Chapter 7

7 0 0
                                    

Murka.

"Tugas lo sekarang cuci piring, wajan dan semuanya yang kotor. Gue pergi dulu."

Venus hanya mengangguk. Ia tidak akan kesal dengan Bumi yang menyuruh-nyuruhnya. Venus merasa puas dengan masakan Bumi. Lagian Venus sadar diri. Ia tidak seharusnya menjadi tuan putri.

Dengan telaten Venus membersihkan piring dan gelas bekas makan dan minum mereka. Namun naas, gelas ditangan Venus meluncur dari tangannya dan terjatuh.

Prangg!!

Venus mendumel. Tugas begini saja ia tidak becus. Tangan Venus lebih pandai menonjok orang sepertinya. Venus berjongkok dan mengambil beling-beling yang berserakan.

"Venus!"

"Akkhh,"

Tangan Venus tergores akibat seseorang mengagetkannya. Alhasil tangan Venus berdarah karena goresan itu lumayan dalam.

"VENUS!"

Bumi segera mendekati Venus dan berjongkok. Ia kaget melihat Venus berdarah. Tubuhnya gemetar dan langsung membawa gadis itu keluar dari dapur.

"Lo gak papa? Sakit gak? Kenapa bisa pecah! Kenapa gak hati-hati. Liat! Tangan lo luka!" Bumi marah-marah seraya membersihkan luka ditangan Venus. Sedangkan Venus hanya diam. Ia tidak kesakitan sama sekali tapi respon Bumi cukup membuat hatinya membuncah.

"Bumi?" lirih Venus.

Bumi mendongak melihat Venus yang menatapnya dengan sedih. "Maafin gue, Bumi."

Bumi diam lalu kembali menunduk dan mengangguk. "Cuman gelas doang."

"Bukan itu!" emang ya, cowok mah kagak pekaan! Venus mendumel dalam hati.

"Terus apa, Venus?"

"Maafin kesalahan gue. Semuanya. Gue... Gue gak bisa gini." Venus menarik nafasnya. "Gue pengen kayak dulu. Gue gak suka kita berantem. Gue pengen kita baik-baik sebagai adik dan kakak."

Wajah yang tadinya khawatir mendadak hilang dan digantikan dengan tatapan dingin. Tangan Bumi melepaskan genggamannya. Ia berdiri dan menatap tajam gadis dibawahnya.

"Lo minta maaf atau minta permintaan?" tanya Bumi sarkatis. "Oke kalo lo mau kita kayak dulu. Tapi, gue maunya sebagai pacar. Lo jadi pacar gue! Bukan adik!" tungkas Bumi dengan seringai liciknya.

Venus menggeram kesal. "Dimana sih otak lo! Kita udah jadi kakak sama adek! Gak bisa sama-sama!"

"KITA BUKAN ADIK KAKAK! LO BUKAN ADEK GUE!" Venus kaget Bumi membentaknya. Ini kali kedua Bumi membentaknya setelah d rooftop itu. "Asal lo tau, gue muak liat muka lo ini!"

Bumi pergi begitu saja meninggalkan kesakitan yang teramat dihati Venus. Venus diam, gadis itu mencoba untuk tidak menangis. Bumi benar-benar membencinya dan muak? Bahkan dia tidak sudi menganggap nya adik walaupun tiri.

Venus berlari menuju kamarnya. Ia menangis sejadi-jadinya sendirian dikamar. Nyatanya, seberapa kuat kita menahan, semua akan luruh juga. Venus tidak pernah mencintai seseorang seberat ini. Karena hal pertama yang ia dapat dan semuanya adalah dari Bumi.

"Gue, gue cuman mau kayak dulu. Gue gak mau kehilangan lo, Bumi, hiks. Gue takut dibenci lo, hiks."

-

Bumi mengusap wajahnya gusar. Lagi-lagi ia membentak orang yang ia sayangi itu. Bumi ingin sekali kembali kerumah dan memeluk Venus lalu meminta maaf karena membentaknya. Namun, ego nya jauh lebih tinggi. Bumi tidak bisa kembali dan pada akhirnya ia luntang-lantung dijalan sampai akhirnya lelaki itu sampai di markas Rajawali.

"Setdah ni bocah dateng-dateng ngerusuh!" cerocos Jaelani karena Bumi tiba-tiba menyepak tempat peralatan bengkel. Ia memungut obeng dan lainnya dengan kesal.

Sedangkan Bumi terus kedalam sampai dirumah keduanya. Disana seperti biasa, Rama selalu bermain biliard. Lelaki itu fanatik sekali dengan biliard.

"Kenapa lagi?" tanya Rama.

Bumi menoleh kearah kursi dan mendapati Benua sedang diam seraya memejamkan mata. Tidak biasanya lelaki itu ada dimarkas. Bumi menghampiri Benua dan menggeser-geser tubuh Benua yang lagi enak tertidur.

"Ck,"

Bumi terkekeh ketika Benua terganggu. Bumi selalu menyukai Benua yang selalu kesal.

"Gimana perkembangan lo sama si Grace?" tanya Bumi.

Benua membuka matanya dan menatap Bumi dengan ogah-ogahan. "Gak."

Benua menggelengkan kepalanya tidak mengerti. Pada akhirnya lelaki itu lelah sendiri dan menyenderkan tubuhnya kesofa yang memang sudah usang. Pikirannya kalut memikirkan Venus yang sendirian dirumah. Meskipun rumahnya terjamin anti maling, tidak memungkinkan akan terus aman. Apakah Bumi harus kembali?

"Perasaan setelah bokap lo kawin, lo uring-uringan deh." Ucap Desta yang tengah meminum sprite. Desta orang yang selalu mengamati Bumi semakin tidak mengerti dengan lelaki itu. Awal-awal sebelum Danu menikah, Bumi orangnya rame, licik dan seru. Namun sekarang, setiap ke markas lelaki itu selalu menampakan wajah kurang bersahabat. Uring-uringan gak jelas.

"Gue gak tau." bahkan Bumi tidak pernah menceritakan soal Venus dan hubungannya. Semua orang tahu, Benua tidak mempunyai pacar atau belum pernah pacaran karena memang trauma dengan wanita akibat ibu kandungnya sendiri.

"Ah, jangan-jangan lo suka seseorang ya?" tanya Desta.

"Kok mikir gitu?" tanya balik Bumi merasa heran. Biasalah, Bumi soal percintaan memang nol besar.

"Bodoh!"

Bumi menoleh cepat kearah Benua yang menghinanya bodoh. Apakah sikapnya terlalu terang-terangan? Bumi menggeleng kearah Desta mengisyaratkan bahwa dirinya tidak sedang menyukai seseorang. Padahal nyatanya lelaki itu memang tengah memikirkan orang yang ia sukai yang kini tengah menangis sendirian dirumah.

______

Mode makan sama ayang😍😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mode makan sama ayang😍😍

complicated story (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang