"Ajarin gue main billiard."
Awalnya Rama berdiri untuk mengajari Venus. Rama sudah mulai nyaman dengan Venus, karena gadis itu mampu membuat Rama terbuka walaupun hanya kepada Venus.
Namun, Bumi langsung menyerobot dan menatap tajam Rama. Rama saja sampai kaget karena Bumi tidak pernah seperti ini sebelumnya. Rama mengedikkan bahunya acuh. Mungkin Bumi adalah sosok manusia protektif sekarang ini.
Disisi lain, Grace duduk dengan anggun disofa usang itu bersama Benua yang duduk pun berbeda seratus delapan puluh derajat dengan Grace. Lelaki itu menyender dengan lelah serta kaki membentang menghalangi orang orang lewat.
Kita kembali lagi dengan Venus dan Bumi. Venus menunduk dan menatap fokus kepada gundukkan bola yang sudah disusun menjadi segitiga itu. Dibelakang Bumi ikut menunduk dan memegang kedua tangan Venus. Mereka terus berbicara. Ah, lebih tepatnya Bumi yang berbicara untuk menuntun Venus menyodok bola itu.
Tanpa mereka sadari, semua pasang mata menatap kedua sejoli itu dengan ternganga. Itu cukup, liar. Benua berdecak dan menutup mata Grace. Grace menggeliat tidak suka.
"Tangan kamu kotor. Aku tidak suka."
Benua berdiri, ia meraih tangan Grace dan membawa gadis itu kebelakang. Benua malas melihat Bumi dan Venus yang bermesraan. Lebih baik ia menyelamatkan mata polos Grace.
"Ngerti?" Tanya Bumi.
Venus mengangguk yakin. Gadis itu memang lebih mengerti diajarkan seperti ini daripada materi. Venus malas berfikir. Ia lebih suka aksi.
Setelah itu, Venus menyodok bola putih dan bola tersebut menabrak bola lain sampai yang lainnya berhamburan. Venus tersenyum. Ia mulai suka permainan ini.
"Gue ikutan!"
Rama kembali beraksi. Ia ingin merasakan melawan Venus. Rama penasaran apalagi saat teman-temannya membicarakan Venus yang mengalahkan Gilang dalam hal catur. Padahal Gilang adalah termasuk pro catur dimarkas Rajawali.
Bumi berdecak tidak suka. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia takut terlihat mencurigakan atau memang sudah terlihat mencurigakan sedari tadi. Desta melihat itu semua dengan senyum mesem.
-
Kepulangan orangtuanya yang tiba-tiba membingungkan Bumi dan Venus. Mereka akan pulang Minggu depan, tetapi malam ini mereka datang dengan keadaan cemas.
"Bumi, mana Bumi, Venus?" Tanya Luna tiba-tiba kearah Venus.
"Bumi ada dikamar, Bun."
Luna langsung ngibrit kearah kamar Bumi dan mengetuk pintu sebentar. Venus menyusul karena penasaran kenapa sang mama begitu khawatir. Sedangkan sang papa langsung duduk diruang tamu dengan tangan menutupi wajah.
"Kamu gak papa, nak?"
Bumi yang baru saja mandi, kaget kedatangan bundanya. "Aku baik-baik aja, Bun. Kenapa emang?"
"Kata papa kamu, ibu kamu dateng, ya?"
Bumi terkejut mendengar penuturan itu. Matanya langsung menyorot Venus yang terbengong didepan pintu. Venus langsung menggeleng, merasa tertuduh.
"Bunda, Bumi baik-baik aja bunda."
Luna langsung memeluk Bumi dengan derai air mata. Sedangkan Venus hanya diam merasa terabaikan. Gadis itu segera turun mendekati sang papa yang masih melamun diruang tamu.
"Papa?"
Teguh mendongak, ia tersenyum lalu menyuruh Venus duduk disampingnya. "Kenapa pulang cepat?"
"Kami khawatir sama kalian."
"Kita kan udah besar, pah."
"Papa khawatir kalo ibu Bumi kesini lagi."
Venus diam. Yuli bukanlah wanita yang gampang dienyahkan. Wanita itu adalah ular dan licik. Pantas Teguh merasa khawatir.
"Papa tau darimana?"
"Yuli nelepon papa. Papa juga gak tau dia tahu dari mana nomor ponsel papa."
Tuh kan, bener. Yuli bukan wanita sembarangan. Dia akan melakukan segala hal agar apa yang ia inginkan tercapai. Yuli masih saja suka meneror anak dan mantan suaminya. Kini, kekhawatiran Teguh bertambah dengan adanya Venus dan Luna. Merekapun pasti akan terkena sasaran Yuli. Danu tidak bisa diam saja.
"Papa tenang aja, ya. Aku dan Bumi pasti baik-baik aja. Soal ibu Bumi, papa jangan khawatir."
"Papa khawatir sama Bumi, Venus. Dia rapuh kalo ada Yuli."
"Aku tau, pah." Lirih Venus. Ia melihatnya sendiri ketika Bumi hanya diam saja tanpa perlawanan. Bumi hanyalah lelaki lemah ketika ibunya datang. Boro-boro memukul, untuk berteriak pun Bumi tidak sanggup kepada Yuli.
Luna turun bersama Bumi akhirnya. Mereka mendekati Teguh juga dan duduk bersama.
"Sejak kapan kamu suka ngasih uang, Bumi?"
"Yah..."
"Uang darimana, Bumi? Papa gak pernah ngasih kamu uang lebih."
"Uang jajan dari ayah itu banyak, yah. Kalo ditabungin bisa buat beli motor."
"Kenapa gak beli motor aja daripada ngasih ibu kamu tiap bulan?" Kini Teguh rada ngegas. Ia tidak mau jika Bumi jadi ATM berjalan Yuli, meskipun dia ibunya.
"Ayah, udah. Aku gak bakal ngasih uang lagi."
"Janji sama ayah."
"Iya, yah."
Luna mengusap surai Bumi dengan sayang. "Kalo ibu kamu jahat, kasih tau bunda, ya. Nanti bunda lawan."
Bumi tersenyum haru dan mengangguk riang. Ia bahagia mendapatkan ibu sambung yang sangat menyayanginya melebihi apapun. Bumi melirik Venus yang ikut tersenyum haru dan memeluk papa sambungnya itu.
Bumi bimbang. Ia tidak bisa menghilangkannya Venus di otak dan hatinya. Namun, keluarganya juga sudah membuat dirinya bahagia. Bumi benar-benar dilema.
****
Kalian kalo diposisi Bumi bakalan milih siapa yaahh... Saya pun bingung:(
3/7/22 15.43 minggu
Bumi cemburu lihat interaksi Venus dan Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
complicated story (On Going)
Teen FictionVenus tidak menyangka percintaanya bersama Bumi akan serumit ini. sang ibu dipinang oleh ayah Bumi adalah hal yang tidak pernah Venus bayangkan. pacaran yang berumur jagung harus kandas akibat orangtua mereka yang saling menikah. ditambah Bumi malah...