Bab 6 | Kerja Bersama

11.5K 269 15
                                    

"Bapak suka, ya, sama saya?" tebak Mishall segera.

"Ada-ada aja, kamu!" sanggah Chandra. "Kamu punya pengaruh besar untuk semua siswi lainnya. Kalau kamu berubah, otomatis semuanya akan ikut berubah kayak kamu." Chandra memberikan jawaban, tetapi lawan bicaranya masih bergeming. "Misal, saya urus siswi-siswi yang kamu maksud itu, kamu memang mau ikut mereka berubah? Tidak kan? Karena kamu setannya di sini. Kalau setannya saya jinakkan, pengikutnya juga bakalan ikutan jinak."

Mishall merotasi bola matanya, kemudian mendengkus berat. "Mulut Bapak kayak nggak punya sopan santunnya."

"Gimana, ya? Kamu sendiri dilembutin, nggak ngaruh." Chandra mengangkat kedua bahunya tidak peduli.

"Udah, Pak? Kalau udah, saya mau pulang. Jengkelin banget Pak Chandra ini. Saya belum ikhlas masalah 6 juta tadi, ya!"

"Nanti saya bantu ganti. Kamu tidur di sofa itu. Saya nggak bisa biarin kamu pulang malam ini. Kamu bisa aja balik lagi ke kelab tadi," ucap Chandra. Ia melempar selimut dan sebuah bantal pada Mishall.

"Harusnya kan Bapak yang ngalah. Jadi jantan dikit lah. Tidur di sofa kalau nggak mau tidur bareng," keluh Mishall.

"Pertama, saya butuh tidur nyenyak untuk menghadapi ratusan siswa-siswi kayak kamu besok. Kedua, saya sudah menikah. Ketiga, saya nggak tertarik sama kamu, anak kecil." Chandra membanting tubuhnya di tempat tidur, mengubah posisi membelakangi Mishall.

Hening sebentar.

"Omong-omong, Pak Chandra seriusan bisa 5 bela diri tadi? Kok keren banget?" Mishall mengatur bantal, berbaring dengan posisi telentang menghadap langit-langit kamar.

"Saya suka nonton anime."

Mishall langsung mendelik ke arah punggung Chandra.

"Halah. Mubazir dong kekaguman saya ke Pak Chandra tadi." Mishall ikut berbalik, membelakangi Chandra, dengan tangan dan kakinya memeluk sandaran sofa. "Hidih."

Nyaman. Seperti memeluk seseorang. Mishall dengan cepat terlelap.

***

Usai mengonfirmasi bahwa Widya yang akan mng-handle urusan Shila, maka Chandra segera pergi setelah tadi ia mengganti pakaian santai dan makan siang. Motor gedenya membawa pria itu menuju rumah Mishall.

Sesampainya di sana, Chandra sama sekali belum turun dari motor. Hanya menaikkan helm agar bisa melihat dengan jelas siswinya itu sudah berpakaian rapi, sementara ibunya yang sedang duduk santai di teras, tampak menegang.

"M-Mishall, kamu jangan keluar, Nak. Ibu bakalan usaha cari uang, kamu nggak usah kerja, ya?" ujar mamanya Mishall.

Sementara gadis muda itu menatap Chandra dan ibunya dengan malas. Lalu mendengkus. Tidak ada yang bisa mengubah hidup Mishall menjadi lebih baik, kecuali dirinya sendiri. Orang asing hanya bisa menasehati jangan ini-jangan itu, padahal, mereka tidak bisa membantu Mishall memperbaiki sesuatu. Mereka hanya bisa banyak bicara. Ah, jangankan orang asing, ibunya sendiri pun tidak bisa melakukan apa pun selain memberi nasehat. Ujung-ujungnya? Menikmati hasil uang haram Mishall.

Mishall menarik napas panjang terlebih dahulu saat ia memfokuskan arah pandangan hanya pada Chandra. Ia memasang mimik malas yang sengaja diperjelas, agar si guru yang hobi ikut campur masalahnya itu tahu, bahwa Mishall membencinya.

"Apa? Pak Chandra mau larang saya kerja lagi? Hah? Boleh, Pak, boleh. Asalkan Pak Chandra bisa kasih saya uang. Setiap hari saya nggak bakalan keluar, asalkan Pak Chandra mau menuhin kebutuhan hidup saya. Nggak bisa? Jelas! Bapak sama orang lain cuman bisa larang-larang tanpa ngasih bantuan apa-apa! Fuck this shit! If you don't really care about me, why don't you shut the fuck up?"

Siswiku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang