Bab 9 | Jauhi Mishall, Dekati Shila

7K 196 12
                                    

Chandra tidak bisa meninggalkan rumah Shila walau sebentar, selalu diminta oleh Widya untuk tetap stay, karena nanti, sang istri pasti akan membutuhkannya. Sementara di sisi lain, pria itu dihujani oleh berbagai macam perasaan buruk mengenai Mishall. Usai gadis itu mengirimkan pesan ... Chandra tidak bisa mengenyahkan pikirannya.

Apa yang terjadi pada Mishall di hari pertama bekerja?

Chandra juga tidak bisa secara sembarang menelepon perempuan lain di rumah Shila. Perempuan itu bisa muncul kapan saja, dan bisa mendengar apa pun. Shila pasti akan melakukan semua ancamannya jika Chandra melakukan kesalahan lagi.

Maka, pria itu mencoba mengalihkan fokusnya dengan membaca buku yang dibawa dari perpustakaan di ruang tengah. Buku karya Dee Lestari tidak bisa masuk ke otak, karena selalu saja ... bayangan Mishall melakukan kesalahan buruk atau sedang tertekan selalu muncul. Chandra menutup bukunya dengan kasar. Hanya satu jam. Seharusnya, ia bisa pulang saat Shila nanti membutuhkannya seperti yang Widya katakan. Chandra harus-wajib memeriksa keadaan siswinya itu.

"Pak Chandra?"

Namun, Widya kembali menahan langkah Chandra yang nyaris melewati pintu.

"Silakan naik ke atas."

Chandra mengepalkan tangan. Memejamkan matanya untuk sesaat. Sial! Ini hanya siswinya! Kenapa Chandra harus peduli? Mishall sudah besar untuk menjaga dirinya sendiri.

Maka, pria itu menjauhi pintu. Menyusul Widya menuju lantai atas.

"Shila sedang apa?"

"Tidur, Pak," jawab Widya saat langkah mereka sudah sejalan.

"Ini ... bagaimana kalau Shila malah semakin mengamuk?" tanya Chandra, sedikit cemas. Pipinya masih perih karena perlakuan Shila tadi.

"Tenang saja, Pak. Saya sudah melihat karakter Bu Shila selama beberapa hari ini. Saya bisa yakin, Bu Shila tidak akan melawan atau menyakiti Anda. Untuk berjaga-jaga, saya akan tetap di dekat pintu. Ada obat penenang di sini."

Chandra mengangguk atas penjelasan Widya barusan. Rasanya, kasihan juga. Padahal, setahun lalu, Shila sudah lepas dengan segala obat penopang kewarasannya. Namun, karena kesalahan satu malam, perempuan itu kembali ke kondisi lamanya.

Baru saja membuka kamar, Chandra disambut oleh tubuh Shila yang berbaring telentang dengan bagian kepala jatuh dari kasur. Perempuan itu terpejam nyaman, meski posisinya begitu buruk.

"Perlakukan Bu Shila seperti dulu, saat Anda menghiburnya ketika Bu Shila terpuruk karena keadaan. Dia bisa merasakan ketulusan Anda, Pak Chandra. Bagaimanapun, Anda adalah cinta pertamanya."

Chandra mengangguk lagi. Kemudian menutup pintu kamar sehingga akses pengamatan Widya menjadi terbatas. Pria itu melangkah perlahan, bahkan melepas sepatunya agar tidak mengganggu ketenangan Shila. Ia berhenti di depan wajah Shila, berjarak kurang dari satu meter. Chandra melipat kakinya, duduk di dekat wajah Shila. Pria itu tidak melakukan apa-apa selain menyunggingkan senyum. Napasnya bahkan diatur perlahan agar tidak mengganggu sang istri sama sekali.

Cantik. Selalu. Chandra nyaris lepas kendali menyentuh wajah yang membuatnya terpesona pertama kali. Tatapan tajam Shila, yang saat terpuruk berubah sendu-dengan mudah mengambil alih semua perhatian Chandra hingga pria itu memusatkan fokus hanya padanya. Sampai Shila sembuh, hingga mereka menikah.

Namun, sekarang usaha Chandra kemarin serasa sia-sia, karena ia malah membuka luka lama Shila mengenai orangtuanya.

Shila baik sebenarnya, hanya kadang, saat kenangan masa lalunya kembali muncul, perempuan itu akan mengamuk seperti orang gila, dan tidak berpikir matang untuk menyakiti siapa pun di sekitar. Itu membuatnya ditakuti oleh semua karyawan, sehingga Shila lebih sering di rumah, dan urusan perusahaannya berada di bawah kendali lima orang tadi.

Siswiku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang