[COMPLETED]
Disarankan follow sebelum membaca⚠️
Freya Angelica merasa menjadi gadis paling beruntung. Terlahir di keluarga berkecukupan dan harmonis membuat ia hampir tidak pernah merasakan kesedihan. Ditambah ia memiliki Daniel, kekasih yang memper...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Freya telah berada di dalam ruang teater, pencahayaan telah dimatikan, menandakan jika film akan diputar tidak lama lagi. Freya meremas ujung roknya dengan kuat, rasanya ia ingin berteriak sekencang-kencangnya, rasa kecewa yang ia rasakan benar-benar menyesakkan.
Daniel memilih untuk pergi ke rumah Safira daripada menemaninya menonton film. Jujur saja Freya berharap jika Daniel menolak Bintang dan memilih untuk duduk di sebelahnya, menghabiskan waktu selama dua jam ke depan untuk menikmati film. Tapi harapannya sirna saat Daniel memilih untuk pergi ke rumah Safira, alasannya karena gadis itu masih dalam kondisi terpukul.
Ini pertama kalinya Freya merasa kecewa pada Daniel. Rasanya sangat sulit untuk diekspresikan, sedih, kecewa, marah, semuanya bercampur menjadi satu. Harapannya untuk beromantis ria bersama Daniel kini telah sirna.
Lima belas menit sudah berlalu, tapi Freya masih tetap berada di posisinya, bersandar di kursi yang ia duduki. Adegan horor yang muncul berkali-kali di layar seperti tidak berpengaruh untuk Freya, teriakan para penikmat film yang menggema pun seperti angin lalu. Freya merasa sepi, walau berada di keramaian.
Tak sadar air mata Freya mengalir dari ujung matanya, ia sudah tidak bisa menahannya lagi, katakanlah Freya cengeng karena menangisi hal sepele, tapi dengan menangis membuat Freya jauh lebih tenang. Orang-orang tidak akan sadar jika Freya menangis, mereka fokus menonton tayangan film di layar besar itu. Ditambah Freya duduk di bangku paling ujung dengan kursi sebelahnya kosong.
Freya tidak menyalahkan siapapun dalam hal ini, ia hanya kecewa dengan ekspektasinya sendiri. Sebenarnya ini juga salahnya, mengapa ia mengajak Daniel untuk jalan-jalan, padahal ia tahu jika saat ini Safira juga membutuhkan Daniel berada di sisinya.
Gadis itu mengusap jejak air mata di pipinya dengan kasar, Freya tidak boleh menangis, ini hanya masalah kecil, mungkin ia bisa jalan-jalan lagi bersama Daniel di kemudian hari. Ia menghirup napas dalam-dalam sebelum berdiri dari kursi yang ia duduki. Tanpa memperdulikan berpuluh pasang mata yang menatapnya ia berjalan meninggalkan ruangan teater ini. Persetan dengan film yang belum selesai.
***
"Yah kok hujan, sih," gumam Freya.
Freya tidak mengira jika hujan turun. Tidak terlalu deras, namun mampu membuat baju langung basah jika berada di bawahnya.
Setelah ia meninggalkan bioskop, Freya memilih mengunjungi timezone, menghabiskan waku hampir dua jam dengan game yang disediakan di sana. Walaupun banyak pasang mata yang menatapnya aneh, namun Freya berusaha cuek, ia hanya ingin menghibur dirinya sendiri.
"Kayaknya hujan-hujan asik juga," lanjutnya.
Tanpa berpikir panjang Freya menerobos air hujan, bibirnya terangkat saat merasakan jutaan tetesan air hujan membasahi tubuhnya, tak peduli dengan tatapan heran orang-orang yang yang tengah menunggu hujan reda.