13

38 5 1
                                    

Jangan lupa tekan bintang di pojok kiri bawah!

Bel pulang berdering dengan nyaring, menandakan jika aktivitas belajar di sekolah harus diselesaikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang berdering dengan nyaring, menandakan jika aktivitas belajar di sekolah harus diselesaikan. Seperti di kelas XI IPS 2, guru yang mengajar baru saja keluar dari kelas, sekitar satu menit sebelum belum berbunyi.

Para siswa yang telah bersiap langsung ngacir keluar dari kelas bertepatan dengan bel berbunyi. Tapi tidak dengan Freya dan Calista, sepasang sahabat itu memilih menunggu hingga kelas dalam keadaan sepi. Bukan tanpa sebab, Freya telah memiliki janji dengan Daniel untuk bicara di kelas sepulang sekolah.

Tidak perlu menunggu lama karena dalam waktu dua menit kelas ini telah kosong, hanya menyisakan tiga orang saja, Freya, Daniel, dan Calista. Freya meraih ransel lalu menggendongnya, ia melangkah menuju ke meja yang ditempati oleh cowok itu. Sedangkan Calista memilih untuk menunggu di luar kelas. Tanpa diperintah Freya duduk di bangku yang bersebelahan dengan Daniel.

"Daniel."

"Freya."

Keduanya saling berpandangan saat mereka berucap secara bersamaan. Freya membuang muka, menghindar dari tatapan Daniel 

"Kamu duluan aja, Fre."

"Kamu masih sayang sama aku?" tanya Freya sambil menunjuk dirinya sendiri.

"Sayang lah."

"Terus kamu anggap aku kayak gimana?" tanya Freya hati-hati.

Dahi Daniel terlihat berkerut, sepertinya ia kebingungan dengan pertanyaan Freya yang sedikit ambigu. "Maksudnya?"

"Kamu anggap aku apa, Niel," ulang Freya.

"Kok kamu tanya gitu? Kan kamu tahu sendiri kalo kamu pacar aku," balas Daniel. Raut kebingungan tercetak di wajah tampan cowok itu.

"Kalo aku kamu anggap pacar, kenapa akhir-akhir ini kamu selalu menomorduakan aku," ucap Freya.

"Menomorduakan gimana maksudnya?"

"Ya kamu lebih memprioritaskan Safira daripada aku."

"Kan kamu tahu sendiri keadaan Safira kayak gimana."

"Tapi apa yang kamu lakukan itu berlebihan, Daniel."

"Kok kamu ngomongnya kayak gitu? Kamu tahu sendiri kalo saat ini Safira sedang dalam kondisi tidak baik. Dia butuh support orang terdekatnya. Sedangkan Vanya yang ngakunya sahabat juga ngilang gitu aja, cuma aku yang dekat sama dia, Freya," ucap Daniel. Nada bicaranya naik satu oktaf.

"Tapi menurut aku kamu terlalu berlebihan, Niel. Kamu terlalu fokus sama sahabat kamu sampai kamu lupa kalo kamu punya pacar yang harus kamu prioritas kan juga," ucap Freya tidak mau kalah.

"Aku nggak lupa sama kamu, Freya. Aku dimintai tolong sama Bang Bintang buat jagain adiknya, dan aku berusaha menjaga Safira sebaik mungkin," balas Daniel. Urat-urat di lehernya tercetak jelas, menandakan jika emosi cowok itu meningkat.

"Kamu berusaha jagain cewek lain sampai segitunya, tapi kamu malah abai sama aku yang statusnya sebagai pacar kamu. Oh atau jangan-jangan kamu suka sama Safira?"

BRAK!

Freya tersentak saat Daniel menggebrak mejanya dengan keras. Tatapan matanya berubah menjadi tajam, cowok itu marah karena mendengar ucapan Freya.

"Jaga omongan kamu, Freya! Safira bukan cewek lain, dia sahabatku, aku juga nggak mungkin suka sama sahabatku sendiri. Sebelum menuduh orang lain, perbaiki cara berpikir kamu dulu, nggak sepantasnya kamu menuduh orang tanpa bukti kayak gini," ucap Daniel menggebu-gebu.

"Gimana aku nggak nuduh kalian? Kamu sadar nggak, Niel, kamu dan Safira ke mana-mana selalu berdua, berangkat sekolah, pulang sekolah, ke kantin, bahkan kamu suapin Safira di depan aku. Wajar aja kalo aku bilang kayak gitu ke kamu," balas Freya.

"Jadi, aku harus gimana?"

"Aku nggak larang kamu buat bantuin Safira, tapi aku mohon jangan terlalu berlebihan, Niel. Dia masih punya kakak laki-laki yang bisa dimintai tolong. Apalagi udah beberapa kali kamu batalin jadwal pemotretan kita hanya untuk Safira."

"Nggak bisa, Freya," tolak Daniel.

"Kenapa nggak bisa? Jangan-jangan kamu beneran suka sama Safira ya? Makanya kamu belain dia sampai segitunya."

Daniel mengacak rambutnya frustasi. "Aku nggak habis pikir kamu bisa berpikiran kayak gitu, Fre. Aku benar-benar kecewa sama kamu."

Setelah berucap demikian Daniel ke luar dari kelas dengan langkah panjang. Tak peduli dengan Freya yang mematung karena perkataannya.

Freya memilih duduk di kursi, matanya terpejam, merasakan sesak yang mendalam. Freya tidak menyangka bisa kehilangan kendali seperti ini, dan sekarang hanya penyesalan yang ada.

Tak lama setelah Daniel keluar dari kelas, Calista masuk ke dalam. Ia segera menghampiri Freya yang terlihat murung, mungkin karena kejadian ini di luar ekspektasinya.

"Freya."

"Lis, gue kenapa jahat banget ngomong kayak gitu ke Daniel?" ucap Freya dengan nada panik.

"Freya, menurut gue lo nggak salah dalam hal ini, lo cuma mau mencari keadilan but diri lo sendiri. Sikap Daniel yang lebih memprioritaskan Safira daripada lo itu salah, Fre. Sekalipun Safira itu sahabatnya. Gue ngerti kalo Daniel ada di posisi bimbang, tapi bukan berarti dia bisa mengabaikan lo demi kenyamanan orang lain. Dia bisa bicara baik-baik sama Bang Bintang buat cari solusi, tapi nggak dengan cara ini," ucap Calista. Ia berbicara seperti ini buka untuk membela Freya semata, namun menurutnya Daniel yang salah di sini.

"Tapi kenapa Daniel malah marah sama aku, Lis?" tanya Freya putus asa.

"Gue juga nggak tahu kenapa dia bisa belain Safira sampai segitunya. Padahal sebelumnya Daniel nggak pernah kayak gini," ucap Calista.

"Terus gue harus gimana, Lis? Gue nggak mau marahan sama Daniel," ujar Freya dengan nada bergetar.

"Gini aja, Fre. Lo mendingan temui Safira, ajak dia ngomong baik-baik masalah ini. Mungkin aja Safira mau kasih penjelasan ke Daniel," usul Calista.

"Emangnya nggak papa gue ajak Safira ketemuan? Gue takut kalo kondisi dia belum stabil, Lis," balas Freya.

"Coba dulu aja, Fre. Lo mau kehilangan Daniel gara-gara masalah ini?"

Freya menggeleng.

"Coba dulu aja, Fre. Ntar gue temenin lo kok."

Freya tersenyum simpul. "Makasih, Lilis."

Purwodadi, 25 Sep 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Purwodadi, 25 Sep 2021

About Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang