[COMPLETED]
Disarankan follow sebelum membaca⚠️
Freya Angelica merasa menjadi gadis paling beruntung. Terlahir di keluarga berkecukupan dan harmonis membuat ia hampir tidak pernah merasakan kesedihan. Ditambah ia memiliki Daniel, kekasih yang memper...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suasana kelas XI IPS 3 terasa sepi, hampir seluruh siswanya telah pulang ke rumah, hanya menyisakan tiga orang di sini yaitu, Freya, Calista, dan juga Daniel.
"Aku pergi dulu ya, Sayang," ucap Daniel. Cowok itu mengusap rambut Freya dengan lembut.
"Iya, Niel. Hati-hati di jalan, jangan pulang kemalaman loh," peringat Freya.
"Iya, Cantik."
"Lis, gue titip Freya ya," ujar Daniel pada Calista. Gadis yang sedang membaca novel itu merespon ucapan Daniel dengan anggukan.
"Aku pergi dulu," ucap Daniel. Cowok itu mencium pipi Freya sekilas sebelum berjalan meninggalkan Freya dan Calista di ruang kelas.
Freya tidak bisa menahan kedutan di ujung bibirnya. Pipinya pun terasa panas karena perlakuan Daniel padanya. Cowok itu punya seribu cara untuk membuat Freya selalu tersenyum. Walaupun Daniel sudah tak terjangkau dalam pandangannya, Freya masih saja senyum-senyum tidak jelas.
"Freya."
"Hm."
"Freya, kalau diajak ngomong lihat ke sini," ujar Calista.
Freya menoleh, menatap Calista dengan wajah penasaran. "Ada apa sih, Lis?"
"Kenapa lo nggak ikut sama Daniel, Fre?" tanya Calista.
"Daniel mau reunian sama temen SMP nya, Lis," balas Freya.
"Dan lo nggak diajak?"
"Gue kan bukan teman SMP-nya Daniel. Lagipula Daniel berangkat sama Safira," balas Freya.
"Kenapa lo kasih izin ke Daniel sih, Fre? Lo nggak takut kalau Daniel berduaan sama Safira?" cerca Calista.
"Kan mereka udah kenal lama, Lis. Jadi wajar aja kalau mereka berduaan, toh masih ada teman Daniel yang lain kan, jadi nggak ada yang perlu dikhawatirkan," balas Freya.
Calista yang mendengar jawaban Freya hanya bisa memijat pangkal hidungnya. Ia tak habis pikir dengan Freya, mengapa sahabatnya ini bisa berpikir se-positif itu? Padahal jika dilogika banyak peluang Daniel dan Safira untuk berduaan. Bukannya mau suudzon, namun yang Calista tahu, tidak ada persahabatan yang murni antara laki-laki dan perempuan, pasti salah satu di antaranya ada yang memiliki perasaan. Calista khawatir hal itu terjadi pada Daniel dan Safira, jika hal itu benar-benar terjadi, lantas bagaimana nasib Freya?
"LILIS!"
Calista terlonjak saat Freya berteriak di dekat telinganya. Ia tak sadar jika tengah melamun, wajar saja jika Freya memanggilnya dengan cara berteriak.
"Lis, jangan melamun dong. Sekolah udah sepi, kalau tiba-tiba ada setan lewat dan lo kesurupan gimana? Gue nggak hapal ayat kursi," ujar Freya.
"Anjir! Jangan bikin gue takut, Fre," ujar Calista. Gadis itu segera memasukkan beberapa peralatan tulisnya ke dalam tas. Tak ketinggalan, novel yang ia baca juga turut ia masukkan ke dalam ransel berwarna navy milik Calista.
"Ayo kita pulang, Fre. Lama-lama gue jadi takut, mana di kelas ini cuma tinggal kita berdua lagi," ujar Calista. Dengan tergesa ia menggendong ranselnya, lalu menarik tangan Freya, membawa gadis itu keluar dari ruang kelas.
Freya yang posisinya ditarik oleh Calista hanya bisa menahan tawa. Tingkah Calista sungguh lucu di mata Freya, apalagi saat melihat ekspresi takut yang ditunjukkan oleh sahabatnya itu.
Calista baru melepaskan tangan Freya saat mereka telah tiba di lahan parkir sekolah. Keadaan lahan parkir tidak lagi ramai, hanya menyisakan beberapa kendaraan yang terparkir secara acak di sana. Mungkin kendaraan itu milik beberapa anak yang sedang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
"Lo kenapa sih, Lis? Nggak bakalan ada setan kok," tanya Freya. Gadis itu bertanya dengan ekspresi geli.
"Gue yakin pasti ada, Fre. Secara manusia dan makhluk tak kasat mata hidup secara berdampingan. Lo tahu sendiri gue takut sama setan, eh lo malah bahas dia di depan gue," ucap Calista.
"Mana mungkin setan mau gangguin lo, dia udah ngakak duluan karena lihat lo ketakutan kayak gini," ucap Freya sembari menahan tawanya agar tidak meledak.
"Stop! Jangan lagi bahas setan di depan gue, Fre. Gue takut nggak bisa tidur ntar malam," ucap Calista dengan nada panik.
"Ya nggak papa dong, biar ada yang nemenin," ujar Freya sambil menaik turunkan alisnya.
"Freya! Kalau lo nggak bisa diem, gue nggak bakalan anter lo pulang. Biarin aja lo di sini sampai subuh," ancam Calista.
"Kan gue bisa naik taksi atau ojek online, Lis," balas Freya diakhiri senyum kemenangan.
"Freya! Kenapa lo jadi nyebelin kayak gini, sih? Kalau lo bukan temen gue, lo bakalan gue aniaya," ucap Calista. Gadis itu menghentakkan kakinya beberapa kali sebagai pelampiasan rasa kesalnya pada Freya.
Calista lantas masuk ke dalam mobilnya. Freya memilih diam sejenak, lalu melepaskan tawanya yang tertahan. Ternyata menjahili Calista adalah hal yang menyenangkan. Bukannya berhenti, Freya semakin terbahak saat Calista menyalakan klakson hingga beberapa kali.
Cukup! Freya harus menghentikannya, ia mengatur pernapasan untuk menghentikan tawanya. Setelah melakukan hal itu berulang kali, akhirnya tawa Freya terhenti, ia segera masuk ke dalam mobil Calista.
"Lilis, kenapa lo diem aja?" ucap Freya. Gadis itu memasang wajah sok polosnya.
"Bacot."
"Wah! Seorang Lilis berkata kasar? Ini merupakan sebuah kejadian langka," ucap Freya.
"Diam bisa nggak sih, Fre? Telinga gue udah panas gara-gara dengerin ocehan lo," ucap Calista. Tatapannya tak beralih pada jalanan di depannya.
"Iya-iya gue berhenti. Lagian lo lucu banget, sih. Makanya gue jadi seneng jahilin lo," ujar Freya.
"Itu mah lo doang yang seneng. Gue nggak sama sekali."
"Maaf deh, Lis."
"Nggak!"
"Kok gitu sih? Lilis, gue cuma becanda aja," ucap Freya. Wajahnya terlihat panik, takut jika Calista benar-benar marah padanya.
Calista hanya diam tanpa merespon. Tatapannya masih terfokus pada jalanan di depannya, sedangkan tangannya sibuk mengendalikan roda kemudi.
"Terus pake cara apa biar lo bisa maafin gue?" tanya Freya dengan nada pasrah.
"Traktir gue minuman boba."
"Ya udah, beli aja di manapun yang lo mau, gue yang bayarin," ucap Freya.
"Nah! Kalau lo traktir gue kayak gini, gue ikhlas lo jahilin setiap hari."
"Modus," cibir Freya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.