Masih Peduli.
Pada akhirnya, Bumi pulang walaupun subuh-subuh. Bumi membuka sedikit pintu kamar milik Venus dan mendapati gadis itu tertidur pulas dengan gaya esteticnya. Menurut Bumi gaya tidur Venus buruk sekali. Tidak seperti bayangannya dimana semua cewek pasti tetap cantik kalo tidur.
Bumi kembali menutup pintu dan pergi menuju kamarnya untuk melanjutkan tidur. Besok harus sekolah dan menyiapkan sarapan.
Entah berapa jam ia tidur, mungkin dua atau tiga jam-an. Bumi bangun dengan malas. Lelaki itu buru-buru mandi karena takut membuat Venus kelaparan dibawah dan memgakibatkan dapur berantakan.
Bumi turun dan mencari sosok yang ia fikir ada dimeja makan menunggunya. Lelaki itu kembali naik keatas untuk kekamar Venus.
"Veny?"
Tidak ada sahutan didalam. Apakah Venus sudah pergi? Ini masih pagi untuk ukuran Venus berangkat sekolah. Ah, sepertinya gadis itu memang menghindarinya. Cape-cape Bumi menurunkan egonya, malah mendapatkan hal yang sia-sia.
Bumi yang sudah tidak mood untuk memasak langsung pergi ke markas Rajawali. Lelaki itu sudah tidak mood untuk berangkat sekolah gara-gara seorang gadis yang bernama Venusha Miller.
Sampai disana hanya ada beberapa amak Rajawali. Teman-temannya belum hadir atau memang tidak ke markas melainkan berangkat sekolah. Bumi mengedikkan bahunya acuh. Ia masuk ke kamar dan merebahkan dirinya melanjutkan tidurnya yang kurang tadi malam.
-
"Venus!"
Venus yang linglung mungkin karena belum sarapan menoleh kearah belakang dimana sudah ada lelaki yang berpakaian seragam sekolah dengan sangat rapih. Siapa lagi kalau bukan Dima sang ketua osis.
"Minggu besok ada pertandingan karate?" tanya Dima mengawali.
Venus hanya mengangguk. Ia bahkan lupa dengan pertandingan itu. Otaknya selalu terkontaminasi dengan adanya Bumi. Venus merasa bersalah karena meninggalkan lelaki itu. Tapi, Venus juga kesal.
"Kenapa emang?" tanya Venus dengan cuek. Ia tidak berselera menyapa orang.
"Enggak. Gue mau nonton lo tanding. Pasti keren." ucap Dima sok asik.
"Pasti dong!"
Disela-sela percakapan mereka, Venus ditarik seseorang dengan cara kasar. Dima juga hanya diam karena kaget. Dima tahu lelaki itu. Dia ketua karate disekolahnya. Lebih tepatnya murid karate yang sudah menginjak sabuk hitam.
"Aduh, duh. Ada apasih tarik-tarik gue!" Venus menyentak tangannya dengan sekuat tenaga. Pergelangan gadis itu memerah karena terlalu kuat dicengkram oleh seniornya di karate. Mereka sampai didepan ruang latihan karate.
"Entar masuk lebih awal. Gue gak mau tau!"
"Males!"
"Loh? Eh, gue udah gak mau lagi ya lo cuman dapet juara dua. Malu-maluin!"
Nafas Venus memburu akibat kesal. Seperti yang orang-orang tahu. Manusia yang berjenis kelamin laki-laki itu sangat tidak suka dengan Venus dan juga sangat menekan gadis itu. Namanya Gala. Gala Samudera. Yang katanya sudah mengikuti karate dari sejak tk. Mangkanya Gala orangnya sombong dan sering mencemooh orang-orang lemah.
"Ya, biarin. Toh guru-guru kagak ribet gak kayak lo!"
Gala mencengkram bahu Venus dengan kesal. "Lo berani sama gue?" bisik Gala menggeram marah.
Dengan wajah menantang Venus menjawab, "Ngapain gue takut sama cowok yang suka nindas cewek. Banci!"
Gala marah disebut banci oleh Venus. Tak segan-segan lelaki itu ingin memukul Venus dengan tangannya. Venus menutup mata menunggu Gala menonjoknya. Namun, salah satu tubuhnya tidak mengalami kesakitan. Venus membuka matanya dan terkejut karena melihat Bumi tengah memegang tangan Gala yang akan menonjok Venus.
"Banci ya banci aja. Gak usah minder!" ucap Bumi dengan lemes.
"Sabuk hitam kok kek bocah. Gila senior lo!"
"Anjing!"
"Lo banci!"
Gala menyentak tangannya. Lelaki itu ingin sekali memberi pelajaran pada Bumi suatu saat nanti.
"Awas aja lo!"
Bumi berdecih merasa itu adalah hal sepele. Ia menoleh kearah Venus yang menatap Gala mulai menjauh.
"Kenapa gak lo lawan?"
"Buat apa?" tanya Venus sekenaknya.
"Ngapain lo belajar bela diri kalo dipukul masih merem?" kesal Bumi. Ia ketar ketir tadi melihat Gala hampir menonjok Venus.
"Males."
Kepala Venus pusing akibat telat makan. Terakhir kali semalam waktu Bumi memasakannya nasi goreng. Venus harus segera ke kantin mencari apapun yang bisa ia makan.
"Kenapa lo tolongin gue?" tanya Venus penasaran.
Bumi mengedikkan bahunya, "gue gak mau dimarahin bokap gara-gara gak becus jagain lo!"
Venus kesal dan jengkel. Ia ingin sekali mendengar bahwa Bumi masih peduli padanya. Bumi dan ego nya sangatlah berkawan baik. Sepertinya, gadis itu tidak bisa lama-lama. Perutnya sudah bergerumuh dan matanya berkunang-kunang.
Namun sebelum langkahnya menjauh dari Bumi bel masuk berbunyi dibarengi dengan pingsannya gadis itu, Venus.
"VENUS!"
-
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated story (On Going)
Teen FictionVenus tidak menyangka percintaanya bersama Bumi akan serumit ini. sang ibu dipinang oleh ayah Bumi adalah hal yang tidak pernah Venus bayangkan. pacaran yang berumur jagung harus kandas akibat orangtua mereka yang saling menikah. ditambah Bumi malah...