[COMPLETED]
Disarankan follow sebelum membaca⚠️
Freya Angelica merasa menjadi gadis paling beruntung. Terlahir di keluarga berkecukupan dan harmonis membuat ia hampir tidak pernah merasakan kesedihan. Ditambah ia memiliki Daniel, kekasih yang memper...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Freya mematut pantulan dirinya di cermin dengan senyum bahagia. Ia merasa kagum dengan dirinya sendiri, penampilan yang berbeda dari biasanya membuat Freya terlihat lebih cantik. Apalagi melihat riasan di wajahnya, Freya merasa menjadi gadis paling cantik sekarang ini.
Bukan tanpa sebab Freya berdandan secantik ini, ia akan menghadiri birthday party Safira. Sahabat Daniel itu memberinya undangan tiga hari yang lalu.
"Kenapa Mama nggak jadi make up artist aja? Hasil karya Mama bagus, loh," puji Freya.
"Papa kamu nggak kasih izin, karena pas sewaktu Mama hamil kamu dulu Mama pendarahan karena kecapekan. Tapi Alhamdulillah, kamu bisa terselamatkan."
Gadis itu menganggukkan kepalanya beberapa kali. Ia menikmati cerita Vania, karena sejauh ini sang Mama belum pernah bercerita mengenai pendarahan yang beliau alami saat hamil dulu.
"Sekarang apa papa masih nggak kasih izin ke Mama?" tanya Freya penasaran.
"Mama yang nggak mau, udah terlanjur tua. Lagipula Mama menikmati peran sebagai ibu rumah tangga," balas Vania.
"Mama nggak bosan di rumah terus?"
"Ya kadang Mama merasa bosan, tapi Mama selalu punya cara supaya nggak merasa bosan dan kesepian. Biasanya Mama belajar buat menu baru, atau nggak ngembangin skill make up Mama," balas Vania.
Gadis itu meresponnya dengan ber-oh ria.
"Pokoknya kalau kamu udah menikah nanti, harus nurut perkataan suami kamu, selagi yang dia ucapkan benar. Biar rumah tangga kamu menjadi berkah, karena ridho Allah ada di ridho suamimu."
"Ih Mama kenapa malah bahas nikah sih, masih lama tau," tukas Freya. Gadis itu merasa geli mendengar kata 'menikah'.
"Loh, kan hal yang wajar jika orang tua memberi wejangan pada anaknya," ucap Vania.
"Iya, sih. Tapi Freya ngerasa geli, Ma," ucap Freya kikuk.
"Lupakan perkataan Mama," ujar Vania diakhiri senyuman.
"Iya, Ma."
"Mama ke bawah dulu, takut papa kamu nyariin," ujar Vania. Lantas ia bangkit dari duduknya, dengan langkah ringan ia meninggalkan kamar putri pertamanya.
Freya mengalihkan pandangannya dari pintu saat handphone-nya berbunyi. Ia tersenyum kecil saat melihat nama 'Daniel❤' muncul di layar benda persegi panjang itu.
"Halo Sayang."
"Halo juga Daniel."
"Kenapa kamu belum sampai ke sini? Acaranya udah dimulai loh."
"Aku nunggu Calista jemput, Niel. Katanya sih dia udah dalam perjalanan."