Chapter 1

20 2 0
                                    

Kasih bintang nya, ya teman ⭐

Pacaran.

"Hai ganteng?"

Bumi menoleh kearah samping nya dan mendapati seorang gadis dengan rambut terurai tengah tersenyum kepadanya. Lelaki itu mendengus dan memiting pacarnya hingga memekik ingin dilepaskan.

"Happy anniversary yang ke tiga bulan, hehe." jangan kaget kalau seorang Venus sangat bucin kepada Bumi.

"Tolol. Anniversary dimana-mana setahun sekali. Bukan sebulan sekali." Bumi menoyor kepala Venus. Namun setelah menoyor kekasihnya itu, Bumi segera memeluk Venus dan mengecupnya bertubi-tubi.

Tidak banyak yang tahu hubungan antara Bumi dan Venus. Bumi takut jika Venus menjadi imbas dari musuh-musuh Bumi. Lebih tepatnya mereka melakukan backstreet . Venus juga tidak mempermasalahkan hal tersebut. Malah ia merasa beruntung mendapati Bumi yang perhatian padanya.

"Bumi-Bumi... Turun yuk. Matahari udah di atas noh."

Bumi mengangguk dan mulai pergi meninggalkan rooftop dengan tangan menggandeng tangan Venus. Venus sudah tahu jika kekasihnya tidak ada dikelas, maka Bumi pasti ada di rooftop sekolah. Seperti sebelum-sebelumnya, Bumi ketika ada masalah pasti larinya kesana, meskipun sudah malam.

Sebagai pacar yang baik, Venus mencoba memberikan sedikit perhatian. Dirinya tidak bertanya Bumi punya masalah apa. Karena jika lelaki itu ingin, maka Bumi akan berbicara dengan sendirinya.

Ditengah tangga lelaki itu berhenti dan menatap Venus dalam.

"Kenapa, Bum?"

"Papa gue mau nikah lagi." ungkap Bumi dengan nada penuh keraguan.

Venus terkejut sesaat namun tak lama gadis itu tersenyum, "bagus dong. Dia baik gak? Duduk dulu." mereka pun duduk Ditengah-tengah tangga.

"Gak tau. Kayaknya baik. Dia berhijab. Tapi... "

Venus memijat tangan Bumi. Ia mengerti dengan kekhawatiran lelaki itu. Setelah dua tahun kedua orangtuanya bercerai, hanya ayahnya yang Bumi punya. Venus juga tahu seluk beluk lelaki itu meskipun pacaran baru kemarin. Karena Bumi ingin berkata yang sejujurnya kepada Venus. Pun sebaliknya. Dan sekarang Bumi sangat takut jika dirinya harus mengulang masa lalu atau wanita itu merebut ayahnya sepenuhnya.

"Gak semua wanita sifatnya kayak ibu kamu, Bumi. Apalagi calon ibu kamu sekarang. Aku jamin ibu kamu sekarang lebih nyayangin kamu."

Bumi menatap Venus dengan perasaan yang semakin membuncah. Di depannya, adalah sosok wanita yang membuat Bumi jatuh cinta sejatuh-jatuh nya. Meski kadang menyebalkan, Venus selalu memberikan penerangan disaat Bumi benar-benar tersesat. Bumi semakin menyayangi Venus dan ingin selalu menjaga gadis itu, meskipun Venus memiliki ilmu karate.

"Hmm. Semoga. Lo terus yakinin gue, biar calon ibu gue sekarang emang gak sebejat ibu kandung gue. Gue juga pengen ngerasain dipeluk seorang ibu."

Venus merentangkan lengannya, "sekarang peluk gue aja. Dijamin sama-sama enak." Bumi pun segera memeluk Venus seraya terkekeh bersama. Venus memang moodboster nya.

"Btw, mama gue juga berhijab. Nyambung lah jadi besan." celetuk Venus. Tawa Bumi mengudara merasa terhibur dengan adanya Venus dan ocehannya.

-

Dihari berikutnya, Bumi dikagetkan dengan wajah Venus yang membengkak akibat menangis. Ditengah-tengah pelajaran, gadis itu berdiri di depan pintu kelasnya yang terbuka. Tentu menjadi tontonan. Venus yang selalu kuat dan ceria terlihat sembab.

Bumipun meminta ijin untuk keluar. Dia segera berlari mendekati Venus yang berjalan menuju rooftop. Setelah sampai Venus segera memeluk Bumi begitu erat.

Tangisnya pun semakin kencang hingga membuat Bumi kebingungan. Bumi hanya membalas pelukan Venus seraya mengusap bahu gadis itu.

"Nangis sampe puas. Baru kita bicara."

Venus merenggangkan pelukannya. Gadis itu mengusap pipinya yang basah. Mata Venus terus menatap Bumi dengan penuh kesakitan. Bumi tidak mengerti dengan sikap Venus sekarang ini. Apakah Bumi punya salah?

"Sekarang udah baikan? Ayo cerita."

"Bumi... " lirih Venus.

"Hm. Apa sayang. Aku ada salah?" Bumi mencoba bersikap lembut kepada kekasihnya itu.

"Bumi, hiks."

"Kamu ada masalah? Kamu kenapa, sayang." Bumi merapihkan rambut Venus yang menjulang kedepan. Gadis dengan mata sembab itu semakin cantik dimatanya.

"Aku mau putus."

Senyum menenangkan itu hilang seketika. Bumi mencari kebohongan dimata Venus. Hanya saja, dimata gadis itu hanyalah kesedihan.

"Apa maksud kamu? Aku ada salah? Venus, udah aku bilang. Jangan keluarin kata sialan itu. Aku gak suka." Bumi mencoba pengertian meskipun lelaki itu benar-benar kecewa kepada Venus.

"Aku mau putus, Bumi. Aku mau putus, hiks."

Bumi mundur satu langkah. Kepalanya menggeleng tidak mengerti. "Coba, sebutin kesalahan aku sampe kamu mutusin aku gak jelas kayak gini. Sebutin Venus! Aku gak main dibelakang kamu! Kenapa sih!"

"Gak ada yang salah, Bumi. Gak ada yang salah sama kamu, hiks." sungguh, Venus begitu frustasi.

"TERUS APA VENUS! APA AKU GAK CUKUP BUAT KAMU! AKU HARUS APA BIAR KAMU GAK PUTUSIN AKU. BILANG VENUS!"

"AKU CUMAN MINTA PUTUS! UDAH."

Bumi menjambak rambutnya frustasi. "Kasih aku alasan yang logis. Setelah itu kita benar-benar putus." Berat sekali Bumi berkata seperti itu.

"Aku- gue bosen sama lo, Bumi."

Bumi mengangguk lalu mundur secara teratur sampai pintu rooftop. Hatinya begitu terpukul mendapati orang yang dirinya sayangi sama saja dengan ibu kandung nya. Gemar menyakiti hati Bumi.

"Demi apapun, gue gak terima, Venus. Detik inipun gue benci sama lo!"

BLAM!

Setitik air mata jatuh dipelupuk mata Venus. Gadis itu sangat mencintai Bumi. Bahkan melebihi dirinya sendiri. Namun, sepertinya tuhan tidak memberi restu. Mereka benar-benar tidak bisa bersatu. Dan Venus pun harus menerima kenyataan bahwa detik ini juga, dia akan dibenci oleh orang yang dia sayangi.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
complicated story (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang