1. Mertua Yang Baik

8.2K 326 3
                                    


Benar apa kata orang, bahwa kebahagiaan bisa datang dari hal yng sederhana. Terkadang hal yang kita lihat biasa saja, justru akan terasa luar biasa ketika kita menikmatinya dan tetap bersyukur.

Hal yang sama di rasakan oleh seorang wanita bernama lengkap Shanum Diya  Syakira, di usianya yang kini menginjak ke-19 tahun, ia tidak menduga akan mendapatkan kejutan dari sang Ibu mertua.  Pasalnya, Sahum tidak pernah  mengistimewahkan hari kelahirannya justru dukalah yang ia dapatkan.

Dimana hari ia dilahirkan, dihari yang sama juga Ibunya menghembuskan nafas terakhir. Ibunya Shanum meninggal setelah melahirkan Shanum, tanpa sempat melihat wajah anaknya terlebih dahulu. Memikirkan itu semua membuat Shanum merasa sedih, dan merindukan kasih sayang seorang ibu.

Asma sang-Ibu mertua langsung memeluk Shanum, ia paham apa yang di rasakan menantunya itu.  "Bunda minta maaf yah sayang, gara-gara Bunda kamu malah sedih kayak gini." Asma berucap dengan perasaan bersalah.

Shanum menggeleng, matanya menatap wajah teduh Asma. Shanum bersyukur memiliki Ibu mertua seperti Asma, Ibu mertuanya ini begitu menyayanginya dengan tulus. Bahkan Asma tidak pernah membeda-bedakan antara anak dan menantu, yang justru itu semua tidak Shanum dapatkan dari sang Ibu sambung. Bukan Shanum bermaksud membeda-bedakan tetapi itu semua benar adanya.

"Bunda gak salah, justru Shanum bahagia. Dulu hal seperti ini pernah terbesit di pikiran Shanum, mendapat kejutan dihari kelahiran Shanum dari kedua orangtua Shanum. Namun nggak Shanum nggak pernah dapetin itu, dan akhirnya Shanum memilih melupakan keinginan bodoh Shanum itu. Tapi kini Bunda, orang yang baru Shanum kenal justru sangat mengistimewahkan Shanum, bahkan kejutan ini nggak pernah Shanum duga sekalipun." Shanum semakin mengeratkan pelukannya, setelah mengungkapkan isi hatinya itu. "Terima kasih, Bunda Asma. Terima kasih" kata terimakasih terus terucap dari bibir Shanum.

Asma ikut meneteskan air mata, ternyata hal sesederhana ini saja tidak pernah Shanum dapatkan dari orangtuanya.

Asma melerai pelukan mereka, "Udah kita potong kue nya, yuk. Gak boleh sedih lagi," katanya di akhiri kekehan.

Shanum mengangguk, lalu mengelap pipinya yang berair.

Setelah memotong kue, kini ia berikan suapan pertama kepada sang Ibu mertua. Tidak henti-hentinya ia bersyukur, bisa mendapatkan mertua sebaik Asma.

"Bunda Asma, terima kasih," ucapnya lalu menyalimi tangan Asma yang di balas usapan dikepalanya.

"Udah ayo kue nya bawa keluar dari kamar, jangan sampai Fattan tau. Anak Bunda yang satu itu kan paling anti banget bawa makanan ke dalam kamar." Shanum mengangguk, lalu membawa kue nya keluar kamar bersama Asma. Shamun sudah pernah mendapat kemarahan dari Fattan hanya karena membawa makanan ke dalam kamar yang super bersihnya ini, dan ia kapok.

****

Sebenaranya ada banyak hal yang ingin Asma tanyakan kepada Shanum, mengenai menantunya itu dan orangtuanya. Bahkan Asma sama sekali tidak tau nama dari almarhumah Ibunya Shanum, yang Asma tahu hanya Ayahnya yang bernama-Yoga dan Ibu sambungnya yang bernama-Hanin, serta Kakak dari Shanum yang sempat menjadi calon istrinya Fattan yang bernama-Nawang yang kini telah tiada.

Meski sebernarnya ada perasaan tidak yakin, Asma tetap menghampiri Shanum yang tengah duduk disofa ruang tamu terlihat sedang melamun. Kebiasaan Shanum yang kini sudah Asma hapal, yaitu melamun .

Asma menggelengkan kepalanya tak habis pikir, lalu ikut duduk di sebelah Shanum.

"Shanum," panggil Asma dengan tepukan di bahu Shanum.

Shanum yang terhanyut dalam  lamunannya tersentak kaget, bahkan terlihat seperti orang linglung.

"Maaf Shanum, bukan maksud Bunda mau kagetin kamu. Aduhh.. maaf yah." Tangan Asma kini sudah mengusap-usap punggung Shanum, mencoba untuk menenangkan.

"Gak papa Bunda, Shanum memang kagetan orangnya. Bunda ada butuh sesuatu? Biar shanum bantu."

"Bunda gak butuh apa-apa, Bunda cuman mau ngobrol sama kamu."

"Apa ini penting Bunda?"

"Bagi Bunda ini penting."

Shanum bergerak gusar dalam duduknya, dirinya sungguh takut jika Asma menanyakan tentang hubungannya dengan Fattan. "A-apa Bunda?" Shanum bertanya dengan tergagap.

"Gak perlu gugup gitu, Bunda cuman mau tanya seputar kehidupan kamu dulu sama keluarga kamu. Dan Bunda juga belum tau, nama Mama kandung kamu siapa. Jadi.." Shanum justru semakin tidak karuan, dengan kalimat Asma yang menggantung itu.

"Ja-jadi apa Bunda,"

"Prok prok prok." Kalimat tak terduga yang keluar dari mulut Asma, membuat Shanum tercengang.

"Pak Tarno?" Pertanyaan polos Shanum justru malah membuat Asma tertawa, bahkan sampai mecubit pipi Shanum.

"Udah lupain," katanya setelah tawanya mereda. "Jadi kamu ceritain seputar kehidupan kamu."

Shanum memangguk, "Jadi di mulai dari mana?"

"Nama Mama kandung kamu?"

Shanum mengangguk, "Mama namanya Diya Syakira, Bunda. Nama yang tercantum di belakang nama Shanum, Shanum Diya Syakira," jelas Shanum.

Asma ber oh-ria, "Pantesan, Bunda dengernya kayak gak asing."

"Terus dikeluarga, Shanum lebih deket sama Papa, sama Mama Hanin atau Nawang?"

Mendengar Shanum terdiam sebentar, lalu menggeleng, "Shanum lebih dekat sama Nenek Farah, Ibu dari Papa, Bunda. Sikap Papa ke Shanum itu dingin, jadi nggak mungkin Shanum bisa deket sama Papa. Sedangkan Mama Hanin deketnya sama Mbak Nawang. Shanum juga sadar diri, Shanum ini cuman anak sambung Mama Hanin dan Shanum gak mau berharap lebih."

Shanum mengatakan itu dengam senyum cerahnya, seolah-seolah apa yang dia ucap kan bukan hal yang menyakitkan. Padahal Asma tau maksud dari perkataan Shanum, bahwa menantunya itu telah dianak tirikan oleh Hanin sang Ibu sambung.

Shanum itu pendiam. Setiap luka hati yang dia dapati, selalu dia pendam. Baginya, luka itu memang sudah patut untuk ia dapati. Terutama sikap sang Papa yang dingin dan acuh terhadapnya seringkali menyakiti hati Shanum. Bahkan Shanum pernah berpikir bahwa dirinya tidak layak untuk bahagia.

"Bunda Asma Maaf,  Shanum gak bisa menceritakan semuanya." Shanum tertunduk saat mengatakaan itu. Hatinya sungguh tidak siap jika harus ditarik untuk mengigat masa-masa itu, masa-masa yang menyakitkan.

"Bunda paham sayang." Asma memeluk Shanum, Ia seolah ikut  merasakan beban yang dipikul oleh menantunya itu.

"Terimakasih Bunda Asma, Bunda memang mertua yang terbaik versi Shanum," lirihnya.

________________________________




Bagainama dengan part 1 ini

Di tunggu

VOTE + KOMEN

Nya

SEMU (Pengantin Pengganti)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang