Chapter 2

14 2 0
                                    


Calon Mama & Calon Papa


Flashback.

Teguh mengetuk pintu kamar putranya dengan tidak sabaran. Teguh sudah membuat janji dengan anaknya untuk makan malam bersama. Ia juga akan memperkenalkan calon istrinya kepada Bumi. Teguh berharap, Bumi melunakan hatinya dengan wanita yang ia cintai sekarang ini.

"Sabar, yah." Bumi membuka pintu dan menghela nafasnya. Terlihat sang ayah, menggunakan baju formal. Sedangkan dirinya hanya menggunakan kaos putih di lapisi kemeja kotak-kotak yang tidak terkancing.

"Ayo, son. Ayah udah gak sabar."

Bumi hanya mengangguk saja. Padahal dalam hati Bumi, ada yang tidak beres dengan ayahnya itu. Teguh terlalu bersemangat hanya untuk makan malam berdua saja.

Sampai restoran, Teguh dan Bumi langsung mencari kursi yang akan mereka duduki. Bumi kira, Teguh akan mencari kursi kosong. Lelaki paruh baya itu malah melimpir mendekati satu wanita berhijab tengah duduk seraya memainkan ponselnya.

"Luna?"

Wanita yang bernama Luna itu mendongak. Senyum Luna mengembang dikala orang yang ia tunggu sudah sampai. Luna melirik kesamping, dimana lelaki yang jauh lebih muda juga menatapnya.

"Duduk mas. Duduk, Bumi."

Bumi terkejut dikala Luna tahu namanya. Lelaki itu menoleh kearah Teguh mencoba bertanya melewati isyarat tubuh.

"Maaf sebelumnya, Bumi. Ayah bukan semata-mata cuman makan malam sama kamu. Tapi lebih tepatnya ngenalin kamu sama tante Luna."

Bumi belum mengerti dengan semuanya, "Apa maksud ayah?"

Teguh sudah tahu respon Bumi akan Bagaimana. Lelaki itu pasti menolak.

"Ayah sama tante Luna bakal nikah. Apa kamu bakal ngerestuin?" tanya Teguh.

Bumi melemaskan tubuhnya. Mata Bumi menatap wajah Teguh dan Luna bergantian. Sebenarnya Bumi ingin sekali menolak. Ia terlalu trauma dengan manusia yang sering disebut Ibu, Mama. Namun, ada yang berbeda dengan tante Luna. Senyuman itu sangatlah menengangkan. Mengingatkan dirinya pada kekasihnya, Venus.

"Gak papa kalo kamu masih belum setuju. Kita bakal tunda sampai kamu setuju." lirih Luna seraya mengusap lengannya. Luna benar-benar gugup dipandang oleh Bumi yang bermata tajam itu.

"Terserah kalian lah." Bumipun pamit untuk ke kamar mandi. Teguh yang tidak enak dengan Luna mencoba menenangkan wanita itu.

"Sabar ya. Kamu sudah tahu kan tentang Bumi soal ibu. Walaupun lelaki itu kuat, dia memiliki ketakukan. Kamu ngertiin anak itu." Teguh mengusap lengan Luna. Sedangkan Luna hanya mengulas senyumnya. Iapun tidak terlalu kecewa dengan respon anak dari calon suaminya. Sedangkan anaknya malah mendorong Luna agar cepat mencari pasangan lagi. Gadis itu selalu heboh. Namun sayang, gadis itu tidak ikut karena ada turnamen karate yang mengharuskan menginap.

Setelah Bumi kembali, rasa canggung semakin menggerogoti. Hingga Bumi mengeluarkan suaranya, "Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan ini?" tanya nya seperti reporter.

"Dar-"

"Biar aku yang jawab, mas." potong Luna. Wanita itu tersenyum kearah Bumi, "Sekitar satu tahunan. Maaf kalo setahun ini saya gak nemuin kamu."

Bumi mengangguk. Cukup lama ternyata. "Bumi, saya tidak mengharapkan apa-apa dari kamu. Kalaupun kamu tidak merestuinya, maka itu semua tidak terjadi. Semua terserah hati kamu, Bumi."

Bumi menghela nafasnya mendengar penuturan Luna yang seolah menyudutkannya. Sedangkan Teguh menggeleng tidak terima kearah Luna. Ia tidak mau jika pernikahan dibatalkan.

complicated story (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang