Bab 10 | Perdebatan di Secarik Kertas

4.9K 190 6
                                    

Keluar dari Lexus LS 500 milik Shila yang hari ini sengaja mengantarnya ke sekolah, Chandra langsung berdiri gamang di ambang gerbang. Wakil kepala sekolah menghampiri istrinya yang masih berada di kursi belakang mobil, menyapa khas basa-basi meski mendapat balasan seadanya.

"Tolong jaga suami saya, ya, Bu!" ujar Shila kemudian, ketika si wakil kepala sekolah memberi jeda pada obrolan mereka.

"Siap, Bu Shila. Siap! Pasti itu mah." Perempuan berumur itu terkekeh ringan lagi, tampak santai karena tidak menyadari perubahan ekspresi Chandra yang kaku.

Shila lalu memberikan sebuah anggukan beserta senyum simpulnya.

"Saya permisi, Bu. Harus berangkat ke kantor sekarang," kata Shila pamit.

"Ah, iya, Bu. Silakan, silakan." Wakil kepala sekolah itu mundur, memberikan ruang untuk mobil mewah tersebut meninggalkan area depan gerbang sekolah.

"Mari, Pak Chandra!" sapa perempuan bernama Lastri itu, seraya memberikan anggukan hormat.

Atas dasar sopan santun, Chandra membalas dengan hal serupa. Meski ia sejujurnya segan, karena ucapan Shila tadi bukan hanya sekadar basa-basi. Perempuan itu benar-benar meminta Lastri untuk mengawasinya, dan sebagai imbalan, Lastri akan dapat bonus tambahan yang setara membeli cash iPhone 13.

Tidak langsung memasuki pekarangan sekolah, Chandra terlebih dahulu mengedarkan pandangan. Mencari-cari sosok yang membuatnya kesulitan tenang semalaman. Sedikit berharap, bekerja baik-baik untuk Mishall bisa membuatnya lebih disiplin. Namun, Chandra seakan tidak diizinkan untuk berharap lebih pada perempuan itu di hari pertamanya berubah lebih baik.

Pria itu melangkah, memasuki pekarangan sekolah mengikuti Lastri yang sudah menghilang dari pandangan. Meski tampak dingin dalam menyapa beberapaapa rekan kerja sesama guru, Chandra sebetulnya sedang berusaha menyembunyikan gusarnya. Dia mungkin tidak akan bisa tenang sebelum bertemu, dan berkomunikasi dengan murid istimewanya.

Barulah, ketika pria itu akan memasuki ruangannya, perempuan yang selalu ia cari-cari tampak memasuki gerbang dengan keadaan lebih baik. Datang setengah jam sebelum jam pelajaran dimulai, dengan penampilan yang lebih terjaga sekarang. Kemarin-kemarin, perempuan itu mungkin hanya menyisir sebentar rambutnya—sudah. Tidak ada merapikan dasi, rok, atau bentuk seragamnya.

Mishall lebih bercahaya pagi ini.

Ketika pandangan mereka bertemu—Mishall tanpa sengaja melarikan tatapannya ke lantai dua gedung sekolah bagian tengah, Chandra tersenyum tipis. Namun, balasan Mishall tidak sebaik yang diharapkan. Gadis itu membuang pandangannya ke arah lain, dan melangkah terus dengan bibir terkatuo rapat.

Ada apa?

Chandra merasakan keanehannya, tetapi kesulitan untuk menemui Mishall secara leluasa seperti kemarin. Pria itu harus memutar otak ... mendapatkan ide.

Ah ya!

Secara asal, Chandra memilih salah satu siswa yang kebetulan melewatinya.

"Panggilkan Aksa ke ruangan saya!" titahnya, yang langsung diiyakan oleh siswa tersebut.

Sepertinya, Chandra menemukan cara terbaik agar bisa berkomunikasi dengan Mishall, tanpa ada yang mencurigai.

***

Aksa datang kedua kalinya menemui Chandra ketika jam istirahat tiba. Dia tidak sendiri—membawa tiga siswa-siswi lain untuk menghadap Chandra yang ketika itu tengah memegang buku catatan mengenai perilaku anak didik. Salah satu dari ketiganya, adalah Mishall.

Chandra tersenyum tipis.

Chandra memberikan izin untuk Aksa meninggalkan keempatnya dalam ruangan. Namun, sebelum ketiga siswa-siswi itu duduk di masing-masing kursi, Lastri mendadak muncul.

Siswiku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang