[COMPLETED]
Disarankan follow sebelum membaca⚠️
Freya Angelica merasa menjadi gadis paling beruntung. Terlahir di keluarga berkecukupan dan harmonis membuat ia hampir tidak pernah merasakan kesedihan. Ditambah ia memiliki Daniel, kekasih yang memper...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Freya membereskan buku dan alat yang berserakan di ranjang. Ia baru saja menyelesaikan tugas rumah dari berbagai mapel yang diberikan oleh guru. Beberapa buku ia masukkan ke dalam ransel, dan sisanya ia letakkan di atas meja belajarnya.
Ketukan pintu membuat Freya menunda aktivitas yang sedang ia lakukan, ia berjalan menuju pintu dan membukanya. Dahinya berkerut saat melihat Vania lah yang mengetuk pintu kamarnya.
"Ada apa, Ma?"
"Kamu lagi sibuk nggak?"
"Nggak kok, Ma. Freya baru aja selesai kerjain pr," balas Freya.
"Mama mau ngobrol sama kamu sebentar," ucap Vania mengutarakan tujuannya datang ke kamar Freya.
"Masuk aja, Ma," ucap Freya, ia membuka pintu kamarnya dengan lebar, mempersilakan sang mama untuk masuk ke dalam kamarnya.
Vania membalas ucapan Freya dengan seulas senyum. Lantas ia masuk ke dalam kamar putri pertamanya itu, cukup rapi dan bersih. Vania memang menyuruh Freya untuk membersihkan dan merapikan kamarnya sendiri, dan hasilnya cukup baik.
Ibu dua anak itu memilih duduk di tepi ranjang, tanpa diperintah Freya ikut bergabung bersama sang mama. Gadis itu terlihat gelisah, ia menerka-nerka apa tujuan Vania ke mari. Vania memang jarang berkunjung ke kamar Freya, apalagi malam-malam seperti ini.
"Kamu pasti kaget lihat mama tiba-tiba datang ke kamar kamu, iya kan?"
"Iya, Ma."
Vania tersenyum saat tebakannya benar. "Mama mau tanya sama kamu, tapi janji harus jawab jujur ya."
Mendengar ucapan Vania membuat Freya semakin was-was, mengapa mamanya berucap seperti ini?
"Iya, Freya bakal jawab jujur," cicit Freya.
"Kamu lagi ada masalah apa, Ya? Mama perhatiin akhir-akhir ini kamu sering ngelamun," tanya Vania dengan nada lembut.
"Freya nggak punya masalah serius kok," dustanya.
"Mama tahu kamu bohong. Tadi kamu udah janji mau jawab jujur loh."
Freya hanya menunduk, ia tidak berani menatap mata sang mama saat dalam situasi seperti ini. Vania adalah sosok ibu yang tegas, ia tidak pernah berteriak untuk memarahi anak-anaknya, namun ia selalu berkata dengan nada tegas yang tak terbantahkan.
"Freya memang lagi ada masalah, tapi bukan masalah yang besar kok, Ma," ucap Freya diakhiri senyum tipis, berharap Vania mempercayai ucapannya. Sebisa mungkin ia harus menutupi masalahnya dengan Daniel.
"Masalah apa?" desak Vania.
Freya diam, ia merasa bibirnya kelu untuk menjawab pertanyaan Vania. Ia jadi bimbang, apakah ia harus menceritakan masalahnya dengan Daniel kepada Vania? Jujur saja ia juga resah menyimpan masalah ini sendirian.
"Freya, mama tahu kamu punya privasi, tapi apa salahnya kamu cerita sama mama? Mama udah perhatiin kamu beberapa terakhir ini dan mama tahu betul kalo kamu punya masalah. Sekarang cerita ke mama, kalau kamu nggak mau cerita, mama akan cari tahu sendiri."
Freya memejamkan matanya selama dua detik sebelum berucap, "Freya lagi ada masalah sama Daniel."
"Lebih spesifik, Ya," tegur Vania.
"Jadi gini, Mama tahu sendiri kan kalo Daniel dan Safira itu udah temenan dari lama. Setelah orang tua Safira meninggal, Daniel diminta sama Bintang–abangnya Safira buat jagain Safira di sekolah. Karena itu Daniel malah jadi jauh sama aku. Daniel lebih memprioritaskan Safira daripada Freya, Ma. Dan dua hari lalu pas kami jalan, Daniel lebih memilih buat ke rumah Safira daripada nemenin aku nonton, terus kemarin pas di kantin Daniel nyupin Safira di depan aku, Ma ," jelas Freya, matanya terlihat berair saat menceritakan hal ini.
Vania menggenggam tangan Freya, mengusap punggung tangan anak gadisnya. "Setiap hubungan pasti ada yang namanya masalah, Ya. Saran mama, kamu jangan berburuk sangka dulu sama Daniel, kamu tanyakan baik-baik sama dia dengan kepala dingin. Kamu jangan hanya melihat dari sudut pandang kamu saja, coba kamu lihat dari sudut pandang Daniel dan Safira, pasti akan berbeda."
"Tapi perlakuan Daniel nggak bisa dibenarkan, Ma. Awalnya Freya juga nggak berburuk sangka sama mereka, tapi semakin ke sini Daniel malah kelewatan, bahkan sekarang Daniel nggak pernah antar jemput Freya lagi, dia lebih memilih buat antar jemput Safira," ucap Freya. Ia menunduk dalam, menyesali kebodohannya.
"Kamu coba ikutin saran mama, ya. Coba bicara sama Daniel secara baik-baik, pasti semuanya balik kayak semula lagi," ucap Vania.
Freya mengangguk, lalu tanpa aba-aba ia masuk ke dalam pelukan sang mama. Penglihatannya perlahan memburam, karena air mata yang memenuhi matanya. Freya berkedip dengan perlahan, membuat air matanya tumpah membasahi pipinya.
Vania membalas pelukan putrinya, tangannya tidak tinggal diam, diusapnya surai hitam Freya yang dibiarkan terurai begitu saja.
"Semangat, Ya. Mama tahu kamu pasti bisa," ucap Vania.
Freya mengangguk dalam tangisnya. Ia tidak menyesal menceritakan masalahnya pada Vania, nyatanya pikirannya terasa lebih lega. Pelukan Vania membuat Freya jauh lebih tenang.
Wanita berdaster itu mengurai pelukan mereka, ia mengusap air mata yang berada di pipi putrinya. "Udah jam setengah sepuluh, sekarang kamu tidur, istirahat biar pikiranmu tenang."
"Iya, Ma," balas Freya dengan suara serak.
Seulas senyum ditunjukkan Vania untuk Freya, tak lupa sebuah usapan lembut di rambut Freya. Kemudian ia beranjak dari ranjang, berjalan meninggalkan kamar Freya.
Setalah Vania benar-benar keluar dari kamarnya ia kembali diam dengan mata terpejam, kejadian saat Daniel menyuapi Safira bakso di kantin masih berseliweran di otaknya. Freya meraih ponselnya, mengecek apakah pesan-pesannya dibalas oleh Daniel. Ia tersenyum kecut saat tidak ada respon dari Daniel. Benar kata Vania, ia harus membicarakan masalah ini kepada Daniel. Freya tidak mau jika masalah ini semakin rumit dan malah memperkeruh hubungan mereka.
Gadis itu merangkak menuju tengah ranjang, ia juga menarik selimutnya sebatas dada, otaknya menyusun rencana yang akan ia gunakan untuk berbicara dengan Daniel mengenai masalah ini. Besok ia akan membahas masalah ini bersama Daniel.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.