Bab 23 | Mengejar Konfirmasi

1K 94 23
                                    

Acara makan malam beruntungnya selesai dengan baik. Ketika Chandra dan Shila sudah memasuki lift hendak turun ke lantai dasar, pria itu merasa tidak bisa bersabar untuk menunda mengajukan semua pertanyaan dalam benaknya sampai besok. Harus sekarang! Ia harus tahu maksud dari Arfan, yang seolah mempermainkan Chandra.

"Sayang, aku kayaknya harus bicara sama Arfan dulu," ucap Chandra memberitahu, saat Shila baru ingin menekan tombol lift.

"Oke. Kita ketemu sama Arfan dulu," jawab Shila.

"Ng—nggak. Biar aku sendiri aja, Sayang. Kamu ke mobil aja, ya?"

"No. Aku mau ikut sama kamu ke mana pun kamu pergi, malam ini." Shila semakin memperjelas keinginannya dengan memeluk posesif lengan sang suami. Bersama dengan senyum manis, Chandra tidak punya alasan untuk menolak istrinya.

"Oke."

Chandra hanya bisa mengiyakan. Tetap memasang wajah yang terlihat tidak acuh, walau dalam hati mulai ketar-ketir khawatir jika Shila bertemu dengan Mishall. Diam-diam, pria itu memalingkan wajah ke arah lain agar Shila tidak menyadari bahwa Chandra sedang memejam kuat sekarang.

Ting!

Mendengar bunyi lift, Chandra cukup kesulitan mengendalikan paniknya. Ia menyentuh jemari Shila yang memeluk lengannya, kemudian mengikuti sang istri keluar dari lift. Terlebih dahulu, mereka menghampiri salah seorang pelayan terdekat. Shila tersenyum, sembari menelengkan sedikit kepalanya ke arah Chandra, sebagai isyarat meminta sang suami untuk bertanya.

Butuh beberapa saat bagi Chandra baru bisa berbicara, karena kegugupannya sangat sulit dikendalikan. Pria itu menghela napas, lalu bertanya, "Arfan ada di mana?"

Pelayan itu tersenyum, dan menunjukkan arah di mana Arfan berada. Wanita asing itu mengangguk pamit dengan sangat sopan.

Chandra benar-benar kebingungan sekarang.

Bagaimana jika Mishall ada bersama Arfan sekarang ini? Namun, bukankah mustahil gadis itu bersama atasannya? Mishall—jika benar-benar bekerja di sini—seharusnya mendekam di dapur atas area para pelayan berada, bukan bersama atasannya!

Untuk satu hal, Chandra mulai berdamai dengan ketakutannya. Ia sedikit percaya diri sekarang ini. Bersama sang istri, Chandra memasuki ruangan yang ditunjuk pelayan tadi. Benar saja, sosok Arfan ada di salah satu kursi, duduk dengan santai sembari mengecek ponsel.

"Eh, kalian ke sini?" tanya Arfan basa-basi sembari berdiri dari kursinya. Ia mengentak jas yang membalut tubuhnya, sebelum menjulurkan tangan menyambut keduanya bersalaman.

Chandra yang masih curiga pada sahabatnya itu menerima salaman secara ragu. Lalu disusul Shila yang tampak mengembangkan senyum.

"Saya ke sini buat bilang ... makasih udah bantu persiapan anniversary saya sama istri saya." Chandra berbicara semi-formal kaku, yang membuat Arfan tersenyum geli sampai matanya menyipit membentuk bulan sabit.

"Sama-sama. Lo kayak ... sama siapa aja! Kaku amat bicaranya!" tegur Arfan dengan nada bercanda, seperti biasa.

Chandra melihat bahwa sahabatnya masih tidak berubah, tetapi keberadaan Mishall di sini mustahil tanpa sepengetahuan Arfan. Apa yang harus diyakini Chandra sekarang? Sahabatnya berkhianat, atau ....

Pria itu masih dilanda dilema, ketika pintu di belakang Chandra tiba-tiba terbuka. Ia, Shila, serta Arfan mengarahkan fokus ke sana, dan sekali lagi ... Chandra mendapatkan kejutan yang membuat mulutnya sedikit terbuka.

Perempuan itu datang lagi: Mishall, membawa nampan di tangan, dengan kepala tertunduk dalam saat melewati Chandra.

Pandangan menuntut jawaban diarahkan Chandra pada Arfan. Sang sahabat hanya menggeleng seolah tidak tahu, kemudian mempersilakan Mishall untuk kembali ke tempatnya.

Siswiku CandukuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang