Seperti yang sudah diprediksi, bahwa sebagai satu-satunya keluarga Shila, Chandra yang mendapatkan semua kekayaan sang istri. Sontak, hal itu membuat beberapa pasang mata mengarah tidak suka padanya.
Setelah kepergian pengacara yang membacakan masalah surat warisan, para pengurus perusahaan Shila itu langsung mengerumuni sofa single yang Chandra duduki.
"Kamu sama sekali tidak paham masalah bisnis. Harusnya kamu serahkan semua warisan Shila ke kami," kata salah satu dari mereka.
"Kamu juga kayaknya nggak terlalu suka hedon. Kamu nggak perlu uang banyak. Kamu nanti bakalan dapat sebagian saham, jadi tetap punya penghasilan walau nggak kerja."
"Kamu tinggal tandatangani surat penyerahan warisan Shila, dan selesai. Kamu tidak perlu tanggung apa pun lagi, dan tinggal menikmati hasil saham kamu nanti."
Sederet hasutan tadi sama sekali tidak memberikan pengaruh pada Chandra. Ia tetap diam di sofa, menyesap minuman yang ia ambil dari atas meja.
"Kamu ini belum bisu, 'kan?!" bentak salah satu dari mereka.
Hal itu berhasil mengusik kenyamanan Chandra, jadi ia memberikan tatap peringatan pada pria tua itu.
"Tidak akan," kata Chandra tegas. "Saya tidak akan memberikan apa pun yang sudah Shila berikan pada saya. Kalian sekarang ... cuma bawahan saya. Kalian seharusnya paham, kalau menentang atasan tidak baik untuk kelangsungan karir kalian, 'kan?" balas Chandra.
Ia berdiri tegas, membuat ke lima pria berjas hitam itu langsung mundur. Chandra mengentakkan ujung kemeja kotak-kotaknya, kemudian membelakangi ruang tengah.
"Anwar," panggil Chandra dengan nada tegas pada mantan sopir Shila itu. "Usir mereka semua!" pintanya tegas. "Saya mau, rumah ini dikosongkan dari siapapun."
Anwar menatap Widya untuk saling bertanya, kemudian mengiyakan permintaan tuan barunya. Mereka meminta hati-hati pada ke lima pria dewasa itu untuk meninggalkan rumah, lalu pintu ditutup menyisakan Chandra seorang diri di rumah yang terlalu besar ini. Bahkan Bi Ana sudah pergi setelah pemakaman Shila tadi.
Tiba-tiba saja, kaki Chandra sulit diangkat. Ia menghela napas kasar, lalu memaksa dirinya melangkah menuju tangga yang dibuat melingkar. Hanya sebuah tangga, dan pria itu seperti harus mengeluarkan seluruh sisa kekuatannya untuk terus berjalan. Sehingga ketika ia tiba di kamar utama, pria itu hanya bisa menjatuhkan tubuh dalam posisi telentang di atas kasur empuk.
Untuk sesaat, matanya memejam. Mencoba meresapi kenyamanan yang ia rencanakan. Bahwa, rumah yang selalu ia anggap neraka ini akan berangsur menjadi surga setelah kepergian sang istri. Tidak akan ada yang mengekangnya, tidak akan ada ancaman benda melayang ke arahnya, tidak akan ada ... perasaan tidak nyaman lainnya.
Chandra berharap seperti itu, tetapi ... ada yang salah.
Ia lebih sering menghela napas sekarang. Sesak dalam dadanya sulit untuk dilepaskan, dan ... ketika ia membuka mata ... rasa kesepian itu menyiksanya. Jadi, ia ingin menyingkirkan semua kegelisahan sekarang ini dengan mengambil ponsel dari saku celana, dan mengecek kontak paling atas di perpesanannya. Mengabaikan 68 pesan beruntun dari kontak tersebut, Chandra langsung menekan icon call, lalu menempelkan layar pada telinga.
Sedetik setelah telepon tersambung, Chandra langsung memberikan titah bernada dingin.
"Mishall," panggilnya disusul sebuah helaan napas panjang. Chandra tidak membiarkan orang di seberang menjawab teleponnya lebih dulu, dan langsung melanjutkan memberi titah. "Datang ke rumah saya malam ini. Jadi pelacur pribadi saya."
Chandra tidak mau mendengar apa pun. Sambungan dimatikan secara sepihak, lalu ponsel dengan layar pecah itu dibanting ke arah lain.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Siswiku Canduku
Romance18+ | ROMANSA || BACA ULANG Bertengkar dengan sang istri, hingga menjadikan kelab sebagai pelarian. Bertemu wanita malam, dan berhubungan dengannya. Esoknya, Chandra mendapati fakta wanita yang ia tiduri semalam adalah siswinya sendiri. _______ Di d...