Chapter 18

6 1 0
                                    

Setelah aksi tonjok menonjok itu, Gala tentu semakin dendam terhadap Venus. Gala malah ngadu ke guru bk, agar Venus dapat hukuman. Tetapi dengan percaya diri, Venus berkata. "Lagi latihan. Tadi kebawa emosi bu. Saya juga udah minta maaf."

"Kapan hah!"

"Tadi. Lo budek hah?"

Dan kini Venus duduk seraya menunggu Bumi yang entah kemana. Bumi janji kepadanya untuk pulang bareng. Awalnya Venus menolak, tetapi karena Bumi memaksa pada akhirnya Venus tetap kalah.

Tiga puluh menit berlalu, namun tanda-tanda sosok Bumi belum muncul. Venus curiga jika Bumi lupa harus pulang dengan Venus. Venus berdiri dan pergi menuju markas Rajawali.

Disana sudah ada anak-anak Rajawali. Juga Benua yang terus memantau tuan putrinya, Sea.

Venus mendekati Benua yang duduk di sofa buluk. "Lo liat Bumi, gak?" Tanya Venus tanpa basa-basi.

Benua hanya menggelengkan kepalanya. Matanya tetap fokus kearah Sea yang asik main billiard dengan yang lainnya.

Venus mengambil ponselnya dan menelpon Benua. Lelaki itu mulai tidak ada tanggung jawabnya kepada Venus.

"Lo dimana?"

"Dirumah Laras."

"Ngapain?"

"Ngapel lah! Dia kan pacar gua!"

Deg.

Venus terlalu berharap. Venus kecewa. Ia tahu jika sekarang Bumi punya pacar yang tak lain sahabatnya sendiri. Hanya saja Bumi tak perlu membuat janji untuk pulang bareng dan ujungnya pulang kerumah Laras.

"Oh, oke."

Venus segera mematikan teleponnya. Ia menoleh kearah Rama yang sibuk menjaili Sea.

"Rama, boleh tolongin gue?"

"Tolongin apa?"

"Bisa anterin gue pulang? Tadi gue berangkat sama Bumi soalnya."

"Lah emang sekarang Bumi kemana?"

Venus mengedikkan bahunya, "main sama pacarnya. Ayok bisa gak? Kalo enggak gue bisa minta tolong ke yang lain."

"BISA, BISA!!"

Rama segera mencari jaket kesayangannya. Yang berlambangkan burung rajawali. Rama selalu bangga dengan jaket itu.

"Ayok."

"Sea, jangan malam-malam!" Seru Venus. Venus selalu khawatir kepada Sea yang polos itu. Tapi disana ada Benua yang tak kalah khawatir.

Di perjalanan mereka sibuk masing-masing. Sampai akhirnya Rama membuka suaranya.

"Bisa-bisanya Bumi macarin sahabat lo."

"Emang kenapa? Bebas kan mau pacaran sama siapa aja?"

"Ya gak gitu juga Veny..."

Venus mengerutkan dahinya, "kenapa lo panggil gue Veny?" Tanya Venus seraya tertawa canggung. Pasalnya, kadang Bumi pun sering mengucapkan nama itu.

"Susah nama lo kalo disingkat. Ven, ven. Kan gak enak ahahha."

"Mau jajan dulu gak?" Tawar Rama.

"Enggak ah."

"Tapi gue mau jajan. Jajan yuk."

Venus pasrah, "terserah yang punya motor aja."

"Sipp."

Mereka akhirnya berhenti di supermarket terdekat. Keduanya memasuki ruang persegi itu tanpa canggung. Bahkan Rama tanpa sadar menggenggam tangan Venus karena hampir tertabrak oleh pembeli lain.

"Gue mau beli es krim."

"Cuacanya mulai dingin. Gak baik buat tubuh Lo."

Venus berdecak, "please deh, gue bukan anak kecil. Gak papa lah cuman eskrim satu."

Rama hanya tersenyum pasrah, "terserah lo deh."

Setelah memberi satu keresek makanan mereka melanjutkan perjalanan. Sampai akhirnya mereka sampai dirumah yang dihuni oleh keluarga Venus atau bisa Bumi.

Bertepatan itu Bumi datang juga ketika Venus sudah turun dari motor Rama. Wajahnya terlihat khawatir.

"Kalian dari mana?"

"Dari markas." Jawab Rama dengan bingung.

"Maksud gue darimana dulu? Gue nyariin kalian. Bisa gak langsung pulang, gak usah mangkir-mangkir!" Ucap Bumi sedikit berteriak.

"Lo kenapa sih?" Tanya Venus semakin bingung.

"Lo yang kenapa, Ven. Kalo mau pulang bisa gak telepon gue!" Sentak Bumi.

"Bukannya elo yang ngingkar janji lo, hah!" Teriak Venus dengan kesal.

"Tunggu, tunggu. Bum, Lo gak percaya sama gue?" Tanya Rama dengan sedikit tersinggung.

Bumi terdiam dengan pikiran bercabang. Ia akhirnya menyerah dan berjalan menuju gerbang untuk dibuka. Mengabaikan pertanyaan Venus dan Rama.

"Makasih ya, Rama. Maaf soal Bumi."

"Santai, Ven. Eh gue pergi deh takutnya Bumi makin ngamuk. Bye."

Venus hanya mengangguk dan menunggu Rama pergi sampai tidak terlihat. Setelah tidak terlihat motor Rama, Venus segera masuk menyusul Bumi.

Terlihat Bumi sedang menaiki tangga untuk masuk ke kamarnya. "Maksud lo apa hah marah-marah gak jelas!" Teriak Venus. Untungnya sang mama dan papa sedang tidak ada dirumah.

"Bukannya lo yang janjiin gue buat pulang bareng kan? Terus mau sampai kapan gue nunggu! Sampe malam kayak sekarang, ha!"

Bumi hanya diam berdiri dengan tas yang hampir terjatuh. Bumi menatap Venus yang ada dilantai satu.

"Maaf."

"Seenggaknya lo ngasih tau kalo gak bisa tepatin janji, Bum. Gue gak masalah. Tapi lo lupain gue!"

Venus menghela nafasnya kasar. Ia mulai menaiki tangga menuju kamarnya juga. "Jangan ngasih janji apapun. Gue gak suka janji yang gak di tepatin."

_______

Cewek manapun gak suka dikasih janji palsu:'(

complicated story (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang