Happy Reading...!
Gerombolan Javas memasuki kantin dengan rusuh. Tawa menggelegar mereka membuat seluruh penghuni kantin mengalihkan pandangannya terhadap mereka. Mereka terus mentertawakan Nataya yang katanya pagi tadi sempat di goda oleh waria saat mampir sebentar ke warung bang Agoy.
Mereka menghentikan tawanya saat sadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian. Javas menyugar rambutnya kebelakang. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh kantin. Senyumnya terbit saat menemui seseorang yang dari tadi Ia cari.
"Yok ah duduk," ajak Kaivan.
Mereka menduduki salah satu meja kantin yang berada di paling pojok. Tatapan Javas masih tertuju pada Rajni yang sedang bersenda gurau bersama teman-temannya. Bibirnya ikut tersenyum saat melihat Rajni tersenyum. Rajni adalah sumber mengapa Javas selalu tersenyum hari ini.
Javas tidak tahan. Ia bangkit dari duduknya yang membuat teman-temannya memperhatikan Javas bingung.
"Mau kemana lo?" tanya Sada.
"Ke tempat bini dulu bentar." jawabnya.
"OALAHH ASUUU, CALON-CALON BULOL NIH KAYAK SADA." ejek Kaivan.
"Siapa yang bulol?" tanya Sada santai namun dengan aura yang mematikan.
"Astagfirullah, gue bisa jelasin Sad....." ringis Kaivan.
"Bro," panggil Nataya seraya merangkul Kaivan. "Sadar diri kadang perlu, LO AJA NGEMIS-MGEMIS CINTA MANTAN GOBLOK!" lanjut Nataya yang diakhiri dengan nada ngegas.
"Sesama bulol gak usah bicit!" ujar Javas sebelum melanjutkan langkah, meninggalkan teman-temannya yang asik mentertawakan Kaivan.
"Predikat nistaable udah pindah ke gue kayaknya...." gumam Kaivan sedih.
Javas terus melangkahkan kakinya menuju meja Rajni dengan mata yang tak henti menatap Rajni. Semua yang dilakukan Rajni selalu ingin Javas nikmati. Rasanya tidak ada sedetikpun yang ingin Javas lewati tanpa melihat Rajni.
Sampai di meja Rajni dan teman-temannya, Claretta lah yang menyadari kehadiran Javas pertama kali. Claretta menatap malas Javas. Siapapun orang terdekat Kaivan selalu membuatnya malas.
"Ngapain lo?" ketus Claretta.
Rajni, Jiwa dan Athifa menghentikan tawanya. Mereka menatap Javas bingung, lebih tepatnya Jiwa dan Athifa. Sedangkan Rajni sudah memasang ekspresi datarnya.
"Buset jutek amat," kekeh Javas. "Kan Kaivan yang nyakitin lo, kok gue ikutan di jutekin sih?" lanjutnya.
"Karena lo sahabat dia, gue gak suka." balas Claretta masih dengan jutek.
Lagi-lagi Javas terkekeh pelan. "Ada-ada aja."
Javas mengalihkan pandangannya pada Rajni yang sedang menatapnya datar. Ia duduk di sisi kanan Rajni yang kosong. Tangannya merogoh saku sebelah kanan celananya lalu menyerahkan benda yang tadi diambilnya kepada Rajni.
Gelang couple yang memiliki magnet, yang jika di dekatkan akan menempel satu sama lain. Gelang ini gelang yang sedang ramai digunakan oleh sepasang kekasih.
Sadar tidak ada reaksi dari Rajni, Javas dengan santai memakaikan gelang itu pada lengan kiri Rajni yang membuat perempuan itu menegang sebentar di tempatnya.
"Jangan dilepas ya?" kata Javas seraya menatap gelang yang sudah terpasang dilengan Rajni.
"Biar apa?" tanya Rajni dingin.
Javas menatap lekat manik mata Rajni sebelum akhirnya menghela nafas pelan. Sangat sulit memasuki hati Rajni. Kunci yang digunakan perempuan itu untuk mengunci hatinya sangat kuat. Hingga rasanya Javas bingung harus membobol kunci itu dengan cara seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nekat Bucin (end)
Ficción General(Cover by pinterest) (Spin Off dari cerita SadaJiwa) "Lo selalu tarik ulur gue Rajni. Gue bingung sebenernya perasaan lo untuk gue gimana sih?" Ini bukan tentang laki-laki brengsek yang tidak cukup dengan satu perempuan, ini bukan tentang laki-laki...