Chapter 10

9 1 0
                                    

Gala nyari masalah

DUKK!!

"AAH!! SAKIT WOY! KOK MAEN KASAR!" Rega berteriak kesakitan saat Venus menonjok pipinya. Ternyata Venus benar-benar tengah mengeluarkan amarah.

"STOP STOP!"

Nafas Venus berburu. Wajahnya merah dan penuh keringat. Gadis itu berdiri dan berjalan jalan santai untuk menetralisirkan tubuhnya yang mulai panas. Ia kelepasan, sumpah.

Venus segera mendekati Rega dan menolong lelaki itu untuk berdiri. "Lo kenapa sih!" pasti Rega kesal apalagi ia mendapatkan tonjokkan beberapa kali.

"Maafin gue." tukas Venus.

"Siapa yang gantiin gue tanding?" tanya Venus kearag Rega. Rega adalah salah satu teman Gala juga. Mereka cukup dekat dibeberapa saat.

"Hah? Kata siapa lo mau digantiin?" tanya balik Rega.

"Kata temen sialan lo itu, si Gala!"

"Sumpah gue gak tau, Ven. Lagian gue kasian sama lo. Lo terus yang tanding kalo ada pertandingan cewek."

Venus mendengkus, "gue yang mau juga."

"Iya deh yang jago karate mah. Btw, ini sakit loh!"

Venus terkekeh tidak enak karena melampiaskan kekesalannya kepasa Rega. "Nanti gue tlaktir bakso deh."

"Nah gitu, dong! Kan enak jadinya."

Setelah itu mereka berpisah. Rega balik ke kekelasnya untuk meminta tolong kepasa sang pacar agar memberinya pertolongan. Sedangkan Venus masih disana. Gadis itu lesehan dengan santai padahal pikirannya kalut. Venus merebahkan dirinya dilantai dingin lalu menghela nafasnya lelah.

-

Bumi mengedarkan pandangannya mencari seseorang yang dari tadi belum terlihat batang hidungnya. Siapa lagi kalo bukan Venusha Miller. Bumi juga sudah mencari ke uks dan hasilnya nihil.

Sedangkan dibelakangnya, Jaelani, Tatan, Desta dan juga Rama mengikuti kemanapun bos nya pergi. Jangan berharap pada Benua. Lelaki itu memang tidak sepemikiran dengan kelima temannya.

"Nyari apaan dah, Bum. Nyari gebetan ya?" tanya Jaelani penuh semangat.

"Skuy lah nyari gebetan. Cape gue ditempelin bocah ini dari jaman buhun." ucap Tatan. Mereka memang dari sekolah dasar selalu bersama seperti pasangan homo. Tapi asli, mereka cuman sahabatan kok.

"Enak aja! Lo yang nempelin gue terus!"

"Halah. Bilang aja lo gak bisa jauh dari gue kan?" Jaelani bergidik ngeri mendengar penuturan Tatan. Sedangkan Desta, lelaki itu adalah lelaki yang paling santai. Dia tidak pernah protes apapun meskipun didalam keadaan mendesak.

Lain hal dengan Rama yang sedari tadi memainkan ponsel nya. Desta tahu, Rama tidak punya pacar saat ini. Tapi Rama terlalu sibuk dengan ponsenya seperti orang pacaran.

"Bumi?"

"Hm?" Bumi masih mengedarkan pandangannya mencari Venus si adik tirinya.

"Gue bisa minjem duit? Bokap gue belum tranfer nih."

"Berapa? Nanti chat gue ya."

Rama mengangguk. Ia sebenarnya malu meminjam uang kepada temannya. Tapi keadaan yang membuatnya terpaksa meminjam.

"Lo bisa minjem ke gue juga. Gue sahabat lo juga, inget." ucap Desta. Ia akan sebisa mungkin memberikan yang terbaik untuk teman-temannya.

"Lain kali, ye. Gue pasti nginjem tapi bakal banyak!"

"Gak papa. Gue pandai jadi rentenir."

Desta dan Rama tertawa sedangkan dua bocah dibelakangnya masih sibuk berdebat siapa yang selalu menempeli satu sama lain. Padahal mereka memang saling menempel.

Bumi tidak sengaja menoleh kearah pintu ruangan karate. Ah, kenapa dirinya tidak ingat jika Venus adalah anak karate. Bumi membuka pintu lebih lebar dan langsung melihat gadis yang ia cari tengah tiduran dengan mata terpejam.

Akhirnya Bumi bisa tenang. Setelah itu ia berencana untuk pergi ke kantin. Namun seseorang mengagetkannya.

"Ngapain lo disini?" tanya Gala dengan nada intimidasi.

"Suka-suka gue dong!"

"Jangan bikin onar ditempat gue!" ucap Gala dengan sombong.

"Setdah bocah, sombong amat!" decak Jaelani. Tatan terdiam merasa tidak asing dengan kata-kata itu.

"Ini tempat umum. Emang lo yang punya sekolah, hah?" ucap Rama dengan wajah yang datar.

Gala diam. Ia ingin sekali menonjok mereka satu-satu. Tapi pasti dia kalah. Walaupun dia menguasi semua jurus karate, Gala tahu jika Bumi dan teman-temannyapun bisa berkelahi.

Gala melengos dan masuk keruangan itu lalu membanting pintu. Venus yang hampir terlelap begitu terkejut mendengar bantingan itu.

"Gala?"

"Lo tarung sama gue!"

"Males!"

Venus berdiri. Ia menguraikan rambutnya yang tadi ia ikat setelah bertarung dengan Rega. Gala terdiam sesaat.

"Keputusan gue udah bulet."

"Apa lagi?" Venus memutar matanya malas.

"Lo gak tanding besok minggu."

"Terserah lo deh. Gue juga udah males."

Venus segera pergi meninggalkan Gala yang masih diruangan. Ia keluar dengan masih memakai baju karatenya. Banyak pasang mata menatapnya dari kelas sepuluh sampai kelas dua belas ketika ia melewati mereka. Ada juga yang menyapa Venus dan disapa balik oleh gadis berambut coklat itu.

Ponsel yang ia genggam berdering, menandakan seseorang memanggilnya.

"Hallo?"

"...."

"Oke!"

_______

Gala terasa songongnya sampe rp🥵🥵🥵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gala terasa songongnya sampe rp🥵🥵🥵

complicated story (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang