"Hah? Bapak mau singgah?" tanyaku tak percaya saking kagetnya. Aku bahkan sampai lupa menjaga adab di depan big boss-ku ini.
"Iya. Boleh?" jawabnya.
Benar-benar aneh. Kenapa dia mau mampir segala, sih? Apa kata ibu dan Lany nanti?
Mereka juga pastinya akan terkejut jika aku tiba-tiba pulang bawa cowok ganteng, seorang CEO pula.
"Saya lapar," ucap pak Farhan sembari mengelus perutnya yang rata.
Aku spontan tergelak. Benar-benar tak ada akhlak aku ini. Sudah diantar pulang, tapi pada waktu pak Farhan bilang lapar malah kutertawakan.
"Mari, Pak. Tapi mohon maaf, di rumah saya mungkin hanya ada lauk ala kadarnya saja, tidak seenak makanan di restoran mahal yang setiap hari Bapak makan," ucapku, sekedar menginformasikan agar ia tak kecewa setelah masuk ke dalam rumah nantinya.
"Iya, nggak apa-apa. Nasi sama kecap manis pun jadi kok," jawabnya yang membuat bibirku mencebik.
Pak Farhan tersenyum, membuatku seketika ingin menekan dada agar gemuruhnya sedikit mereda.
"Mari, Pak. Mobilnya mau dibawa masuk atau parkir di sini saja?" tanyaku sesaat kemudian.
"Di dalam saja, boleh? Biar lebih aman," jawabnya.
Aku pun mengiyakan, dan segera bergerak untuk membuka pagar lebar-lebar supaya mobil pak Farhan bisa parkir di halaman.
Setelah pak Farhan membawa mobilnya masuk ke halaman, aku pun kembali menutup pintu pagar, kemudian menyusulnya yang sudah menunggu di samping mobilnya.
Aku masih tak percaya pada apa yang sedang berlangsung saat ini. Tak pernah terbayangkan sekali pun bahwa hal ini akan terjadi.
Pak Farhan memang juaranya bikin orang bingung. Sikapnya sulit ditebak, apalagi yang satu ini.
Antara geli, senang, campur heran semua berkumpul dalam hati seiring langkah kami berdua memasuki teras.
Kupencet bel yang terpasang di dekat pintu rumah. Tak berapa lama, pintu membuka.
Wajah Valetta anakku menyembul dari balik pintu yang terbuka, menyusul wajah Lany di belakang, yang tengah menggendong bayi cantikku itu.
Senyum Letta melebar melihat kepulanganku, kemudian merentangkan tangan, minta digendong olehku.
"Kok malem Mbak pulangnya?"
Lany melempar tanya, masih belum menyadari ada sosok lain di sebelahku, karena posisi Lany masih tertutupi oleh pintu yang hanya terbuka separo.
"Macet," jawabku lalu menciumi gemas pipi Letta yang kian berisi. Lany melangkah mundur agar pintu terbuka lebih lebar.
"Mari, Pak. Silahkan masuk," ajakku pada pak Farhan yang sedari tadi hanya diam sambil memperhatikan.
Saat itulah Lany tampak terkejut karena ternyata aku pulang membawa 'tamu'.
Pak Farhan melangkah mendekat ke arahku kemudian mengikutiku memasuki ruang tamu.
"Beginilah rumah kami, Pak. Silahkan duduk," ucapku tak enak hati pada pak Farhan. Lelaki itu hanya tersenyum tipis, kemudian duduk di salah satu jok sofa yang mengisi ruang tamu.
Tak lama, ibu muncul dari dalam, disusul oleh Lany di belakangnya.
Rupanya tanpa kusadari, Lany telah menghilang untuk memberitahukan pada ibu bahwa aku pulang membawa seorang tamu. Laki-laki pula.
Ibu menatap penasaran padaku sekilas, kemudian tersenyum ramah pada pak Farhan yang langsung berdiri begitu melihat ibu muncul.
Ibu mengulurkan tangan, hendak menyalami pria itu, namun di luar dugaan, pak Farhan justru mencium tangan ibu takzim.
Kedua mataku membulat tak percaya, kemudian melirik ke arah Lany yang tengah senyum-senyum sendiri menyaksikan hal itu.
"Bu perkenalkan, ini boss di tempat Mei kerja." Aku memperkenalkan pak Farhan pada ibu.
"Farhan, Bu ...." Pak Farhan menyebutkan namanya sambil membungkuk sopan.
Sungguh tak disangka, si kanebo kering bermuka dingin itu bisa bersikap demikian sopan dan hormat pada ibuku.
"Silahkan duduk, pak Farhan." Ibu berkata seraya tersenyum pada lelaki itu.
"Panggil saja Farhan, Bu," ucap pak Farhan lembut. Kulihat ibu nyaris meleleh oleh sikapnya itu.
"Lany, kamu harus minta maaf sama pak Farhan," kataku pada Lany yang langsung berkerut keningnya. Pak Farhan sendiri hanya mesem-mesem.
"Kenapa, Mbak? Kan baru pertama kali kami ketemu, emangnya aku ada bikin salah apa sama mas Farhan ini?"
Lany dengan seenaknya memanggil pak Farhan dengan sebutan 'Mas'. Dasar ini bocah. Asal njeplak aja padahal sudah kubilang tadi kalau pak Farhan adalah bossku di kantor.
"Yakin kamu baru sekali ini ketemu sama beliau?" godaku pada Lany yang menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Lan, pak Farhan ini adalah orang yang nganter kita ke rumah sakit pas bawa Letta berobat kemarin.
Ingat nggak, kamu waktu itu sok yakin banget tapi ternyata salah?" ujarku pada Lany. Adikku itu tak dapat menyembunyikan kekagetannya.
"Serius?"
Nada suara Lany terdengar begitu dramatis. Ia memandang pak Farhan yang terkekeh dengan tatapan shock.
Ibu juga terlihat kebingungan karena tak mengerti. Ia menatap kami bertiga bergantian, seakan meminta penjelasan.
Lany bergerak cepat mendekatiku. "Serius ini orang yang kita pikir driver taksi online itu, Mbak?" tanyanya berbisik.
"Kita? Elo aja kali ...." selorohku menggoda, dan Lany langsung menghadiahiku dengan sebuah cubitan di lengan kanan.
"Udeh sono minta maaf. Mumpung orangnya ada di sini nih ...." perintahku pada Lany yang masih tampak malu-malu. Namun akhirnya adikku itu mau juga mendekat pada pak Farhan untuk meminta maaf.
"Mm, Mas, saya minta maaf ya buat kejadian malam itu. Sungguh benar-benar nggak sengaja," ucap Lany dengan wajah merona merah.
Aku senyum-senyum geli melihat tingkah Lany yang seperti itu.
"Iya, nggak apa-apa, kok." Pak Farhan menjawab kalem.
Malam ini bibirnya terus menguarkan senyum. Sungguh berbeda dengan biasanya.
"Alhamdulillah. Makasih ya, sudah memaafkan saya." ujar Lany lagi.
"Tuh kan Mbak, apa kubilang? Mas yang waktu itu nganter kita tuh orang baik.
Mbak Mei waktu itu marahin aku, katanya kalau sopir tadi seorang penjahat atau pemerkosa, gimana? Sekarang terbukti kan, aku yang benar."
Kampret memang si Lany. Sekarang giliranku yang merasa malu.
Terlebih, wajah pak Farhan juga ikut menegang saat mendengar Lany mengucap kata 'perampok' dan 'pemerkosa' tadi.
BERSAMBUNG dulu ya Teman-teman.
Oh ya, buatmu yang mau baca karya Dwi Indrawati yang sudah tamat, bisa buka Play Store, klik menu buku/books, terus cari pake kata DWI INDRAWATI.
Di sana sudah tersedia 3 ebook:
ISTRI PILIHAN
KUPULANGKAN SUAMIKU PADA IBUNYA
MEREBUT HATI SUAMIKU
KAMU SEDANG MEMBACA
BAHAGIA SETELAH PERCERAIAN
RomanceJika pernikahan yang dijalani hanya menghadirkan luka bagi salah satu pihak saja, maka bisa saja kebahagiaan bisa teraih setelah berpisah.