good changing

281 11 0
                                    

Sepertinya rencanaku untuk mulai menempati studioku harus ditunda dulu deh. Karena sebulan lagi ada fashion week yang diadakan salah satu majalah fashion. Thomas sudah meminta padaku untuk mengosongkan jadwalku saat itu. Dia ingin semua model senior tampil termasuk aku. Karena aku sudah sering merepotkan Thomas, aku menuruti permintaannya.

Hari ini aku ada jadwal pemotretan untuk majalah fashion. Aku berdoa semoga hari ini lancar dan nggak ada wartawan yang menginginkan beritaku. Bukannya apa-apa, masalahnya majalah fashion itu masih satu gedung dengan majalah gosip.

“Mau kemana De ? Pagi-pagi gini udah berangkat ?” Suara Rendra mengangetkanku saat aku keluar dari kamar. Padahal ini sudah jam sepuluh.

“Loh, kirain lo udah pergi. Gue ada pemotretan Ren. Jam sebelas”

Memang sih tadi kita sarapan bareng tapi setelah itu aku masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap. Aku pikir Rendra juga begitu tetapi ternyata dia masih di depan televisi.

“Naik apa ?” tanyanya lagi.

Tumben banget Rendra kepo.

“Taksi" jawabku singkat.

“Mobil lo kenapa ?”

“Ehm nggak tahu tuh. Kayaknya emang harus masuk ke bengkel dulu. AC nya agak rewel”

“Mau gue anter ?”

Aku menaikkan alisku dan menatapnya bingung.

“Nggak usah Ren. Nggak apa-apa kok”

“Gue nanti manggungnya malem, masih di Jakarta. Gue anter aja. Bentar gue ambil kunci mobil dulu” Rendra segera beranjak ke kamarnya meninggalkanku yang sedang bengong melihat tingkah lakunya hari ini. Kesambet apa sih Rendra ini, tiba-tiba jadi baik gini.

“Udah siap kan ?”

Aku mengangguk.

“Yaudah ayo berangkat”

Aku mengikuti langkah Rendra dibelakangnya. Pagi ini dia hanya mengenakan kaus polos warna hitam dan celana basketnya. Kali ini warnanya merah marun. Aku melihat Rendra sesantai ini hanya dua kali ini. Karena dia sangat jarang ada di rumah.

“Ren beneran deh. Gue nggak apa-apa berangkat sendiri” ujarku sewaktu di perjalanan. Kami berdua masih saling diam. Karena aku nggak tahan, aku berbicara padanya.

“Ya nggak apa-apa. Emang nggak boleh ?”

Aku menggeleng. “Bukannya gitu sih. Soalnya majalah yang jadiin gue modelnya itu satu gedung sama majalah gosip gitu. Gue takut aja kalau mereka mergokin kita berdua”

“Kaca gue gelap kok. Dari luar nggak kelihatan”

“Aduh bukan gitu juga, kali aja mereka tahu mobil lo jadinya mereka berspekulasi kalau kita nikah”

“Loh bukannya kita emang nikah ?” Rendra menatapku heran.

“Iya sih. Tapi kan yang tahu cuma keluarga dekat kita aja”

“Udah De, lo tenang aja. Terserah mereka aja deh mau mikir apaan. Kalau ada wartawan, lo mendingan ngehindar aja. Nanti kalau timingnya bagus, kita baru bisa jawab bareng-bareng. Okay ?”

Akhirnya aku hanya bisa mengangguk.

“Nanti lo pulang jam berapa ?” tanya Rendra setelah kita sampai di tempat parkiran. Rendra ngotot menurunkanku di tempat parkiran agar tidak terlalu kelihatan kalau aku diantar olehnya. Padahal aku minta untuk diturunin di depan kantor saja.

“Gue nggak tahu. Kenapa sih emangnya ?” tanyaku bingung.

“Nanti kalau pulang lo sebelum jam tujuh, gue bisa jemput lo kok”

Wedding SuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang