Bab 26 | Sulit tidak Peduli

2K 104 37
                                    

Bangun di pagi hari, Chandra sekali lagi diliputi penyesalan, dengan sedikit campuran kejengkelan. Bahkan, meski apa pun yang Chandra lakukan untuk perempuan ini: mempertemukan Mishall dengan pekerjaan bagus, melarangnya menjual diri lagi, bahkan sampai mengatainya dengan kata buruk-Mishall masih belum bisa menghilangkan kebiasaan buruk ini.

Sialnya, pendirian Chandra tidak terlalu kukuh, sehingga hanya dengan beberapa godaan, pria itu langsung kehilangan akal sehatnya. Bermula saat kemarin pagi bangun, dan mendapat tubuh Mishall yang dapat diterawang melalui kausnya, lalu setelah perempuan itu mandi, hingga kalimat undangan yang menggiurkan ... sekali lagi, Chandra kalah.

Seharusnya, luka yang belum sepenuhnya sembuh itu, terus menyadarkan Chandra agar tidak melakukan kesalahan tambahan, tetapi ....

Ketika Mishall ikut mengangkat kelopak matanya ketika Chandra melirik perempuan di sampingnya itu, Chandra abai dengan lengannya sendiri. Ia mengubah posisi setengah tengkurap, menggunakan sebelah tangan sebagai penopang tubuh, sementara tangan lainnya menyentuh wajah Mishall demi menyingkirkan anak-anak rambut dari wajahnya. Sehingga, ketika pria itu merunduk, ia tidak dihalangi apa pun untuk mempertemukan bibir mereka.

Awalnya sekadar ingin memberi kecupan selamat pagi, tetapi Chandra merasakan berat memenuhi dirinya untuk beranjak dari posisi sekarang ini. Hanya menjauhkan kepala selama beberapa detik untuk mempertemukan tatap mereka, lalu kembali menunduk untuk memulai ciuman yang lebih dipenuhi tekanan kali ini. Sedikit menggerakkan bibir untuk memberikan sensasi geli yang mengundang.

"Kirain nyesel lagi kayak kemarin," bisik Mishall saat Chandra memberikan kesempatan untuknya menghirup oksigen, sebelum melanjutkan ke level lebih dalam lagi.

"Mumpung gratis," balas Chandra, sama sekali tidak peduli. "Ponsel kamu saya sita, supaya nggak bikin kesalahan yang sama."

"Katanya terpaksa kemarin ...." Mishall terus mengeluarkan kalimat-kalimat protes setiap kali Chandra memberi jeda. Ia mengusap lengan Chandra yang melingkupi dadanya, pada bekas luka yang tidak ditutupi apa pun.

"Saya mau tunjukkan ... seberapa murah harga diri kamu."

"Oke ...." Seperti biasa, Mishall bersikap santai dengan segala hinaan dari pria ini, karena ia punya tujuan lain. Tetapi, ia tetap melampiaskan sedikit kekesalannya dengan meremas luka Chandra.

Cepat, Chandra menanggapi perbuatan siswinya itu dengan ringis ringan, lalu berniat membalas dendam dengan menggigit bibir Mishall secara bergantian. Cukup kuat, sampai perempuan itu turut memekik pelan.

Keduanya semakin bersemangat saling melumat, saling menyentuh-sembari mengatur posisi yang pas untuk saling menindih. Mishall tidak bisa menahan kekehannya ketika pria di atasnya menurunkan ciuman ke leher dengan isapan yang pas. Akses semakin diberikan saat kepala Mishall mendongak, sementara tangannya terus aktif mengusap bagian mana pun dari tubuh lawannya yang bisa ia capai.

Suara berat dari napas mereka mengisi kekosongan ruangan. Chandra masih sangat sibuk dengan penjelajahannya di tubuh Mishall, ketika sebuah dehaman menginterupsi kegiatan mereka. Chandra, dengan gerakan secepat kilat, segera menjauh dari tubuh Mishall, tidak lupa menarik selimut sebagai penutup tubuh-hal sama dilakukan oleh lawan mainnya tadi. Keduanya melirik ke pria yang berdiri malas tiga meter dari tempat tidur.

"Serius?" Tristan, berujar dengan nada malas, mempertanyakan kegiatan keduanya. "Gue kira kalian berdua-Chandra-bakalan menyesal, terpuruk, atau ... apa gitu, karena Shila udah tahu perselingkuhan kalian, tapi ternyata ...." Tristan menggantung ucapan, menggantinya dengan decakan takjub bercampur geli.

Chandra tidak memberikan komentar apa pun, karena jujur saja, apa yang Tristan katakan adalah kebenaran. Ia mengumpulkan pakaiannya-milik Tristan dari pinggir tempat tidur untuk dikenakan.

Siswiku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang