possessive-nya benar-benar mengekang Chandra. Bahkan walau pria itu hanya bertegur sapa atau sekadar bersikap ramah dengan tetangga wanita, Shila akan langsung mengamuk. Masih mending jika yang dihajarnya hanya Chandra, tetapi Shila malah menghakimi si wanita itu sampai amarahnya mereda.

Chandra tidak tahan. Ia menjambak rambutnya sendiri sembari berjalan tanpa arah. Bahkan, kakinya hanya dialasi sandal rumahan.

Langkahnya menyusuri jalan raya dipelankan. Mengecek ponsel mengharapkan adanya pesan dari sang istri, tetapi notifikasinya hanya didominasi oleh pesan grup. Chandra tanpa selera membukanya.

ALUMNI SMA ADIWARNA

Tristan
Gw di depan rumah lo, Fan. Buru keluar.

Arfan
Hubungin si DJ, mo beneran ikut kagak

Tristan
Gw telpon2 nggak diangkat

Arfan
Jadi nggak dia ikutnya

Hanya empat pesan itu yang sempat dibaca oleh Chandra. Dia tanpa minat mengetik di layar ponsel.

Chandramawa Ahtar
W ikut

Tristan
Yeee Sibang*at ikut.
Kemarin2 diajakin nggak ada kabar

Arfan
Yo'i. Diajak²in sampe ngemis kite, nggak ditanggepin

Chandramawa Ahtar
Bacot
W otw ke rumah lo, Fan

Chandra benar-benar lelah sekarang. Ia menyugar rambutnya lalu memasukkan ponsel ke dalam saku celananya. Menghentikan taksi lalu segera bergerak menuju rumah sahabatnya.

***

Dari awal, Chandra tahu bahwa teman-temannya akan keluar nongkrong. Namun, yang ada dalam pikirannya hanya kafe outdoor dengan secangkir kopi yang menenangkan.

Tetapi yang didapati Chandra hanya musik dengan volume keras, lampu remang-remang, dan aroma alkohol menyengat. Pening kepalanya bertambah. Setiap kali ia akan kembali, Tristan mencegahnya.

Siswiku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang