Setelah putus
Venus berjalan santai menuju kelasnya. Beberapa temanpun menyapa venus. Nyatanya, walaupun Venus kadang galak tapi Venus adalah gadis yang manis. Apalagi tiba-tiba sekarang Venus berangkat dengan gaya rambut yang berbeda.
"Wish, Bu Waketu pake ponii!" heboh satu kelas melihat Venus yang mereka segani sekarang terlihat menggemaskan. Rambut yang terurai panjang tidak menghalangi Venus untuk beraktifitas. Teman-temannya sering menyuruh Venus untuk ikat rambut. Namun ia menggeleng, Venus mengikat rambutnya ketika karate dan olahraga. Selebihnya Venus menyukai rambutnya diurai.
"Ada angin ape nih, bu Waketu di poni?" tanya Laras, teman sebangkunya sekaligus sahabatnya. Laras Putri Riyadi adalah gadis yang manis. Mata bulat dan bulu mata yang lentik. Berbeda jauh dengan Venus, Laras gadis yang cerewet, heboh, centil dan baik hati. Dikelasnya sering disebut Incess.
"Pengen aja. Jelek ya?" tanya Venus seraya merapihkan poninya. Ia sedikit tidak pede padahal tadi dikamar sangat percaya diri.
Laras menggeleng keras, "Baguuss kok. Baguuus. Venus mah diapain aja bagus. Aku aja Pengen punya rambut kayak kamu. Kamu gak pernah ngasih tahu perawatan rambutnya dimana, sih."
Venus mendengus. Ia tidak perawatan rambut. Ia keramas seperti orang lain. Lagian, Venus jarang ke salon. Jadi, tidak ada yang harus Venus kasih tahu ke Laras.
"Dahlah. Lo udah ngerjain tugas?"
"Udah! Nih, liat coba."
Venus membuka buku milik Laras. Ia mengangguk ketika jawaban yang diberikan Laras benar. Ia hanya menggeleng ketika ada yang salah. "Yang ini harusnya C. Kenapa bisa A?" tanya Venus.
Laras terkekeh malu. "Aku cuman main kancing. Lagian susah tahu pertanyaannya. Yaudah capcipcup."
-
Bumi menarik rambut panjang Venus dengan tidak berperasaan. Sedangkan Venus berdecak kesal seraya menepis tangan Bumi menggunakan jurus nya.
"Awwss." Bumi mengebaskan tangannya yang terasa nyeri akibat tabokan Venus. Ia berdecih melihat Tania menatap nya tajam.
"Apa?"
"Lo yang apa! Ngapain tarik-tarik rambut gue!"
Pertengkaran itu menuai tatapan dari para siswa yang ada disana. Bukan hal aneh ketika Bumi si kapten basket selalu bikin masalah kepada Venus si tukang Karate. Mereka selalu tidak pernah akur ketika bersama atau tidak sengaja bertemu. Namun, bagi siswa itu adalah momen yang sangat epic. Bahkan mereka sering menjodoh-jodohkan Bumi dengan Venus.
"Nah kan, tengkar lagi!"
"Dah lah, pacaran aja kalian."
"Iya, ya. Lagian bagus juga."
"Beuh, jadi pasangan terfavorit sih menurut gua!"
Begitulah percakapan para siswa/i yang gemas akan pertengkaran Bumi dan Venus.
Bumi menatap datar kearah Venus, namun hatinya merasa ingin sekali memeluk gadis itu dan mengecup kening yang tertutup oleh poni baru sialan itu. Kenapa Venus memakai poni? Bumi mengerang dalam hati. Venus memakai poni malah bertambah manis. Bumi tidak suka.
"Poni lo jelek banget!"
"Dih, biarin." Venus kesal. Ia semakin tidak pede dengan poni nya.
"Ngapain sih begitu, norak!" Ejek Bumi lagi.
Sebenarnya Venus sudah ingin menonjok mulut lemes Bumi. Lelaki itu memang pandai memainkan emosinya. Daripada hal tersebut membuat dirinya rugi, lebih baik Venus pergi menghindari Bumi. Lagian percuma, mereka akan tetap bertemu di rumah nanti.
"Berisik, lemes."
Bumi berdecak kesal. Ia mengacak-acak rambut Venus hingga gadis itu memekik kesal. Ia tidak suka rambutnya diberantakin.
"Apa-apaan sih, lo!"
"Lo bilang apa tadi? Lemes? Siapa yang lemes?"
Lagi-lagi Venus menabok tangan Bumi, "Ya siapa lagi kalo bukan Bumi Lautanapi yang suka nyari masalah sama gue! Apa, apa? Suka lo sama gue!"
"Najis!"
Venus berdecih sebagai responnya. Sedangkan Bumi menampakan muka sok jijiknya. Padahal sebelumnya mereka sangat bucin satu sama lain. Ah, sudahlah.
Venus pergi meninggalkan Bumi. Ia sudah sangat kesal dengan tingkah Bumi yang selalu mengganggunya. Tidak dirumah, tidak disekolah Bumi selalu mencari masalah padanya. Kadangkala Venus merasa bersalah akan semua ini. Venuslah yang membuat hubungan mereka menjadi seperti ini. Saling tidak suka.
Venus yang tidak fokus jalannya tidak sengaja menabrak lelaki yang sedang membawa buku paket begitu banyak.
"Awas, awas!"
"Eh,"
Brukk!!
Keduanya terjatuh dengan buku paket yang saling berterbangan dan berjatukan kemana-mana.
"Astaga!"
"Eh, lo gak papa?" tanya lelaki itu.
Venus menggeleng, ia menatap lelaki itu dengan senyumannya. Gadis itu mulai merapihkan buku paket milik lelaki itu.
"Maaf ya, Dima."
Dima Permana selaku ketua osis disekolah itu hanya tersenyum dan mengangguk. Ia tidak masalah dengan ini. Malah, Dima merasa ini suatu keuntungan. Dima sudah lama menyukai Venus dari awal mereka masuk kesekolah ini.
"Gak papa, Venus. Tapi bisa minta tolong?"
"Boleh."
"Bantuin gue bawa ini ke perpus. Gue kerepotan."
Venus boleh-boleh saja. Lagian dari pada luntang lantung lebih baik membantu orang yang membutuhkan dirinya. Akhirnya Venus dan Dima melangkah menuju perpustakaan dengan buku paket masing-masing tangan.
"Poni lo bagus. Gue suka." puji Dima.
Venus tersenyum dan malu dipuji oleh ketua osis ini. Ia merapihkan daur rambut yang berantakan kebelakang telinganya. Sedangkan Dima terkekeh melihat respon Venus yang malu-malu itu. Dibalik sifat galak dan bar-barnya, Venus selalu malu jika di puji.
Dibalik itu ada seseorang tengah memantau dua manusia yang sedang berjalan membawa buku, Venus dan Dima. Wajahnya keruh serta tangannya mengepal kuat. Bumi kesal melihat Venus malu-malu dan sok cantik kepada orang lain. Bumi benci Venus. Benci mengapa wanita yang cintai harus menjadi adik tirinya.
_________
Venusha pas diajak duel sama bumi >.<
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated story (On Going)
Teen FictionVenus tidak menyangka percintaanya bersama Bumi akan serumit ini. sang ibu dipinang oleh ayah Bumi adalah hal yang tidak pernah Venus bayangkan. pacaran yang berumur jagung harus kandas akibat orangtua mereka yang saling menikah. ditambah Bumi malah...