Chapter 9

8 0 0
                                    

Gagal Tanding.

Bumi memegang tangan Venus dengan khawatir. Ia merasa bersalah karena membuat gadisnya kelaparan sampai pingsan. Bumi tahu dari dulu kalau Venus tidak bisa melewatkan sarapannya. Namun Bumi terlalu mementingkan egonya ketimbang kesehatan gadis yang ia cintai.

"Maafin gue."

Ini seperti ketika sang ayah terbaring dirumah sakit dengan selang infus dan selang tranfursi darah diwaktu Bumi berusia tujuh tahun. Ibunya sama sekali tidak mengurus sang suami. Yuli malah asik-asikan bersama lelaki lain ketimbang merawat sang buah hati dan suami.

Hampir saja dulu Danu tidak terselamatkan karena penyakit yang ia derita. Namun untungnya, tuhan memberi satu kesempatan untuk merawat Bumi sebagai jaminan. Karena Bumi yang selalu menjaga Danu dan mengurus keperluan Danu.

Bumi khawatir bukan kepalang. Ia menangis histeris karena sang ayah tidak kunjung bangun. Bumi terlalu berfikir keras untuk ukuran tujuh tahun. Ia tahu semua hal yang menyangkut keluarga. Maka dari itu Bumi sangat ketakutan. Takut jika Danu pergi maka ia benar-benar sendiri.

Kembali lagi, Bumi terus mengusap punggung tangan Venus seraya memohon agar Venus segera bangun dari pingsannya. Anak pmr yang tadi menangani Venus cukup terkejut karena Bumi yang menggendongnya. Yang mereka tahu, Bumi dan Venus adalah tom and jerry versi manusia.

"Enghh... "

"Venus? Lo bangun?"

"Enggak. Gue mati!" jeda sebentar, "yaiyalah gue bangun. Amit-amit."

Sekarang ini Bumi tengah menepiskan egonya. Ia mengambil piring yang berisikan nasi dan lauk pauk. "Lo cepetan makan. Kenapa gak dari tadi makannya? Kenapa juga lo pergi pagi-pagi banget. Takut ketemu gue? Tapi tetep kudu inget sarapan!"

Bumi dan cerewetnya memang menyatu. Kadang Venus bingung siapa yang disini perempuan. Bumi itu kadang menjadi cerewet, lemes dan licik. Liciknya nadzubillah. Bumi selalu bisa membulak balikkan kata-kata. Sampai membuat si lawan bicaranya kehabisan kata-kata dan berakhir amarah.

Venus mengambil piring yang ada ditangan Bumi. Ia mulai memakan dengan tenang walau mata tajam Bumi selalu menatapnya. Bumi sepertinya tidak akan pergi sebelum nasi yang ada dipiring habis tanpa sisa.

"Gue pergi dulu."

Akhirnya, Venus bisa bernafas lega. Sungguh ada rasa kebahagiaan melingkupi hatinya. Bumi masih sama seperti yang dulu. Perhatian dan selalu khawatir kepadanya. Venus berdoa agar Bumi semakin dekat dengannya walaupun sebagai saudara.

Tok! Tok!

"Boleh gue masuk?"

Venus menoleh. Disana sudah ada lelaki bersenyum manis, alias si ketua osis. Venus hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kok sampe pingsan? Besok-besok lagi jangan lupa sarapan."

Venus terkejut karena Dima mengetahui keadaannya. "Lo tau dari mana?"

"Dari mana aja. Semua tentang lo dan masalah lo, pasti gue tau."

Venus hanya terkekeh sebagai respon. Dima terlalu ngebut untuk menyatakan sukanya. Gombalan-gombalan seperti itu sangat tidak mempan untuk Venus. Ia lebih menyukai aksi ketimbang kata-kata.

"Ini juga udah sembuh. Gue mau masuk kelas dulu ya, Dim."

Sebelum kaki gadis itu turun, tangannya sudah ditahan oleh Dima. Venus menatap bingung kearah sang ketua osis itu.

"Kenapa?"

"Lo lagi deket sama Bumi?" tanya Dima to the point.

Venus tergagap bingung. Kedekatannya bersama Bumi malah sudah kandas. Namun setelah putus percakapan atau lebih ke perdebatan mereka lebih banyak ketimbang sebelum putus. Ah, Venus kangen manja-manjaan bersama Bumi.

"Kenapa gitu?"

"Gue gak suka. Dia cowok berandalan."

Venus tidak suka ketika Dima menyebut Bumi berandalan. Apakah mempunyai geng seperti itu disebut berandalan?

"Dia gak kayak gitu. Udah ah gue ke kelas dulu."

Setelah itu Venus benar-benar meninggalkan Dima di uks dengan wajah kesal. Ditambah sekarang tiba-tiba cowok menyebalkan kembali muncul.

"Lo lemah."

Venus diam mendengar ucapan pedas Gala.

"Minggu nanti gak usah tanding." tandas Gala dengan wajah tidak merasa bersalah.

"Kok gitu? Gue udah cape-cape latihan!" Venus tidak terima begitu saja. Ia ingin tanding dan memukul mulut Gala dengan piala kemenangannya.

"Karena lo lemah! Gitu aja lo pingsan. Gimana nanti!"

Entah mengapa, perkataan Gala hari ini sungguh menyakitkan. Tapi daripada ia marah-marah tidak jelas dan pasti tidak dengar oleh Gala, lebih baik ia memohon.

"Please Gala. Gue pengen tanding." mohon Venus.

Gala hanya berdecih, "keputusan gue udah bulet. Lagian yang jago karate bukan lo doang. Masih banyak yang lebih baik dari lo!"

Setelah itu Gala meninggalkan Venus yang terpengkur dalam. Ia sangat sakit hati. Venus sangat mencintai karatenya. Ia rela terkena pukulan waktu latihan agar nanti bisa sempurna saat tanding. Namun, tidak ada badai dan hujan Gala sang senior dikaratenya malah memundurkan Venus dalam pertandingan.

Dari pada Venus nangis-nangis lebih baik ia ketempat ruangan karate. Lagian dia sudah terlanjur bolos akibat pingsannya tadi pagi.

Sampai disana ternyata sudah ada teman-temannya yang lain yang mungkin tidak ada kelas. Venus meminta salah satu temannya untuk meminjamkan baju karate karena baju karate Venus djbawanya pulang untuk dicuci.

"Rega! Sini lo tarung sama gue!"

Rega yang tengah selonjoran karena bebas dari pelajaran mengernyit aneh. Tidak biasanya Venus mengajak tarung seperti itu kecuali memang gadis itu tengah ada masalah.

Rega dengan senang hati menyetujuinya. Akhirnya kedua manusia itu berhadapan dan saling menunduk. Mereka mulai memasang kuda-kuda lalu berteriak nyaring.

"HAAAA!"

"HAAAA!"

__________

Kesel sama Gala karena gagal tanding:((

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kesel sama Gala karena gagal tanding:((

complicated story (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang