Bab 27 | Informasi Lain

1K 91 19
                                    

Pukul satu siang, Chandra baru tiba lagi di rumah sakit. Mobil Tristan sudah tidak ada di parkiran. Ia menebak bahwa sahabatnya itu pasti mempertanyakan keberadaan Mishall, dan mungkin mencoba menelepon Chandra yang berakhir gagal.

Chandra tidak mau terlalu peduli dengan hal seperti itu. Meski Tristan banyak membantunya, tetapi Chandra tetap tidak suka jika pria itu terlalu banyak ikut campur mengenai kehidupannya. Terutama jika itu tentang Mishall.

Memasuki ruang rawat Shila, pria itu tertahan di ambang pintu karena sang istri sudah dalam kondisi duduk. Perempuan yang kepalanya diperban itu tampak menatap kosong ke depan, seolah tidak menyadari keberadaan Chandra karena ia sama sekali tidak bergerak sedikitpun.

Seharusnya, Chandra memanfaatkan kesempatan untuk kabur sebelum Shila tahu keberadaannya, tetapi ia tetap bergeming di tempatnya berdiri sekarang. Jadilah, pria itu seperti patung di celah pintu yang setengah terbuka. Shila hampir sama kondisinya: membeku. Hanya karena perempuan itu mengerjap beberapa kali dengan sesekali mengembuskan napas panjang membuat Chandra tahu bahwa istrinya itu hidup.

Dari jarak beberapa meter pemisah ini, Chandra hampir tidak berkedip sama sekali melihat perempuan di depannya itu. Mengingatkannya saat ia pertama kali bertemu Shila. Perempuan itu dalam kondisi seperti sekarang ini. Hanya saja, Shila tidak selesu dulu. Untuk sekarang ini, Shila memang menatap tanpa minat ke depan, tetapi ada aura optimis di matanya.

Ini seperti ... membawa Chandra ke masa lalu, mengingatkannya lagi mengenai alasan mengapa ia terpaku menatap perempuan itu, hingga tanpa sadar tertarik pada Shila, lalu menikahinya tidak lama setelah pertemuan perdana. Tentunya, butuh banyak perjuangan sebab sang istri memiliki trauma pernikahan dari orang tuanya.

Perempuan itu cantik. Sangat.

Chandra tiba-tiba menahan napas, ketika kepala Shila bergerak menatap padanya. Pria itu masih bergeming di tempat, mengabaikan bahwa tatap kosong Shila kini berubah tajam padanya. Pria itu merasa sudah terkunci, sehingga tidak bisa beranjak atau sekadar menoleh ke arah lain.

Waktu demi waktu berlalu dalam keheningan di antara keduanya. Sampai, suasana kebungkaman mereka berhenti saat suara ringis kesakitan Chandra terdengar. Sesaat setelah sebuah benda mendarat di dada kirinya, dari lemparan Shila. Pria itu membungkuk untuk meredam sakit, sekaligus melihat apa yang istrinya tadi lempar. Vas bunga, yang kini pecah beberapa bagian di lantai.

Dalam posisi setengah bungkuk itu, Chandra menengadah pada sang istri. Shila kembali ke mode awal, diam membeku melihat keadaan Chandra. Sama sekali tidak menunjukkan gelagat bersalah, menyesal, atau kepuasan. Perempuan itu datar saja.

Tidak terlalu menikmati apa yang sudah ia perbuat.

Chandra berhenti mengeluhkan sakit di dadanya. Ia menegakkan postur, dengan tangan berada di samping tubuh. Memberanikan diri menatap sang istri.

"Kenapa datang ke sini?" tanya Shila. Nadanya terdengar dingin, penuh pengancaman. Perempuan itu sedikit menelengkan kepala, serta menarik sedikit sudut bibir pucatnya membentuk sebuah smirk. "Manfaatkan kesempatan selama aku nggak bisa gerak ... kamu bisa sembunyi di mana pun, tapi pasti ... aku bakalan temuin kalian berdua. Ketika saat itu tiba ... nggak ada maaf untuk kalian berdua."

Terlebih dahulu, Chandra melihat beberapa barang di sekitar Shila. Seharusnya tidak ada yang berbahaya, karena hanya ada tiang infus, ranjang pasien, dan meja dengan laci yang tentunya berat untuk perempuan lemah seperti Shila angkat. Jadi, pria itu memantapkan langkah pertama untuk memasuki ruangan. Berhasil membuat mata perempuan di depannya itu melotot.

Shila bergerak kelimpungan, seolah mencari sesuatu di sekitarnya, tetapi perempuan itu belum bisa mendapatkan apa pun ketika pergerakannya dibatasi oleh sepasang lengan yang melingkupi tubuhnya. Deru napas Shila terdengar cepat, menjadi satu-satunya sumber suara dalam ruangan. Perempuan itu mencoba melepaskan diri, tetapi dalam kondisi baru sadar dari koma serta adanya perbedaan kekuatan signifikan di antara mereka, Shila kalah. Ia masih memberikan beberapa pemberontakan kecil saat isakannya terdengar. Begitu cepat, Chandra bisa merasakan bahwa kaus pinjamannya ini basah hingga menembus kulit.

Siswiku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang