"Ibu"
Bumi melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Ia takut jika menambah kecepatan gadis dibelakangnya akan kejengkang. Venus sama sekali tidak memegang pinggang Bumi atau tidak memeluknya. Gadis itu berpegangan pada tubuhnya sendiri.
Bumi terusik. Ia ingin sekali menarik tangan Venus lalu gadis itu memeluknya seperti dulu. Bumi rindu dipeluk oleh Venus. Namun apa yang ingin diharapkan.
"Bumi, kita nyari makan dulu."
"HAH?"
"NYARI MAKAN DULU!"
"APA? GAK DENGER!"
Venus dengan gemas menabok helm Bumi kesal. "Budek!"
Bumi terkekeh geli. Ia mendengarnya, cuman Bumi ingin menjahili gadis itu saja. Bumi akhirnya menepikan motornya diwarung nasi biasa. Dulu Bumi pernah membawa Venus kerestoran hanya saja Venus malah marah-marah tidak jelas.
"Aku gak mau makan disini. Mahal." kesal Venus.
"Kan aku yang bayar. Kamu cuman tinggal makan."
Venus berdecak, "justru itu! Mending aku makan dipinggir jalan. Udah murah, kenyang lagi."
"Yaudah, entar kita mampir di pecel lele."
Itulah kilasan masalalu yang begitu manis bersama Venus. Sekarang mereka melakukan hal yang sama hanya saja disituasi yang berbeda. Venus masuk lebih dulu dan langsung mengambil piring begitupun dengan Bumi.
Mereka makan dengan hidmat. Tidak ada suara dari keduanya. Meskipun suasana ramai dengan pelanggan, pengamen serta motor yang simpang siur tidak membuat Bumi dan Venus angkat bicara sampai makanam satu sama lain habis.
"Biar gue yang bayar."
"Gue juga punya uang!" ucap Venus tidak terima.
Bumi berdecak kesal, "Biar gue aja. Jangan mulai, Venus."
Venus memang menyebalkan. Gadis itu selalu menyulut emosinya sedari dulu. Dari senang, sedih, kecewa dan marah. Venus memporak porandakan hatinya.
Venus akhirnya mengalah dan keluar dari tempat makan menuju motor Bumi. Bibirnya komat kamit karena Bumi sangatlah menyebalkan.
Sampai rumah, tubuh Venus terasa berat. Mungkin efek tadi tarung bersama Rega tanpa pemanasan lebih dulu. Venus melenguh kasar dan masuk ke kamarnya tanpa menghiraukan Bumi yang diam dipintu memandangi Venus.
Venus menengok ke belakang, "Kenapa?"
Bumi menggeleng. Kini Bumi berjalan dan mendahului Venus untuk masuk ke kamarnya. Venus lagi-lagi mendengus kasar. Ia segera masuk ke kamar dan merebahkan diri.
Tak lama suara nyaring dari pintu menganggu telinga Venus. Venus segera berdiri, takut jika ada maling kerumah ini. Gadis itu segera berlari menuju pintu yang berisik karena digedor. Apakah ia lupa mengunci pintu gerbang?
Venus membuka pintu dengan ragu. Namun, yang terlihat bukan maling. Melainkan perempuan seumuran bahkan diatas mamanya sedang menatapnya juga dengan angkuh.
"Siapa lo?" tanya perempuan itu.
Venus kicep. Itu kata-kata yang kasar untuk seorang ibu-ibu.
"Saya yang tanya. Siapa ibu malam-malam begini bertamu?"
"Saya mau ketemu Bumi. Dimana dia? Minggir!"
Ibu-ibu itu mendorong Venus agar menjauh dari pintu supaya dia bisa masuk kerumah. Sedangkan Bumi masih dikamarnya tidak terganggu dengan suara itu.
"BUMI! BUMI!"
"Bisa tidak ibu jangan teriak-teriak!" kesal Venus.
"Lo jangan ikut campur!"
Bumi akhirnya keluar dari kamar dengan tergesa-gesa. Ia terkejut melihat Yuli yang tengah memarahi Venus.
"Ada apa ibu kesini?" tanya Bumi dengan begitu dingin.
Yuli tersenyum miring. "Lo belum ngasih gue uang bulan ini! Lo lupa?"
Venus terkejut. Jadi yang ada didepan nya kini adalah ibu dari Bumi. Ibu yang melahirkan Bumi. Ibu yang tidak menyayangi Bumi.
"Saya enggak lupa. Saya gak bakal ngasih uang lagi sama ibu."
Yuli menggeram kesal. Ia menampar Bumi dengan keras. "Lo gak tau balas budi? Gue yang ngelahirin lo! Mana duitnya!"
Bumi masih diam. Namun nafasnya sudah tidak teratur karena tidak bisa menahan emosinya. Yuli lagi-lagi menampar. Ibu dari Bumi menjambak Bumi yang masih diam tidak bergeming.
"Lo jadi budek? Bokap lo sekarang miskin setelah nikah?"
Venus terus menatap ibu dan anak itu dengan kaget. Jadi, Bumi selalu memberikan uang kepada ibunya? Padahal setahu Venus, Bumi begitu membenci ibunya.
"Jalang itu bikin sial bokap lo, ya?"
"Ibu yang jalang!" teriak Venus marah. Ia marah ketika mamanya disebut jalang oleh orang yang lebih dari jalang.
Venus mendekati Bumi lalu melepaskan jambakan Yuli dengan sekuat tenaga. Venus kesal mengapa Bumi diam saja.
"Jangan berani-beraninya ibu manggil mama saya dengan sebutan jalang!"
Yuli tertawa terbahak-bahak bak orang gila. "Oh, jadi ini anak nya? Adek lo ya, Bum sekarang?"
"Gue males ribut. Sekarang gue minta duit!"
"DUIT BUMI, DUIT. GUE BUTUH DUIT!" Teriak Yuli.
Yuli lagi lagi akan menampar anaknya itu. Namun Venus menahannya dan membalik menampar Yuli dengan keras. Bumi terkejut karena Venus berani memampar ibunya.
"Kenapa lo nampar dia?" tanya Bumi dengan tajam.
Venus kesal, "Lo yang kenapa? Kenapa lo diem aja, Bumi!" Venus menatap Yuli dengan tajam, "Jangan pernah lo meras anak lo lagi! Pergi!" Teriak Venus.
Yuli meradang. Ia kesal karena Venus berani melawannya. Namun, Yuli merasa segan untuk memukul Venus yang menatapnya begitu tajam. Akhirnya Yuli keluar dengan tangan kosong.
Venus menoleh kearah Bumi yang diam. Pipinya merah serta sudut bibir berdarah akibat tamparan Yuli yang tidak main-main. Venus menitikkan air matanya merasa sakit melihat Bumi seperti itu.
________
Venus paling suka senyuman Bumi soalnya matanya suka ilang:v
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated story (On Going)
Teen FictionVenus tidak menyangka percintaanya bersama Bumi akan serumit ini. sang ibu dipinang oleh ayah Bumi adalah hal yang tidak pernah Venus bayangkan. pacaran yang berumur jagung harus kandas akibat orangtua mereka yang saling menikah. ditambah Bumi malah...