"Rapunzel"
"Bumi?"
Bumi menatap Venus dengan tatapan sakit. "Jahat, Ven. Jahat." lirih Bumi.
Venus segera memeluk Bumi yang mulai ambruk kelantai. Mereka berdua berpelukan menangisi yang baru saja terjadi.
"Maafin gue. Maaf karena nampar ibu lo."
Bumi menggeleng. Ia semakin mempererat pelukan. "Gue gak bisa ngebales, Ven. Gue gak bisa."
Venus mengusap rambut Bumi dengan sayang didalam pelukannya. Venus tidak bisa menghakimi Bumi begitu saja. Bumi tengah runtuh seketika hanya karena seorang ibu. Ibu yang tidak pernah menyayangi Bumi sedikitpun.
"Sakit. Hati gue sakit banget, Ven."
"Sstt... Gue ngerti. Gue ngerti."
"Kenapa dia harus muncul. Gue udah gak mau ngeliat dia." Lirih Bumi begitu perih.
Venus mengurai pelukan. Gadis itu mengusap pipi Bumi yang basah. Lelaki itu menangis. Mereka saling diam untuk mengatur emosinya masing-masing.
"Gue yang salah. Gue telat ngasih uang." Lirih Bumi.
Venus menggeleng keras, "jangan ngasih uang lagi, Bumi. Itu bukan hak lo. Harusnya dia yang ngasih uang."
Kini Bumi yang menggeleng, "gue harus balas Budi, Venus."
"Balas budi seumur hidup lo, begitu?" Tanya Venus menampar hati Bumi.
"Terus gue harus gimana, Venus?" Tanya Bumi begitu frustasi.
"Untuk sekarang, lupain dulu. Lo capek, Bumi."
"Boleh, gue minjem bahu lo?"
Venus dengan senang hati mengangguk. Bumi memeluk Venus dan menyandar kepalanya dibagi gadis itu. Hatinya benar-benar lelah menghadapi ibunya. Ia tidak bisa membalas apapun. Dikepala Bumi, Yuli tetaplah ibu. Ibu yang berjuang melahirkannya. Sebejat-bejatnya seorang ibu, Bumi tidak mungkin bisa memukul.
-
Pada akhirnya, Venus dan Bumi tertidur di karpet berbulu yang ada diruang tamu. Bantal sofa menjadi alas kepala Bumi sedangkan Venus menggunakan lengan Bumi untuk kepalanya.
Bumi membuka matanya lebih dulu. Ia mengerjap pelan memfokuskan penglihatannya. Ia menoleh kearah lengannya yang berat. Venus masih tertidur dengan rambut yang menutupi sebagian wajahnya.
Bumi merapihkan surai rambut Venus untuk melihat lebih jelas wajah Venus yang membuat Bumi jatuh cinta. Lelaki itu tersenyum ketika responnya tidak dihiraukan Venus. Venus masih tetap tertidur nyaman.
"Selama lo ada di hidup gue, gue bakal terus kuat, Ven."
Venus membuka matanya dan langsung menatap manik Bumi yang teduh. Tidak ada tatapan tajam diantara mereka. Melupakan hal yang terjadi, kemarin-kemarin.
"Selamat pagi?" Lirih Venus dengan suara seraknya.
Bumi menyunggingkan senyumannya, "selamat pagi, Rapunzel."
"Kenapa lo panggil gue Rapunzel?"
"Rapunzel menyayangi rambutnya, kayak lo."
Venus tersenyum. Ia sangat menyayangi rambutnya meskipun tidak sepanjang dan secantik rambut Rapunzel. Gadis itu bangun dan duduk.
"Sekolah, Bumi."
"Mumpung ayah belum pulang, gimana bolos aja?" Ide Bumi yang membuat Venus melotot tidak terima.
"Gue kemarin udah bolos, Bumi."
"Kemaren Lo sakit. Bukan bolos."
Venus membuka mulutnya namun tidak ada yang keluar dari mulutnya. Benar juga apa katanya Bumi. Lagian, Venus belum pernah rasanya bolos. Meskipun ia tidak terlalu pintar disekolah, Venus ingin merasakan membolos.
"Kalo bolos, kita bakal kemana?" Tanya Venus.
Bumi yang masih tiduran di karpet, diam mencoba berfikir. Dan Venus menunggu jawaban.
"Ke basecamp?"
Venus berfikir. "Oke deh. Gue kangen juga tanding sama Gilang."
Wajah Bumi berubah keruh. Memang, ditempatnya tidak ada manusia berkelamin perempuan. Namun sekarang Venus dan Grace mengisi markas Rajawali. Dua gadis istimewa karena Bumi sangat ogah memasukan anggota perempuan di geng nya.
"Entar lawan gue aja."
Venus tentu menggeleng, "gue bakal kalah!"
Bumi tertawa. Venus bisa catur karena Bumi. Semua yang diajarkan Bumi, Venus pakai kemaren. Jadi, percuma melawan Bumi. Seolah, Venus melawan gurunya sendiri.
Mereka saling bergurau diruang tamu. Melupakan tentang siapa mereka, status mereka, pertengkaran mereka dan kejadian semalam juga. Bumi bahagia karena bisa berbincang dengan Venus tanpa melibatkan emosi.
-
Venus sampai di markas Rajawali. Namun ada yang berbeda dari hari kemarin. Rumah Rajawali lebih bersih daripada kemarin. Jaelani datang dari belakang seraya memegang tempat sampah kecil yang berisikan keresek.
"Rajin banget?" Sindir Venus.
"Biasa, princess kita gak suka rumah ini kotor. Ribet!"
"Princess?" Beo Venus.
Jaelani mengangguk. Ia memberikan kode dengan kepalanya seolah menyuruh Venus masuk lebih dalam. Venus masuk menuju dapur yang bersih juga. Jangan tanyakan Bumi. Lelaki itu tengah membantu temannya di bengkel Rajawali.
"Hay?"
Gadis itu terkejut. Seseorang yang disebut princess oleh Jaelani menutup keran dan mengelap tangannya menggunakan lap kain yang menggantung.
"Selamat pagi. Kakak namanya Venus bukan?"
Itu cukup formal. Dari bangsa mana gadis itu, pikir Venus. Venus agak tidak nyaman dengan bahasa baku gadis itu.
"Iya. Lo siapa?"
Gadis itu nyengir lalu menyodorkan tangannya, "perkenalkan, namaku Gracesea Meca. Panggil aku Grace. Hanya Benua yang boleh memanggilku Sea. Dia suka laut."
Gadis yang bernama Grace berceloteh riang. Dari yang Venus lihat, Grace bukanlah gadis sembarangan. Gadis itu anggun dan bersih. Maksud dari bersih adalah benar-benar bersih. Baju licin, rapih, harum, rambutnya yang cokelat terurai indah. Venus langsung insecure.
"Ah, iya. Yaudah, kita kedepan."
Grace mengangguk anggun. Tangannya menyelipkan rambut yang menghalangi pandangan gadis itu ke telinga nya. Venus ternganga melihat Grace yang seperti tuan putri. Benar-benar princess.
_________
Gracesea Mecca
Kerasa banget orang kayaknya😢😢
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated story (On Going)
Teen FictionVenus tidak menyangka percintaanya bersama Bumi akan serumit ini. sang ibu dipinang oleh ayah Bumi adalah hal yang tidak pernah Venus bayangkan. pacaran yang berumur jagung harus kandas akibat orangtua mereka yang saling menikah. ditambah Bumi malah...