Suara derit pintu membuat Chandra yang baru saja terpejam segera membuka mata karena panik. Ia mencoba memberontak—sekali lagi, tetapi seperti sebelumnya, usaha pria itu berakhir sia-sia.
"Pak Chandra?"
Dipanggil dengan suara yang dikenali, Chandra segera berhenti berontak. Ia menengadah, mendapati Widya yang datang. Wanita itu melangkah hati-hati, mendekat ke arah Chandra. Ringisannya keluar saat melihat bagaimana buruknya keadaan laki-laki di hadapannya saat ini. Kening yang terluka dengan darah kering yang hampir menutupi separuh wajah, serta lengan bertancapkan pulpen.
"Bu Shila sudah saya kasih obat tidur tadi," kata Widya memberitahu. Ia terlebih dahulu ke belakang tubuh Chandra untuk melepaskan ikatan yang terdiri beberapa lapis itu. "Lebih dari sikap Bu Shila yang mengancam, jujur saja, saya malah lebih jengkel ke Anda, Pak Chandra! Anda tahu betul Bu Shila bagaimana, kenapa malah coba main-main sama perasaannya? Ini bukan cuman tentang ancaman kejahatan yang akan Bu Shila lakukan nanti, tapi ... ini tentang gimana kondisinya nanti. Cuman Anda orang terakhir yang dia punya, Pak Chandra. Beneran cuman satu-satunya. Saya, cuman dokternya. Orang kepercayaan papanya tidak bisa membantu sama sekali. Saya beneran ... kasihan sama Bu Shila."
"Itu nggak sengaja, Dok." Chandra memberikan pembelaan setelah kedua tangannya berhasil terlepas. "Saya ... beneran nggak sengaja malam itu. Kemarin-kemarin saya coba untuk memperbaiki semuanya sebelum Shila tahu, tapi ... terlambat. Saya belum menemukan orang yang mengirimkan video ke Shila. Saya cuman mau memperbaiki kesalahan saya, tapi ... semuanya berakhir rumit sekarang."
"Peluangnya kecil." Widya berlutut di depan Chandra untuk melepaskan ikatan di sana. Pria itu turut membantu. "Tapi saya benar-benar berharap, Bu Shila masih bisa disembuhkan kali ini, dan saya sangat berharap, Anda yang membantunya sembuh lagi kali ini."
"Berapa persen peluangnya?"
Widya menghentikan pergerakan sebentar, demi menatap pria itu. Keseriusan Chandra menggugah Widya, sehingga ia tersenyum sebelum memberikan harapan.
"Di bawah lima persen, tapi ... Anda bisa mencobanya. Mau saya bantu untuk kembali dekat dengan Bu Shila?"
Chandra mengangguk tegas.
"Untuk yang pertama ... Anda cari tempat bersembunyi terlebih dahulu," lanjut Widya. Wanita itu lanjut bantu melepaskan ikatan, saat Chandra sibuk memikirkan tempat yang dimaksud.
Kekayaan Shila bisa membuat Chandra hampir sulit untuk bersembunyi di mana pun, tetapi ... setidaknya ada yang bisa ia mintai tolong sekarang ini. Satu-satunya ... yang paling dibenci Shila.
Tristan.
***
Tidak terlalu sulit bagi Chandra untuk menemukan Mishall. Gadis itu tentu saja bersembunyi di rumah majikannya, dan beruntung, Shila belum bertindak apa pun. Jadi, dini hari, Chandra mengganggu kediaman Tristan hanya untuk menjemput siswinya itu.
"Gue bisa pinjem apartemen lo, Tristan?" tanya Chandra.
"Pake aja." Tristan menjawab tanpa bisa mengalihkan tatap bergidiknya dari Chandra, karena sang sahabat belum membersihkan jejak darah di wajah. "Gila bini lo. Gila banget. Lo kenapa mesti pilih cewek gila jadi istri sih?"
"Nggak ada waktu buat bahas itu." Chandra mengibaskan tangannya ingin membuang topik yang Tristan ucapkan. "Gue harus pergi sekarang. Thanks bantuannya!"
"Bentar!" Tristan mencegah sebentar, sebelum Chandra menyeret Mishall. Ia menuju lantai dua rumahnya lebih dulu, kemudian menyerahkan kunci pada Chandra. "Nih, bawa mobil gue. Lo nggak bawa motor, 'kan?"
"Sekali lagi, makasih, Tris."
Tristan mengangkat kedua bahunya tidak acuh. "Nggak usah makasih. Asal lo jaga mobil gue baik-baik. Jangan ... pake ML lagi!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Siswiku Canduku
Romance18+ | ROMANSA || BACA ULANG Bertengkar dengan sang istri, hingga menjadikan kelab sebagai pelarian. Bertemu wanita malam, dan berhubungan dengannya. Esoknya, Chandra mendapati fakta wanita yang ia tiduri semalam adalah siswinya sendiri. _______ Di d...