Pengakuan

270 8 0
                                    

“Iya Ren. Aku udah siap kok” ujarku di telepon.

Dia sedang dalam perjalanan menuju ke salah satu salon mamaku yang terdekat dengan tempat diselenggarakan penghargaan musik oleh salah satu stasiun televisi swasta.

Sepuluh menit kemudian, Rendra sudah menungguku di depan salon. Aku segera membuka pintu di mobil penumpang. Untung saja hari ini dia tidak memakai mobil Hummernya.

Aku duduk dengan gelisah. Gimana nggak gelisah kalau malam ini Rendra akan mengakui semuanya tentang pernikahan kami. Tentunya tidak dikarenakan oleh perjodohan.

“Gugup De ?”

Sepertinya Rendra mengetahui kalau aku sedang gugup.

“Kelihatan banget ya ?” Aku tersenyum hambar ke arahnya.

“Udah, tenang aja. Semuanya pasti baik-baik saja”

Yah, semoga memang semuanya baik-baik saja, batinku.

“Yang lain mana Ren ?” Nggak mungkin kan Cuma Rrendra yang datang ke sini tanpa teman-teman satu bandnya.

“Katanya sih sudah dateng, tinggal nunggu kita sama Rizki”

Beberapa saat kemudian aku, Rendra, teman-teman satu band Rendra dan istri dari Mario dan Rizki berjalan menuju red carpet sebelum memasuki ruangan. Rendra menyentuh tanganku lalu diletakkan di lengannya.

Dia memegang tanganku erat. “Percaya sama aku De, semuanya pasti baik-baik aja”

Aku memandang Rendra dan dia menatapku dengan senyuman menenangkan.

Terkadang hanya senyuman saja bisa membuat hati kita tenang.

Puluhan wartawan langsung mengarah ke arah kami. Rombongan band Rendra diminta untuk foto bersama. Aku dan Rendra hanya bisa tersenyum. Ini memang belum saatnya untuk sebuah pengakuan. Tentu saja banyak wartawan yang kaget melihat kami berdua. Beberapa menit kemudian, kami semua memasuki gedung.

Fiuh akhirnya. Lega juga bisa melewati satu proses. Tetapi yang aku takutkan waktu kita akan pulang nanti. Para wartawan pasti sudah menunggu berita dari kami.

Sepanjang waktu, aku nggak bisa menikmati acaranya. Terkalahkan oleh rasa gugupku. Nggak tahu rasanya aku gugup banget. Seperti tahanan yang akan di sidang karena perbuatan buruk mereka. padahal aku dan Rendra tidak melakukan perbuatan kejahatan kan.

Meskipun aku tidak menikmati acaranya, aku masih cukup sadar ketika band Rendra memenangkan beberapa kategori. Kategori lagu terpopuler, video klip terfavorit, album terpopuler dan satu lagi aku lupa. Aku ralat, mungkin aku masih sadar tetapi pikiranku kacau.

“Udah De, kamu tenang aja” bisik Rendra ke arahku. Beberapa kali Rendra menenangkanku tetapi aku tetap tidak bisa tenang.

“Kamu mau kita pulang dulu ?” tanyanya.

“Yang lain gimana ?”

“Mereka juga akan pulang karena acara penghargaanya udah selesai tinggal acara penutup gitu. Mau pulang sekarang ?” tanyanya sekali lagi.

Aku mengangguk.

“Yaudah yuk” Rendra menggenggaam tanganku sebelum aku dan Rendra pamit pulang dengan teman-temannya.

Tanpa sadar aku menggenggam tangan Rendra erat. Aku sangat gugup menghadapi para wartawan yang akan menerkam kami berdua begitu kami keluar dari gedung ini.

Duganku tepat sekali. Begitu aku keluar bersama Rendra, para wartawan langsung menyerbu kami.

“Mas Rendra tolong konfirmasinya tentang pernikahannya dengan Mbak Adeeva” seorang wartawan wanita langsung mengajukan pernyataannya.

Wedding SuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang