a new life started

384 9 0
                                    

Gila banget sih Rendra ini. Sumpah ya gue bete banget. Pulang pulang bukannya bawain oleh oleh khas daerah yang dikunjunginya saat tour, yang mana daerah mana gue juga nggak tau, tapi malah bawa oleh oleh yang bikin gue naik darah. Eh tapi tadi mama papa dibawain deng. Tapi whatever lah, aku maunya dibawain kabar baik tapi ini kebalikannya.

Emang sih dari kemaren malem dia udah ngabarin kalo bakalan ke rumah gue buat jemput gue. Dan gue juga iya iyain aja tanpa tanya mau kemana. Gue kira ngunjungi opa nya. Tapi ternyata dia ngajak gue ke apartemennya. Apa boleh buat, nggak mungkin aku lompat dari mobil setelah tau jalan menuju  ke apartemennya.

"Lo mau diem di mobil ? Nggak mau turun ?" Rendra menatap gue sambil membuka pintu mobil disampingnya setelah kami sampai di apartemennya.

"Mau ngapain sih kesini ?" tanyaku dingin.

"Menurut lo mau ngapain ? Gue pernah bilang kan, abis nikah kita diskusiin tentang kehidupan kita"

Ya ampun. Aku baru inget itu juga. Bisa bisanya lupa.

"Terserah lo deh mau turun atau nggak"
Dia keluar dari mobil tanpa mendengar jawabanku.

Mau nggak mau aku ikut turun juga.

Selama menuju ke lantai apartemennya, kita berdua diam. Rasanya lama banget nyampe di depan pintu apartemennya. Padahal apartemennya hanya di lantai 5.

Rendra langsung membuka pintu apartemen dan tanpa basa basi langsung menyuruhku duduk di sofa depan tv sekaligus ruang tamu.
Sementara dia mengambil minuman kaleng di kulkas.

Penasaran juga isi apartemen Rendra. Temanya cowok banget. Perpaduan skandinavian dan industrialis. Barangnya nggak terlalu banyak sih. Ada 2 kamar tidur, ruang tamu, dan dapur. Jadi keliatan luas.

"Nah kita harus bahas perjanjian abis nikah. Gue mau clear hari ini. Dan sesuai permintaan Opa gue, kita abis nikah tinggal di apartemen gue. Lo pasti keberatan. Tapi keluarga lo juga udah setuju"

Sial. Aku mati kutu kalau masalah ini. Yap, tinggal serumah dengan manusia salju ini.

"Jadi lo kapan bisa pindah kesini ? Kalau bisa secepetnya lah. Biar kita nggak ditanyain terus sama keluarga"

"Iya iya, gue usahain secepetnya. Maksimal seminggu ini lah"

"Good. Nanti gue kasih kunci apartemen buat lo juga"

Aku mengangguk.
"Trus perjanjian nya apa aja ? Kita tulis hitam di atas putih"

"Nah kalau itu, gue mau kita nggak saling ngurusin kehidupan masing masing. Trus kita keliatan baik baik aja di depan keluarga kaya pasangan pada umumnya. Kita harus rahasiain ini dari temen temen kita. Gimana ?"

"Temen gue, Luna dan Sandra udah tau kalo kita kayak gini. Maksud gue, kita dijodohin"

Rendra terdiam sebentar. "Nggak masalah yang penting mereka bisa jaga rahasia"

"Tenang aja. Mereka bisa jaga rahasia kok"

Setelah diskusi panjang, akhirnya perjanjian kita jadi juga.
1. Nggak boleh mengusik kehidupan masing masing termasuk pekerjaan.
2. Selalu terlihat bahagia dan mesra di depan keluarga besar dan orang lain.
3. Merahasiakan perjanjian ini.
4. Tugas di rumah untuk Rendra adalah membersihkan rumah. Untuk Ade adalah memasak. Untuk laundry, memakai jasa laundry di apartemen.
5. Rendra tetap memberi nafkah Ade.

Sebenernya Aku nggak mau dinafkahi Rendra, tapi dia bersikukuh. Jalan tengahnya nafkah dari Rendra nanti ku masukkan ke tabungan bersama aku dan Rendra.

Perjanjiannya itu aja sih. Nanti bisa di edit jika terjadi hal hal di luar keinginan aku dan Rendra.

"Lo boleh liat liat dalem apartemen gue kayak gimana. Nanti kamar lo yang di sebelah balkon ya. Terserah nanti mau lo isi apa aja"

Rendra memberitahu posisi kamar yang nanti akan aku tempatin. Dan dia mengizinkan aku masuk ke dalam kamar itu untuk melihat lihat dalamnya seperti apa.

Akhirnya aku masuk ke dalam kamar yang nanti akan aku tempati. Kamarnya sih keliatan nyaman soalnya ada jendela yang mengarah ke luar apartemen. Selain ada kamar mandi, kamar ini hanya ada kasur berukuran queen dan lemari. Nggak sabar juga pengen dekorasi kamar ini.

Aku keluar kamar dan melihat Rendra sedang mencari sesuatu di dapur.

"Ini dapur lo ?" Aku menghampirinya dan melihat minim sekali peralatan dapurnya. Tapi ya gimana juga, dia tinggal sendiri dan menghabiskan banyak waktunya di luar apartemen, aku bisa memaklumi lah.

"Gue emang jarang masak. Jadi nanti peralatan dapurnya beli aja ya"

Aku hanya mengangguk.

Bel pintu apartemennya berbunyi. Ternyata Rendra memesan pizza untuk makan sore kita berdua.

Setelah berdiskusi banyak hal tentang perjanjian abis nikah tadi, Rendra nggak sedingin yang aku pikirkan. Bahkan enak banget kalau diajak diskusi. Mungkin emang aku belum terlalu mengenalnya jadi ya Dont Judge Book by the Cover emang bener.

Setelah membahas perjanjianku dengan Rendra, kami akan langsung menuju ke rumah Opa Rendra untuk makan malam bersama.

Here We Go
Aku dan Rendra siap berakting.

Wedding SuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang