suddenly interview

284 11 0
                                    

Yey, akhirnya aku bisa jalan bareng dengan Luna dan Sandra. Kita bertiga sedang jalan-jalan dan shopping seperti biasa di Plaza Indonesia.

“Seriusan deh Deev, ini  namanya penculikan tau” ujar Luna dengan tampang galaknya.

“Dan pemerasan” lanjut Sandra.

Aku hanya tertawa. Aku memang sengaja mengancam Luna dan Sandra agar bisa menemuiku. Aku mengancam kalau aku memutuskan persahabatan kalau mereka tidak mengikuti permintaanku. Terlalu kekanak-kanakan sih tapi nggak apa-apa yang penting aku bisa ketemu dengan mereka sekarang. Meskipun mereka terlihat sangat lelah setelah pulang dari kantor.

“Kerjaan gue dikejar deadline tau” ujar Sandra.

“Tau nih, nggak lihat muka kita udah kayak abis kerja rodi”

Aku tertawa mendengar Luna. “Iye iye, sekarang touch up dulu deh kalian berdua. Nanti gue traktir”

Akhirnya ada secercah senyuman di wajah mereka. “Murah banget sih kalian, gitu aja langsung senyum. Kenapa nggak dari tadi sih” candaku.

“Sial” Luna mengacak-acak rambutku.

“Weeeyy, gue udah ke salon tau” protesku.

“Yaudah yuk, kita ke toilet dulu” ajak Sandra. Aku dan Luna segera mengikutinya.

Selesai touch up, kita bertiga langsung mengisi perut terlebih dahulu di Sushi Tei.
“Ada acara apaan sih di bawah ? Kok rame banget” tanyaku sambil memilih menu.

Aku menjatuhkan pilihan Yakitoro Ju, Chicken Katsu dan Sparkling Passion Friut Tea dan tentu saja Taiyaki Ice Cream. Sementara Luna memesan Spicy Maguro Roll dan Iced mojito mint tea dan Sandra memesan Shoyu Ramen Green addict. Memang diantara mereka bertiga porsi makanku yang paling banyak.

Mereka bahkan sangat iri padaku karena meskipun makanku banyak, berat badanku tidak langsung bertambah drastis. Berbeda dengan Luna, dia sangat menjaga pola makannya, dia tidak mau kelihatan gendut lagi seperti masa kanak-kanaknya. Kalau Sandra, dia memang sangat jarang sekali makan, hingga aku dan Luna kadang-kadang memarahinya jika dia lupa makan. Katanya makan itu nggak terlalu penting buatnya. Memang Sandra itu kadang nggak waras meskipun dia memang sangat pintar. Paling pintar diantara kami bertiga.

“Katanya sih ada acara musik gitu. Mungkin promo produk apa gitu” Sandra menjawab pertanyaanku.

“Eh Deev, lo udah gitu-gituan sama Rendra belom ?” pertanyaan frontal Luna langsung membuatku menatap matanya dengan ganas.

“Santai aja dong Deev” Luna nyengir.

“Lo nih ya, males banget deh bahas gituan. Kalau maksud lo gitu-gituan itu making out, gue nggak mau ya gitu-gituan sama cowok sedingin Rendra. Emang dia pikir dia Edward Cullen” protesku.

Sandra tertawa. “Ya jauh kalau lo bandingin Rendra sama tokoh fantasi favorit lo”

Aku hanya mendengus. “Kan lo udah gue ceritain kalau gue beda kamar sama Rendra. Lagipula gue nggak peduli dia mau ngapain kek, mau kemana kek, sama siapa kek, terserah dia”

Luna dan Sandra hanya bisa geleng-geleng kepala.

“Yaudaaah jangan bahas dia deh. Nanti ke Zara yuk, gue pengen beli sundress nih” ajak Luna.

“Iya, boleh. Nanti abis itu ke Mango ya” lanjut Sandra.

“Siap princess Sandra” jawab Luna.

Aku segera melemparkan tisu ke arah Luna setelah mendengar jawaban Luna. Luna memang suka sekali menggodaku atau menggoda Sandra. Tetapi kalau Sandra sedang digoda Luna, respon Sandra nggak seekspresif responku. Biasanya aku yang membuat respon Sandra untuk Luna ketika dia menggoda Sandra. Luna yang aku lempari tidu langsung teriak-teriak jijik sambil membuang tisu ke sampingnya.

Wedding SuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang